Bagi banyak investor pemula, istilah stock split mungkin terdengar asing. Namun, fenomena ini cukup sering terjadi di pasar saham global, terutama di Amerika Serikat. Banyak perusahaan besar seperti Apple dan Tesla pernah melakukan stock split dalam beberapa tahun terakhir.
Pertanyaannya: apa itu stock split? Kenapa perusahaan melakukannya? Dan apa dampaknya bagi investor ritel seperti kita? Artikel ini akan membahasnya secara mendalam.
Definisi Stock Split
Stock split adalah aksi korporasi di mana perusahaan membagi jumlah saham beredar menjadi lebih banyak dengan nilai nominal per lembar yang lebih kecil. Meski jumlah saham meningkat, nilai total perusahaan (market capitalization) tidak berubah.
Misalnya, jika sebuah perusahaan melakukan stock split 2:1, setiap 1 lembar saham lama akan menjadi 2 lembar saham baru. Harga saham otomatis menyesuaikan, biasanya turun setengahnya.
Contoh sederhana:
- Sebelum stock split → harga saham Rp10.000 per lembar, jumlah saham 1 juta.
- Sesudah stock split 2:1 → harga saham Rp5.000 per lembar, jumlah saham 2 juta.
Nilai perusahaan tetap Rp10 triliun. Jadi, stock split tidak mengubah fundamental bisnis, hanya mengubah jumlah dan harga per lembar saham.
Contoh Stock Split Terkenal
Beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat pernah melakukan stock split untuk membuat harga saham mereka lebih terjangkau.
- Apple (AAPL)
Pada Agustus 2020, Apple melakukan stock split 4:1. Harga saham Apple yang sebelumnya sekitar USD 500 menjadi sekitar USD 125 per lembar setelah split. Tujuannya agar lebih banyak investor ritel bisa membeli saham Apple. - Tesla (TSLA)
Tesla juga melakukan stock split 5:1 pada Agustus 2020. Harga saham Tesla turun dari sekitar USD 2.200 menjadi USD 440 per lembar. Aksi ini membuat saham Tesla lebih mudah diakses oleh investor kecil, meskipun valuasinya tetap besar. - Alphabet (Google)
Pada Juli 2022, Alphabet melakukan stock split 20:1. Harga saham yang sebelumnya di atas USD 2.000 langsung turun menjadi sekitar USD 100, sehingga lebih mudah diperdagangkan.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa stock split biasanya dilakukan oleh perusahaan besar dengan harga saham tinggi agar lebih ramah bagi investor.
Kenapa Perusahaan Melakukan Stock Split?
Ada beberapa alasan utama kenapa perusahaan melakukan stock split:
- Meningkatkan Aksesibilitas Investor Ritel
Harga saham yang terlalu tinggi bisa membuat investor ritel enggan membeli. Dengan stock split, harga per lembar menjadi lebih murah, meskipun nilai kepemilikan tidak berubah. - Meningkatkan Likuiditas Saham
Lebih banyak saham beredar biasanya meningkatkan volume transaksi. Likuiditas tinggi membuat saham lebih mudah diperjualbelikan. - Sinyal Optimisme Perusahaan
Stock split sering dianggap sinyal bahwa perusahaan percaya diri dengan kinerja masa depan. Banyak perusahaan melakukan split setelah harga saham naik signifikan. - Menjaga Keterjangkauan
Meski fractional shares kini memungkinkan beli saham pecahan kecil, di banyak pasar, harga rendah per lembar masih dianggap lebih ramah untuk investor baru.
Mengutip Investopedia, stock split adalah cara perusahaan “memperluas akses kepemilikan” tanpa mengubah fundamental perusahaan.
Dampak Stock Split terhadap Harga Saham
Penting untuk dipahami: stock split tidak menambah nilai fundamental perusahaan. Namun, ada beberapa dampak psikologis dan praktis yang bisa muncul:
- Harga Saham Lebih Murah
Setelah split, harga per lembar turun. Misalnya, dari USD 1.000 jadi USD 100. Hal ini membuat saham terasa lebih “terjangkau”. - Likuiditas Meningkat
Lebih banyak saham beredar berarti lebih banyak peluang transaksi, yang biasanya memperkecil spread harga bid-ask. - Potensi Minat Investor Baru
Saham yang terlihat murah cenderung menarik lebih banyak investor, terutama pemula yang berpikir mereka mendapat kesempatan lebih baik.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua stock split diikuti kenaikan harga. Kadang-kadang, setelah efek awal minat investor, harga bisa kembali stabil.
Dampak Stock Split bagi Investor
Bagi investor ritel, stock split tidak mengubah nilai investasi yang sudah ada. Jika sebelum split kamu punya 10 lembar saham Tesla seharga USD 2.000 (total USD 20.000), setelah split 5:1 kamu akan punya 50 lembar saham seharga USD 400 (total tetap USD 20.000).Meski begitu, ada beberapa dampak yang bisa dirasakan:
- Akses Lebih Mudah
Harga saham yang lebih rendah memungkinkan investor menambah kepemilikan tanpa harus mengeluarkan modal besar. - Diversifikasi Lebih Mudah
Investor bisa membeli lebih banyak jenis saham karena modal bisa dibagi ke beberapa perusahaan, bukan hanya satu saham mahal. - Psikologi Pasar Positif
Banyak investor menganggap stock split sebagai tanda perusahaan berkembang. Hal ini bisa memicu optimisme pasar, meski sifatnya sementara.
Menurut laporan Corporate Finance Institute, saham-saham yang melakukan stock split cenderung mencatat kenaikan harga jangka pendek karena peningkatan minat investor. Namun, dalam jangka panjang, performa tetap bergantung pada fundamental perusahaan.
Kesimpulan
Stock split adalah aksi korporasi di mana perusahaan membagi jumlah saham sehingga harga per lembar jadi lebih murah, tanpa mengubah nilai total perusahaan.
Bagi investor, memahami apa itu stock split penting karena meski tidak mengubah fundamental, aksi ini bisa memengaruhi psikologi pasar, likuiditas, dan minat investor. Perusahaan besar seperti Apple, Tesla, dan Alphabet sudah membuktikan bahwa stock split bisa menjadi strategi untuk menjaga keterjangkauan dan memperluas basis investor.
Tertarik mencoba investasi di perusahaan-perusahaan besar dunia? Lakukan di aplikasi Gotrade! Kamu bisa beli saham perusahaan Amerika seperti Apple, Tesla, atau Google dengan mudah. Saatnya rasakan pengalaman langsung berinvestasi di pasar saham Amerika dengan cara yang simpel dan transparan.
FAQ
1. Apakah stock split membuat investor otomatis untung?
→ Tidak. Nilai investasi kamu tidak berubah. Yang berubah hanya jumlah saham dan harga per lembar. Kenaikan harga pasca-split bergantung pada permintaan pasar dan fundamental perusahaan.
2. Apakah semua perusahaan melakukan stock split?
→ Tidak semua. Biasanya hanya perusahaan dengan harga saham yang sudah sangat tinggi. Beberapa perusahaan bahkan memilih tidak melakukan split agar saham mereka tetap eksklusif.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.