Dalam analisis fundamental saham, investor sering menggunakan berbagai rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan. Salah satu rasio yang paling penting dan sering digunakan adalah Return on Assets (ROA).
ROA membantu investor memahami seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba bersih. Contohnya dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan keuntungan bagi pemegang saham.
Artikel ini akan membahas secara lengkap apa itu ROA, cara menghitungnya, perbedaannya dengan ROE, serta bagaimana menilai efisiensi perusahaan berdasarkan angka ini.
Definisi Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) adalah rasio keuangan yang menunjukkan berapa besar laba bersih yang dihasilkan dari setiap satu dolar aset perusahaan.
ROA digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola seluruh aset, baik berupa kas, gedung, mesin, maupun inventaris, agar dapat menghasilkan keuntungan.
Melansir Investopedia, rasio ini biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan laba.
Cara Menghitung Return on Assets
Untuk menghitung ROA secara akurat, kamu memerlukan dua data utama yang bisa ditemukan di laporan keuangan perusahaan:
- Laba bersih (net income) dari laporan laba rugi.
- Total aset (total assets) dari neraca keuangan.
Pada beberapa kasus, kamu juga bisa menggunakan rata-rata total aset dari awal dan akhir tahun untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Rumus ROA adalah:
ROA = (Laba Bersih / Rata-rata Total Aset) × 100%
Contoh:
Perusahaan A memiliki laba bersih $10 juta dan rata-rata total aset $200 juta.
Maka ROA-nya adalah:
(10 / 200) × 100% = 5%
Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan A menghasilkan laba sebesar 5% dari total aset yang dimiliki selama satu tahun.
Perbedaan ROA dengan ROE
Meskipun ROA dan ROE (Return on Equity) sama-sama mengukur profitabilitas, keduanya menilai dari sudut pandang yang berbeda.
Aspek | ROA | ROE |
---|---|---|
Fokus pengukuran | Efisiensi penggunaan aset | Efisiensi penggunaan modal sendiri (ekuitas) |
Rumus | Laba Bersih ÷ Total Aset | Laba Bersih ÷ Ekuitas Pemegang Saham |
Pengaruh utang | Termasuk seluruh aset (baik yang dibiayai modal maupun utang) | Hanya menghitung modal pemegang saham |
Tujuan utama | Mengukur seberapa efisien perusahaan mengelola aset | Mengukur seberapa efektif perusahaan memberi imbal hasil kepada pemegang saham |
Cara Menilai Efisiensi Perusahaan dari ROA
ROA dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi antar perusahaan, terutama yang berada dalam industri yang sama.
Namun, interpretasinya harus memperhatikan karakteristik bisnis masing-masing sektor, menurut CFI.
1. Bandingkan antar perusahaan sejenis
Jangan menilai ROA secara absolut. Misalnya, perusahaan teknologi bisa memiliki ROA tinggi (10–15%) karena tidak membutuhkan aset fisik besar, sedangkan perusahaan manufaktur mungkin hanya 3–5% karena banyak aset tetap seperti pabrik dan mesin.
2. Lihat tren historis ROA
Kenaikan ROA dari tahun ke tahun menandakan peningkatan efisiensi manajemen. Sebaliknya, penurunan ROA bisa menjadi tanda bahwa perusahaan mulai kurang optimal dalam menggunakan asetnya.
3. Perhatikan hubungan ROA dengan leverage
Perusahaan dengan utang tinggi biasanya memiliki ROA lebih rendah karena beban bunga menekan laba bersih. Oleh karena itu, investor perlu melihat juga debt to equity ratio (D/E) untuk memahami konteks ROA.
4. Gabungkan dengan margin laba dan perputaran aset
ROA sebenarnya merupakan hasil dari dua faktor:
- Profit margin (laba bersih ÷ pendapatan)
- Asset turnover (pendapatan ÷ total aset)
Gabungan keduanya disebut DuPont Analysis, yang bisa membantu kamu mengetahui apakah penurunan ROA disebabkan oleh penurunan margin atau penurunan efisiensi penggunaan aset.
5. Bandingkan dengan standar industri
Secara umum:
- ROA > 10% dianggap sangat baik.
- ROA antara 5–10% menunjukkan efisiensi moderat.
- ROA < 5% menandakan perusahaan belum optimal dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba.
Contoh ROA Saham di Pasar Global
Berikut contoh beberapa perusahaan besar di pasar saham AS dengan tingkat ROA yang berbeda:
1. Apple Inc. (AAPL)
Sebagai perusahaan teknologi dengan margin tinggi dan aset efisien, Apple memiliki ROA sekitar 25–30%, menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menghasilkan laba dari asetnya.
2. ExxonMobil (XOM)
Perusahaan energi besar ini memiliki ROA sekitar 8–10%, mencerminkan tingginya kebutuhan aset tetap dalam industri minyak dan gas.
3. Walmart Inc. (WMT)
Perusahaan ritel raksasa ini memiliki ROA sekitar 5%, karena meskipun profit marginnya rendah, volume penjualannya sangat besar dan stabil.
Contoh ini menunjukkan bahwa ROA perlu dianalisis sesuai konteks industri dan tidak bisa dibandingkan secara langsung antar sektor yang berbeda.
Kesimpulan
Return on Assets (ROA) adalah rasio penting yang mengukur seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba dari total aset yang dimilikinya. Rasio ini membantu investor memahami efektivitas manajemen dalam mengelola sumber daya bisnis.
Dengan memahami ROA, investor dapat menilai seberapa produktif perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menciptakan keuntungan.
Nah, jika kamu ingin belajar lebih dalam sambil langsung berinvestasi di perusahaan global dengan kinerja terbaik, mulailah trading di pasar global via Gotrade, dan temukan saham, ETF, atau options yang sesuai dengan strategi investasimu.
FAQ
- Apa itu Return on Assets (ROA)?
ROA adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari total aset yang dimilikinya. - Bagaimana cara menghitung ROA?
Rumusnya adalah Laba Bersih ÷ Total Aset × 100%. Semakin tinggi nilainya, semakin efisien penggunaan aset perusahaan. - Apa perbedaan ROA dengan ROE?
ROA mengukur efisiensi aset secara keseluruhan, sedangkan ROE menilai seberapa besar imbal hasil yang diberikan kepada pemegang saham. - Berapa ROA yang dianggap baik?
Tergantung industrinya, namun umumnya ROA di atas 10% dianggap efisien, sementara di bawah 5% dianggap rendah.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.