Liquidity Crunch: Pengertian, Penyebab, dan Cara Bertahan

Dalam kondisi pasar yang normal, likuiditas membuat jual beli saham berjalan lancar. Pembeli dan penjual mudah bertemu, dan harga bergerak stabil.

Namun, ketika pasar panik, arus uang mengering, dan investor berbondong-bondong keluar dari aset berisiko, terjadilah liquidity crunch, kondisi di mana pasar kehilangan likuiditas secara tiba-tiba.

Fenomena ini bisa mengguncang harga saham, memperlebar spread, dan menciptakan efek domino di seluruh sistem keuangan.

Mari kita bahas lebih dalam apa itu liquidity crunch, penyebabnya, dampaknya, dan bagaimana investor bisa bertahan.

Apa Itu Liquidity Crunch?

Liquidity crunch adalah situasi ketika likuiditas di pasar keuangan mengering, sehingga pelaku pasar kesulitan menjual aset tanpa menyebabkan penurunan harga yang tajam. Menurut The Hedge Fund Journal, ini berarti tidak ada cukup pembeli saat semua orang ingin menjual.

Dalam kondisi seperti ini:

  • Spread bid-ask melebar.
  • Volume perdagangan menurun drastis.
  • Harga bisa jatuh jauh di bawah nilai wajar karena tekanan jual ekstrem.

Krisis ini sering disebut juga sebagai krisis likuiditas (liquidity crisis), salah satu penyebab utama dari guncangan besar di pasar modal global, termasuk krisis keuangan 2008.

Penyebab Terjadinya Liquidity Crunch

Beberapa faktor bisa memicu mengeringnya likuiditas, terutama ketika pasar menghadapi ketidakpastian tinggi atau tekanan sistemik.

1. Panic Selling

Ketika sentimen negatif mendominasi, seperti saat pandemi, krisis geopolitik, atau gagal bayar korporasi besar, investor cenderung menjual aset berisiko secara serentak. Permintaan tiba-tiba hilang, sementara penawaran membanjir, menyebabkan harga jatuh tajam dan likuiditas menghilang.

2. Pengetatan Moneter

Kenaikan suku bunga oleh bank sentral dapat membuat akses likuiditas menurun. Saat biaya pinjaman meningkat, investor dan institusi keuangan menjadi lebih berhati-hati, mengurangi perdagangan dan leverage.

Contoh: Ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga tajam pada 2022, banyak saham pertumbuhan (growth stocks) kehilangan likuiditas karena investor berpindah ke aset berisiko rendah.

3. Margin Call dan Forced Selling

Investor yang menggunakan margin tinggi bisa terpaksa menjual asetnya untuk memenuhi panggilan margin (margin call). Penjualan paksa ini memperburuk tekanan jual dan mempercepat mengeringnya likuiditas.

4. Kegagalan Institusi Keuangan

Kebangkrutan lembaga besar atau ketidakmampuan perantara pasar (seperti broker atau bank investasi) menyediakan likuiditas dapat memperburuk keadaan. Hal ini menciptakan efek kepercayaan berantai, di mana pelaku pasar enggan menempatkan dana dalam sistem.

5. Volatilitas Ekstrem

Lonjakan volatilitas membuat banyak pelaku pasar menarik diri sementara untuk menghindari risiko besar. Akibatnya, order book menjadi tipis, dan setiap transaksi besar bisa mengguncang harga secara signifikan.

Dampak Liquidity Crunch terhadap Harga Saham

Ketika likuiditas hilang, pasar saham tidak lagi mencerminkan nilai fundamental. Melansir Investopedia, harga bisa jatuh secara tidak proporsional hanya karena kurangnya pembeli, bukan karena kinerja perusahaan memburuk.

Beberapa dampak utamanya meliputi:

  • Penurunan harga tajam: tekanan jual besar tanpa pembeli cukup menciptakan flash crash.
  • Spread melebar: perbedaan antara harga bid dan ask meningkat, membuat transaksi lebih mahal.
  • Kinerja portofolio menurun: investor sulit keluar dari posisi besar tanpa kehilangan nilai.
  • Kepanikan pasar meningkat: harga jatuh memicu lebih banyak penjualan, menciptakan spiral ke bawah (downward spiral).

Contoh paling jelas terjadi pada Maret 2020, ketika pandemi COVID-19 memicu aksi jual besar-besaran. Bahkan aset-aset safe haven seperti Treasury AS sempat kehilangan likuiditas karena semua pelaku pasar berlomba-lomba mengamankan uang tunai.

Strategi Bertahan Saat Liquidity Crunch

Walau kondisi seperti ini menakutkan, ada beberapa strategi yang dapat membantu investor bertahan, bahkan memanfaatkan kondisi tersebut dengan cerdas.

1. Fokus pada saham dengan likuiditas tinggi

Prioritaskan saham-saham besar (large cap) dengan volume perdagangan tinggi. Aset semacam ini lebih mudah dijual kembali ketika pasar sedang tertekan.

2. Kurangi leverage

Menghindari penggunaan pinjaman berlebihan sangat penting. Dengan leverage rendah, investor tidak akan terpaksa melakukan forced selling di saat pasar panik.

3. Jaga posisi kas (cash buffer)

Memiliki cadangan kas memberi fleksibilitas untuk membeli aset bagus di harga murah ketika pasar pulih. Likuiditas pribadi menjadi keunggulan saat likuiditas pasar menghilang.

4. Diversifikasi lintas sektor dan aset

Sebar investasi ke berbagai sektor dan instrumen, termasuk ETF dan saham defensif, agar portofolio tidak terpapar sepenuhnya pada satu area yang tertekan.

5. Pantau kebijakan bank sentral

Intervensi moneter sering menjadi titik balik dari krisis likuiditas. Kebijakan pelonggaran (seperti quantitative easing) biasanya mengembalikan arus uang ke pasar.

Kesimpulan

Liquidity crunch adalah kondisi di mana likuiditas pasar mengering, membuat investor kesulitan menjual aset tanpa tekanan harga besar. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari panic selling hingga pengetatan moneter, namun hasilnya sama: volatilitas ekstrem dan ketidakpastian tinggi.

Bagi investor yang memahami mekanismenya, kondisi seperti ini bukan sekadar ancaman, tetapi juga kesempatan untuk menemukan saham undervalued di tengah kekacauan.

Kalau kamu ingin siap menghadapi pasar dalam kondisi apa pun, likuid atau kering, mulailah berinvestasi lewat Gotrade. Nikmati akses ke saham dan ETF global, pantau likuiditas real-time, dan kembangkan strategi yang tahan badai, langsung dari ponselmu.

FAQ

Apa itu liquidity crunch?

Kondisi ketika pasar kehilangan likuiditas, sehingga sulit menjual aset tanpa memicu penurunan harga besar.

Apa penyebab utama liquidity crunch?

Panic selling, pengetatan moneter, margin call, dan krisis kepercayaan antar lembaga keuangan.

Apa dampaknya bagi investor?

Harga saham turun tajam, spread melebar, dan sulit melakukan transaksi besar tanpa kerugian.

Bagaimana cara menghadapinya?

Fokus pada saham likuid, kurangi leverage, dan simpan cadangan kas untuk menghadapi tekanan pasar.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Artikel terkait

Dipercaya

lebih dari

1M+

Trader di Indonesia 🌏

Keamananmu adalah prioritas kami 🔒

Gotrade terdaftar & diawasi

KominfoOJKSOCFintech Indonesia

Penghargaan atas kinerja dan inovasi terdepan!🏅

 

Benzinga Global Fintech Awards 2024
Five Star Award 2024
Highest Trading Volume in Indonesia, 2024
Highest Combined 2022
Mockup Two Phones

Trading Lebih Cepat. Lebih Mudah. Lebih Cerdas.

#ReadyGoTrade

Gotrade Green Logo Top Left
AppLogo

Gotrade