Saat berinvestasi, membangun portofolio yang solid hanyalah langkah awal. Tantangan sesungguhnya ada pada bagaimana menjaga keseimbangannya agar tetap sesuai dengan tujuan dan profil risiko. Salah satu cara yang paling sering digunakan oleh investor profesional adalah rebalancing portofolio.
Strategi ini tidak hanya membuat portofolio lebih teratur, tetapi juga membantu mengendalikan risiko berlebihan yang bisa muncul seiring perubahan pasar.
Supaya manajemen portofoliomu lebih rapi, Gotrade akan membahas pengertian, manfaat, kapan harus dilakukan, strategi, serta tips rebalancing portofolio investasi berikut ini.
Apa Itu Rebalancing Portofolio?
Rebalancing portofolio adalah proses menyesuaikan kembali alokasi aset dalam portofolio investasi agar sesuai dengan target awal yang sudah ditentukan.
Misalnya, kamu merencanakan portofolio dengan komposisi sebagai berikut:
- 60% saham
- 30% obligasi
- 10% cash
Seiring waktu, karena harga saham naik tajam, proporsi saham bisa membengkak menjadi 70%. Tanpa disadari, risiko portofolio kamu ikut naik karena porsi saham lebih besar dari target, seperti kata Investopedia.
Dalam situasi ini, rebalancing dilakukan dengan cara menjual sebagian saham dan memindahkan dana ke obligasi atau cash untuk mengembalikan komposisi awal.
Manfaat Rebalancing Portofolio
Melakukan rebalancing bukan sekadar formalitas. Ada beberapa manfaat penting yang bisa didapat:
1. Menjaga Profil Risiko
Rebalancing portofolio investasi memastikan portofolio tetap sesuai dengan toleransi risiko investor. Tanpa rebalancing, portofolio bisa terlalu agresif atau sebaliknya terlalu defensif.
2. Disiplin pada Rencana Investasi
Dengan rebalancing, kamu tidak mudah tergoda mengikuti tren pasar. Sebaliknya, kamu konsisten pada strategi yang sudah ditentukan sejak awal.
3. Mengunci Keuntungan
Ketika harga saham naik tinggi, rebalancing dilakukan dengan menjual sebagian saham dan mengalihkan dana ke aset lain. Ini membantu merealisasikan keuntungan sebelum harga berbalik turun.
4. Membeli Aset dengan Harga Murah
Rebalancing sering membuat investor menjual aset yang sudah naik dan membeli aset yang sedang turun. Dengan kata lain, kamu menjalankan prinsip “buy low, sell high” secara otomatis.
5. Meningkatkan Stabilitas Jangka Panjang
Portofolio yang teratur dan seimbang cenderung lebih tahan terhadap guncangan pasar dibanding portofolio yang dibiarkan liar mengikuti tren.
Kapan Perlu Dilakukan Rebalancing?
Tidak ada aturan baku, tetapi beberapa pendekatan umum yang sering dipakai adalah:
1. Berdasarkan Waktu (Time-Based)
Investor menetapkan jadwal tertentu, misalnya setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali, untuk melakukan rebalancing. Strategi ini sederhana dan disiplin.
2. Berdasarkan Persentase Deviasi
Rebalancing dilakukan ketika alokasi aset menyimpang jauh dari target, misalnya lebih dari 5% atau 10%.
3. Berdasarkan Kondisi Pasar
Beberapa investor melakukan rebalancing setelah terjadi pergerakan besar di pasar, seperti crash atau bull market.
4. Kombinasi Waktu dan Persentase
Banyak investor profesional menggunakan kombinasi, misalnya melakukan evaluasi tahunan tetapi hanya rebalancing jika penyimpangan sudah melewati batas tertentu.
Strategi Rebalancing Portofolio
Ada berbagai cara untuk melakukan rebalancing. Berikut beberapa strategi yang paling sering digunakan:
1. Menjual dan Membeli Aset Secara Langsung
Strategi klasik: menjual aset yang overweight (kelebihan porsi) dan membeli aset yang underweight (kurang porsi).
2. Menggunakan Aliran Dana Baru
Jika kamu rutin menambah dana investasi, arahkan dana baru ke aset yang underweight sehingga portofolio kembali seimbang tanpa harus menjual aset lama.
3. Menggunakan Dividen atau Kupon Obligasi
Alihkan hasil dividen saham atau kupon obligasi untuk memperbaiki keseimbangan alokasi.
4. Menggunakan ETF atau Reksa Dana
ETF indeks atau reksa dana dengan diversifikasi tinggi bisa membantu rebalancing lebih mudah karena otomatis mencakup berbagai aset.
5. Mengatur Ulang Sesuai Tujuan Baru
Jika tujuan keuangan berubah, rebalancing bisa dilakukan dengan mengubah target alokasi aset. Misalnya, semakin mendekati pensiun, portofolio bisa diarahkan lebih defensif.
Tips Efektif Melakukan Rebalancing
Menurut Morningstar, berikut tips efektif dalam rebalancing:
- Tetapkan target alokasi jelas sejak awal agar ada panduan pasti kapan harus rebalancing.
- Jangan terlalu sering rebalancing untuk menghindari biaya transaksi tinggi.
- Penjualan aset bisa memicu capital gain tax, jadi pertimbangkan dampaknya.
- Gunakan aplikasi investasi yang punya fitur otomatis untuk memantau deviasi portofolio.
- Sesuaikan dengan tujuan hidup, jangan terpaku pada angka.
Contoh Praktis Rebalancing
Seorang investor awalnya menargetkan:
- 70% saham
- 20% obligasi
- 10% cash
Setelah pasar saham naik 2 tahun berturut-turut, komposisinya berubah menjadi 85% saham, 10% obligasi, 5% cash. Investor tersebut lalu menjual sebagian saham dan membeli obligasi agar komposisi kembali mendekati target awal.
Contoh ini menunjukkan bagaimana rebalancing membantu menjaga portofolio tetap seimbang dan sesuai risiko yang diinginkan.
Kesimpulan
Rebalancing portofolio adalah proses menyesuaikan kembali alokasi aset agar sesuai dengan target investasi yang sudah ditentukan. Dengan melakukan rebalancing portofolio investasi, kamu bisa menjaga profil risiko, mengunci keuntungan, dan membeli aset dengan harga lebih murah.
Strategi ini tidak hanya membantu portofolio tetap sehat, tetapi juga membuat perjalanan investasi jangka panjang lebih stabil.
Kalau kamu ingin kembangkan portofolio global dengan cara yang praktis dan aman, yuk, pakai Gotrade. Cukup dari smartphone, kamu bisa berinvestasi saham populer AS (Apple hingga Netflix), options, dan ETF global mulai dari 1 Dolar saja.
FAQ
Apa itu rebalancing portofolio?
Rebalancing portofolio adalah menyesuaikan kembali alokasi aset agar sesuai dengan target investasi awal.
Seberapa sering rebalancing harus dilakukan?
Tergantung strategi, bisa tiap 6 bulan, 1 tahun, atau saat deviasi alokasi melebihi 5–10%.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.