Bagi banyak investor pemula, salah satu pertanyaan paling umum adalah: lebih baik mulai dari saham Blue Chip atau Second Liner?
Keduanya memang sama-sama menarik, tetapi memiliki karakteristik yang sangat berbeda, mulai dari stabilitas, risiko, hingga potensi keuntungannya.
Mengetahui perbedaan keduanya bukan hanya penting untuk memilih saham pertama, tetapi juga untuk membangun strategi investasi yang seimbang dan tahan lama. Simak pemaparan lengkapnya berikut ini.
Perbedaan Utama antara Saham Blue Chip dan Second Liner
Saham Blue Chip adalah saham dari perusahaan besar dengan fundamental kuat, stabil, dan memiliki reputasi mapan.
Biasanya, perusahaan ini sudah menjadi pemimpin pasar di industrinya dan memiliki catatan kinerja konsisten selama bertahun-tahun.
Ciri khas saham Blue Chip:
- Kapitalisasi pasar besar (biasanya di atas Rp100 triliun di Indonesia).
- Volume perdagangan tinggi dan likuiditas besar.
- Laba dan dividen stabil setiap tahun.
- Risiko lebih rendah dibanding saham lain.
Sebaliknya, saham Second Liner adalah saham dari perusahaan menengah yang masih berkembang.
Meski tidak sebesar Blue Chip, banyak di antaranya memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi.
Ciri khas saham Second Liner:
- Kapitalisasi pasar menengah (antara Rp10–100 triliun).
- Kinerja keuangan bisa fluktuatif, tetapi berpotensi naik signifikan.
- Tidak selalu rutin membagikan dividen.
- Risiko dan volatilitas harga lebih tinggi.
Dengan kata lain, Blue Chip cocok untuk stabilitas jangka panjang, sementara Second Liner cocok untuk investor yang siap mengambil risiko demi potensi return lebih besar.
Contoh Saham di Tiap Kategori
Untuk memahami lebih jelas, berikut contoh saham di tiap kategori.
Indonesia:
- Blue Chip: Bank Central Asia (BBCA), Telkom Indonesia (TLKM), Unilever Indonesia (UNVR).
- Second Liner: Mitra Adiperkasa (MAPI), Erajaya Swasembada (ERAA), Summarecon Agung (SMRA).
Global:
- Blue Chip: Apple (AAPL), Microsoft (MSFT), Johnson & Johnson (JNJ).
- Second Liner: Zoom Video (ZM), Shopify (SHOP), Roku (ROKU).
Melansir Morningstar, saham-saham Blue Chip seperti Apple dan Microsoft sering digunakan sebagai "core holdings" dalam portofolio institusi besar karena ketahanannya terhadap volatilitas ekstrem.
Sebaliknya, saham Second Liner seperti Shopify atau Roku biasanya menjadi bagian "growth satellite", area berisiko lebih tinggi tetapi memberi peluang ekspansi besar.
Risiko dan Potensi Return Masing-Masing
Tidak ada investasi tanpa risiko. Yang membedakan adalah bagaimana risiko itu dikelola.
Blue Chip:
- Risiko rendah, stabilitas tinggi.
- Cocok untuk investasi jangka panjang dan konservatif.
- Return cenderung moderat, sekitar 8–12% per tahun.
- Dividen reguler menjadi nilai tambah.
Second Liner:
- Risiko lebih tinggi karena bisnis belum sepenuhnya mapan.
- Potensi pertumbuhan bisa mencapai puluhan persen dalam waktu singkat.
- Harga bisa turun tajam saat sentimen pasar negatif.
Menurut Bloomberg, selama dekade terakhir, saham Second Liner cenderung mengungguli Blue Chip di fase awal pemulihan ekonomi, tetapi juga yang paling cepat terkoreksi ketika ekonomi melambat.
Oleh karena itu, penting bagi investor untuk menyesuaikan proporsi keduanya sesuai profil risiko dan tujuan finansial.
Strategi Diversifikasi: Seimbang antara Stabilitas dan Pertumbuhan
Kunci investasi yang sukses bukan memilih salah satu, tetapi menggabungkan keduanya dengan proporsi yang seimbang.
Misalnya, pemula bisa mengalokasikan:
- 70% Blue Chip (untuk kestabilan dan dividen rutin).
- 30% Second Liner (untuk potensi pertumbuhan lebih tinggi).
Dengan strategi ini, kamu bisa menikmati dua hal sekaligus: ketenangan dari saham stabil dan kesempatan imbal hasil lebih besar dari saham berkembang.
Diversifikasi juga bisa dilakukan lintas sektor, misalnya, kombinasi antara saham bank (BBCA), teknologi (AAPL), dan consumer goods (UNVR).
Rekomendasi Pendekatan bagi Pemula
- Mulai dari Blue Chip dulu: Bangun fondasi portofolio dengan saham yang kuat secara fundamental dan memiliki rekam jejak panjang.
- Gunakan strategi Dollar Cost Averaging (DCA): Investasikan jumlah tetap setiap bulan, tanpa peduli kondisi pasar.
- Tambah Second Liner sedikit demi sedikit: Saat sudah paham cara membaca laporan keuangan dan memahami risiko, barulah tambahkan saham growth yang lebih agresif.
- Gunakan aplikasi investasi tepercaya seperti Gotrade: Mulai membeli saham AS atau ETF global mulai dari $1, dengan akses ke berbagai kategori saham di seluruh dunia.
Kesimpulan
Baik saham Blue Chip maupun Second Liner sama-sama penting dalam portofolio. Keduanya saling melengkapi: satu menawarkan stabilitas, satu lagi memberi peluang pertumbuhan lebih besar.
Untuk pemula, langkah terbaik adalah mulai dari saham Blue Chip untuk fondasi yang kuat, lalu perlahan menambah Second Liner untuk mempercepat pertumbuhan portofolio.
Jika kamu ingin mempraktikkannya langsung, download aplikasi Gotrade dan mulai investasi rutin ke saham global favoritmu mulai dari $1.
Dari Apple hingga Tesla, semua bisa kamu miliki dalam satu platform aman dan mudah digunakan.
FAQ
1. Apakah saham Blue Chip selalu lebih aman daripada Second Liner?
Secara umum ya, tetapi bukan berarti tanpa risiko. Jika terjadi krisis besar, semua saham bisa terdampak, meski Blue Chip biasanya lebih cepat pulih.
2. Apakah Second Liner cocok untuk pemula?
Cocok jika sudah memahami dasar analisis saham dan siap menghadapi fluktuasi harga yang tajam. Pemula sebaiknya memulai dari porsi kecil.
3. Apakah bisa menggabungkan Blue Chip dan Second Liner dalam satu portofolio?
Sangat bisa, bahkan disarankan. Kombinasi keduanya membantu menyeimbangkan risiko dan return.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.




