Arbitrase Saham: Pengertian, Faktor, Jenis, dan Risiko

Dalam dunia keuangan modern, peluang tidak selalu datang dari arah pasar, melainkan dari ketidaksempurnaan harga. Salah satu strategi klasik yang memanfaatkan kondisi ini adalah arbitrase saham, praktik mencari keuntungan dari perbedaan harga yang terjadi di dua pasar atau instrumen yang saling berkaitan.

Artikel ini akan membahas apa itu arbitrase saham, mengapa perbedaan harga bisa terjadi, jenis-jenis arbitrase yang umum dilakukan, serta risiko tersembunyi di balik strategi ini.

Pengertian Arbitrase Saham

Arbitrase saham adalah strategi trading yang bertujuan meraih keuntungan tanpa risiko besar dengan membeli dan menjual aset yang sama (atau setara) di dua pasar berbeda untuk memanfaatkan selisih harga.

Menurut Investopedia, arbitrase adalah pilar utama dalam menjaga efisiensi pasar. Ketika harga suatu saham berbeda di dua tempat, para pelaku arbitrase (disebut arbitrageurs) akan segera membeli di pasar yang lebih murah dan menjual di pasar yang lebih mahal. Aktivitas ini secara alami menyeimbangkan harga hingga kesenjangan tersebut hilang.

Contoh sederhana: jika saham Apple (AAPL) diperdagangkan seharga $180 di NASDAQ dan $181 di bursa Eropa melalui dual listing, trader arbitrase dapat membeli di NASDAQ dan menjual di Eropa, mengantongi keuntungan $1 per saham (sebelum biaya transaksi).

Mengapa Perbedaan Harga Bisa Terjadi

Meskipun pasar saham modern sudah sangat efisien, selisih harga (price discrepancy) tetap bisa muncul karena beberapa faktor berikut:

  1. Perbedaan zona waktu dan likuiditas: Bursa global tidak selalu buka bersamaan. Ketika satu pasar tutup dan yang lain buka, informasi terbaru belum sepenuhnya terefleksikan di harga, menciptakan lag harga sementara.
  2. Biaya transaksi dan kurs mata uang: Dalam perdagangan lintas negara, perbedaan nilai tukar atau biaya konversi dapat menciptakan peluang arbitrase antar bursa (cross-market arbitrage).
  3. Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran: Aktivitas institusi besar atau investor ritel di satu pasar bisa menimbulkan tekanan harga sementara yang belum disesuaikan di pasar lain.
  4. Struktur produk turunan: Saham, ETF, dan futures yang merepresentasikan aset sama bisa memiliki harga sedikit berbeda karena perbedaan waktu penyelesaian (settlement time) atau biaya pembiayaan (carrying cost).

Jenis-Jenis Arbitrase Saham

1. Cross-Market Arbitrage

Strategi ini melibatkan pembelian dan penjualan saham yang sama di dua bursa berbeda. Umumnya dilakukan oleh institusi dengan akses ke sistem perdagangan berkecepatan tinggi untuk memanfaatkan selisih harga dalam hitungan detik.

Contoh: saham Alibaba (BABA) yang diperdagangkan di New York (NYSE) dan Hong Kong (HKEX) bisa mengalami perbedaan harga sesaat karena perbedaan jam perdagangan dan nilai tukar USD–HKD.

2. Merger Arbitrage

Dikenal juga sebagai risk arbitrage, strategi ini berfokus pada perbedaan harga antara saham perusahaan target dan nilai penawaran akuisisi.

Misalnya, jika perusahaan A mengumumkan akan mengakuisisi perusahaan B dengan harga $50 per saham, tetapi saham B masih diperdagangkan di $47, arbitrageur akan membeli saham B dan berharap kesepakatan berhasil diselesaikan, menghasilkan keuntungan $3 per saham. Namun, jika merger gagal, harga bisa anjlok kembali, sehingga tetap ada elemen risiko.

3. ETF Arbitrage

ETF (Exchange-Traded Fund) memiliki mekanisme arbitrase alami. Ketika harga ETF menyimpang dari nilai aset bersihnya (Net Asset Value atau NAV), arbitrageur akan melakukan pembelian atau penjualan untuk menutup selisih.

Contoh: jika ETF S&P 500 diperdagangkan lebih mahal dari nilai aset dasarnya, arbitrageur dapat menjual ETF tersebut dan membeli saham-saham komponennya, menutup selisih ketika harga kembali normal.

4. Statistical Arbitrage

Berbeda dari arbitrase konvensional, strategi ini berbasis algoritma dan model matematika untuk mendeteksi penyimpangan harga sementara antara banyak saham yang memiliki hubungan historis.

Menurut Research Gate, statistical arbitrage sering digunakan oleh hedge fund besar yang mengandalkan kecepatan dan data besar (big data) untuk mengeksekusi ribuan posisi kecil secara bersamaan.

Risiko Tersembunyi di Balik Arbitrase

Meski arbitrase sering dianggap tanpa risiko, kenyataannya tetap ada potensi kerugian, terutama di era pasar yang bergerak cepat dan tidak selalu rasional.

  1. Risiko eksekusi: Peluang arbitrase bisa hilang dalam hitungan detik. Keterlambatan transaksi atau gangguan sistem dapat menyebabkan posisi justru berbalik rugi.
  2. Risiko likuiditas: Jika salah satu pasar tidak cukup likuid, sulit menutup posisi di waktu yang sama, menyebabkan slippage atau spread melebar.
  3. Risiko regulasi dan pajak: Beberapa negara memiliki pembatasan short selling atau pajak lintas pasar yang bisa mengurangi potensi keuntungan arbitrase.
  4. Risiko korelasi rusak: Pada arbitrase merger atau ETF, asumsi korelasi stabil bisa gagal jika terjadi peristiwa tak terduga seperti pembatalan merger, perubahan regulasi, atau krisis keuangan.

Meski arbitrase terdengar sederhana secara teori, dalam praktiknya membutuhkan kecepatan, modal besar, serta pemahaman mendalam tentang mikrostruktur pasar.

Kesimpulan

Arbitrase saham merupakan strategi penting yang menjaga efisiensi pasar dan membuka peluang keuntungan dari perbedaan harga antar instrumen atau bursa. Namun, peluang ini kini semakin sempit dan didominasi oleh institusi dengan akses teknologi tinggi.

Bagi investor ritel, memahami prinsip arbitrase bisa membantu mengenali bagaimana pasar menjaga keseimbangan harga serta menghindari jebakan harga yang tampak terlalu murah di permukaan.

Pahami mekanisme arbitrase dan cara kerja efisiensi pasar agar kamu bisa mengambil keputusan investasi yang lebih cerdas lewat aplikasi Gotrade, kamu bisa berinvestasi saham dan ETF global mulai dari $1.

FAQ

Apa itu arbitrase saham?

Strategi trading yang memanfaatkan perbedaan harga aset yang sama di dua pasar berbeda untuk meraih keuntungan tanpa bergantung pada arah pasar.

Apakah arbitrase selalu bebas risiko?

Tidak sepenuhnya. Risiko eksekusi, likuiditas, dan perubahan regulasi bisa membuat arbitrase berisiko, terutama bagi trader tanpa sistem otomatis.

Siapa yang biasanya melakukan arbitrase?

Kebanyakan dilakukan oleh institusi besar, hedge fund, dan pelaku high-frequency trading yang memiliki akses langsung ke berbagai bursa global.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Artikel terkait

Dipercaya

lebih dari

1M+

Trader di Indonesia 🌏

Keamananmu adalah prioritas kami 🔒

Gotrade terdaftar & diawasi

KominfoOJKSOCFintech Indonesia

Penghargaan atas kinerja dan inovasi terdepan!🏅

 

Benzinga Global Fintech Awards 2024
Five Star Award 2024
Highest Trading Volume in Indonesia, 2024
Highest Combined 2022
Mockup Two Phones

Trading Lebih Cepat. Lebih Mudah. Lebih Cerdas.

#ReadyGoTrade

Gotrade Green Logo Top Left
AppLogo

Gotrade