Perkembangan teknologi telah mengubah cara orang berinvestasi di pasar saham. Jika dulu transaksi dilakukan secara manual melalui broker, kini jutaan order bisa diproses hanya dalam hitungan mikrodetik. Salah satu bentuk evolusi ini adalah high-frequency trading (HFT).
Bagi sebagian pihak, high-frequency trading dianggap sebagai terobosan dalam efisiensi pasar. Namun, tidak sedikit pula yang menilai strategi ini berisiko dan bisa memicu volatilitas ekstrem. Mari kita bahas definisi, teknologi yang dipakai, hingga dampaknya bagi investor.
Apa Itu High-Frequency Trading?
High-frequency trading adalah bentuk strategi trading yang menggunakan algoritma komputer canggih untuk mengeksekusi ribuan hingga jutaan order dalam waktu yang sangat singkat.
Melansir Investopedia, karakteristik utama HFT antara lain:
- Kecepatan eksekusi: order diproses dalam mikrodetik (juta per detik).
- Volume besar: ribuan transaksi kecil dilakukan terus menerus.
- Holding period sangat pendek: posisi bisa hanya bertahan beberapa detik atau menit.
- Mengandalkan algoritma: strategi diprogram secara otomatis, tanpa campur tangan manual trader.
Tujuan utama HFT adalah memanfaatkan perbedaan harga kecil (mispricing) di pasar untuk meraih keuntungan cepat.
Teknologi yang Dipakai dalam High-Frequency Trading
Agar bisa bersaing dalam dunia HFT, perusahaan investasi menggunakan infrastruktur teknologi kelas atas:
1. Algoritma Trading
Perusahaan mengembangkan algoritma kompleks yang mampu mendeteksi peluang arbitrase, perbedaan harga, atau pola pasar yang bisa dieksploitasi dalam waktu singkat.
2. Co-Location Servers
Banyak perusahaan HFT menyewa server di dekat bursa saham (misalnya di New York Stock Exchange) agar latensi (delay) eksekusi order bisa diminimalkan.
3. High-Speed Data Feed
Akses data pasar real-time dengan kecepatan tinggi memungkinkan sistem membaca pergerakan harga lebih cepat dari investor biasa.
4. Superkomputer
HFT menggunakan perangkat keras berdaya tinggi untuk memproses jutaan kalkulasi per detik.
5. Machine Learning dan AI
Beberapa strategi HFT kini memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menyesuaikan algoritma sesuai kondisi pasar.
Pro dan Kontra High-Frequency Trading
Mengutip Corporate Finance Institute, seperti banyak inovasi keuangan, HFT memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pro
- Likuiditas pasar meningkat
Dengan ribuan transaksi setiap detik, HFT menambah volume perdagangan sehingga investor ritel lebih mudah masuk dan keluar dari pasar. - Spread lebih kecil
HFT membantu mempersempit perbedaan harga bid-ask, sehingga biaya transaksi bagi investor berkurang. - Efisiensi harga
Harga saham lebih cepat menyesuaikan diri dengan informasi terbaru karena HFT bereaksi dalam mikrodetik. - Peluang profit cepat
Bagi perusahaan HFT, strategi ini memberikan potensi keuntungan konsisten dari perbedaan harga kecil.
Kontra (Kekurangan HFT)
- Volatilitas berlebihan
HFT sering dituding memicu gejolak harga yang ekstrem karena volume order yang sangat besar. - Flash Crash
Kasus terkenal adalah “Flash Crash” tahun 2010, ketika indeks Dow Jones anjlok lebih dari 1.000 poin dalam hitungan menit akibat algoritma HFT. - Ketidakadilan bagi investor ritel
Investor biasa tidak mungkin bersaing dengan kecepatan komputer HFT, sehingga pasar terasa timpang. - Biaya infrastruktur tinggi
HFT hanya bisa dijalankan oleh institusi besar dengan modal teknologi raksasa. - Risiko sistemik
Jika banyak algoritma bereaksi sama, bisa terjadi kepanikan massal di pasar dalam sekejap.
Dampak High-Frequency Trading pada Pasar
1. Bagi Bursa
Bursa saham mendapat keuntungan dari volume transaksi tinggi dan sewa server co-location. Namun, mereka juga menghadapi kritik karena dianggap memfasilitasi praktik yang bisa merugikan investor kecil.
2. Bagi Investor Ritel
HFT memberikan manfaat berupa spread lebih kecil, tetapi juga risiko volatilitas yang lebih tinggi. Investor ritel yang tidak paham bisa panik ketika terjadi lonjakan harga ekstrem.
3. Bagi Stabilitas Pasar
HFT membuat pasar lebih efisien dalam jangka pendek, tetapi dalam situasi tertentu justru bisa memperparah gejolak.
4. Bagi Regulasi
Banyak regulator seperti SEC (AS) atau ESMA (Eropa) berusaha mengawasi praktik HFT agar tidak membahayakan stabilitas pasar.
Contoh Praktik High-Frequency Trading
- Arbitrase Antar-Bursa
Jika saham Apple diperdagangkan di Nasdaq seharga $150, sementara di bursa lain $150,05, algoritma HFT bisa membeli di satu bursa dan menjual di bursa lain dalam hitungan mikrodetik. - Market Making Otomatis
HFT bertindak sebagai market maker dengan menyediakan likuiditas terus menerus, mengambil keuntungan dari spread tipis. - Event-Driven Trading
Algoritma HFT bisa membaca berita atau laporan keuangan secara otomatis dan bereaksi sebelum manusia sempat menganalisis.
Masa Depan High-Frequency Trading
Seiring berkembangnya teknologi AI, big data, dan machine learning, strategi HFT kemungkinan akan semakin canggih. Namun, regulator juga semakin ketat untuk membatasi risiko sistemik.
Di sisi lain, investor ritel sebaiknya memahami HFT bukan sebagai strategi yang bisa mereka praktikkan langsung, melainkan sebagai bagian dari dinamika pasar yang memengaruhi harga saham.
Kesimpulan
High-frequency trading adalah strategi trading berbasis algoritma super cepat yang mengeksekusi ribuan hingga jutaan order dalam mikrodetik. Strategi ini memberikan likuiditas dan efisiensi harga, tetapi juga membawa risiko volatilitas ekstrem dan potensi flash crash.
Bagi investor, memahami keberadaan HFT penting untuk menyadari dinamika pasar modern. Namun, strategi ini sebaiknya dibiarkan menjadi ranah institusi besar dengan infrastruktur kuat.
Kalau kamu ingin mempraktikkan strategi trading yang aman dan efektif, coba di apps Gotrade. Dengan Gotrade, kamu bisa membeli saham AS mulai dari 1 Dolar dengan cara yang mudah, transparan, dan praktis.
FAQ
Apa itu high-frequency trading?
High-frequency trading adalah strategi trading berbasis algoritma komputer yang mengeksekusi ribuan order dalam hitungan mikrodetik.
Apakah HFT bisa dipraktikkan investor ritel?
Tidak. HFT membutuhkan infrastruktur teknologi mahal. Investor ritel sebaiknya fokus pada strategi trading yang lebih realistis seperti DCA atau analisis teknikal dasar.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.