Setiap bisnis pada dasarnya ingin menghasilkan pendapatan setinggi mungkin dari aset yang dimilikinya. Untuk menilai seberapa efisien sebuah perusahaan dalam mengubah aset menjadi penjualan, investor biasanya melihat satu rasio penting: asset turnover ratio.
Rasio ini membantu menilai apakah perusahaan menggunakan sumber dayanya secara efektif dalam menjalankan operasional. Semakin tinggi angkanya, semakin efisien manajemen perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari total asetnya.
Dalam artikel ini, Gotrade akan membahas cara menghitung, menafsirkan, dan membandingkan asset turnover ratio antar industri agar kamu bisa menilai efisiensi perusahaan dengan lebih tajam.
Apa Itu Asset Turnover Ratio?
Asset turnover ratio adalah metrik yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dari total aset yang dimilikinya dalam satu periode tertentu.
Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa produktif perusahaan menggunakan asetnya, seperti gedung, mesin, atau kas, untuk mendorong penjualan.
Melansir Investopedia, rasio ini biasanya digunakan oleh analis keuangan untuk menilai efisiensi operasional dan efektivitas manajemen aset dalam mendukung pertumbuhan bisnis.
Rumus Asset Turnover Ratio
Asset Turnover Ratio = Total Penjualan (Revenue) / Total Aset Rata-Rata
Contoh:
Jika sebuah perusahaan memiliki pendapatan tahunan sebesar Rp500 miliar dan total aset rata-rata Rp250 miliar, maka:
500 / 250 = 2.0
Artinya, setiap Rp1 aset menghasilkan Rp2 pendapatan. Rasio ini biasanya dihitung berdasarkan rata-rata total aset di awal dan akhir tahun untuk hasil yang lebih akurat.
Interpretasi: Rasio Tinggi vs Rendah
Rasio tinggi
Menunjukkan efisiensi tinggi, di mana perusahaan mampu menghasilkan penjualan besar dengan aset yang relatif kecil.
Biasanya, perusahaan di sektor ritel dan manufaktur memiliki rasio tinggi karena perputaran stok cepat dan aset tetapnya tidak terlalu besar.
Contoh:
- Industri ritel: 1,5–3,0
- Industri logistik: 1,2–2,5
Namun, rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengindikasikan perusahaan kekurangan aset untuk ekspansi atau cadangan produksi di masa depan.
Rasio rendah
Rasio rendah berarti aset besar namun penjualan relatif kecil, menunjukkan efisiensi yang rendah.
Biasanya terjadi di sektor padat modal seperti energi, properti, atau infrastruktur, di mana investasi aset jangka panjang sangat besar.
Contoh:
- Industri energi & utilitas: 0,3–0,8
- Industri properti: 0,2–0,6
Meski begitu, rasio rendah tidak selalu negatif; bisa juga menandakan fase ekspansi besar yang baru akan menghasilkan pendapatan di masa depan.
Perbandingan Asset Turnover Ratio Antar Sektor
| Sektor | Rasio Rata-Rata | Karakteristik Umum |
|---|---|---|
| Ritel & Konsumer | 1,5 – 3,0 | Penjualan cepat, siklus kas pendek |
| Teknologi | 0,8 – 1,5 | Aset rendah, tapi bergantung pada intangible asset |
| Energi & Komoditas | 0,3 – 0,8 | Aset tetap besar, margin tinggi |
| Properti & Konstruksi | 0,2 – 0,6 | Padat modal, pendapatan periodik |
| Keuangan | 0,1 – 0,4 | Pendapatan berbasis bunga & fee, bukan aset fisik |
Melansir Corporate Finance Institute, perbandingan antar sektor penting karena standar efisiensi tiap industri berbeda.
Investor tidak bisa menilai perusahaan energi dengan tolok ukur yang sama seperti perusahaan ritel.
Cara Menggunakan Asset Turnover Ratio dalam Analisis
- Bandingkan dengan Rata-Rata Industri: Jangan menilai rasio tinggi atau rendah secara absolut. Gunakan data industri untuk menilai apakah perusahaan lebih efisien dibanding kompetitornya.
- Lihat Tren Beberapa Tahun: Kenaikan konsisten menunjukkan peningkatan efisiensi, sedangkan penurunan bisa menandakan penurunan produktivitas aset.
- Kombinasikan dengan Rasio Profitabilitas: Gunakan rasio ini bersama net profit margin atau ROA (Return on Assets) untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang efektivitas operasional. Perusahaan dengan margin rendah tetapi turnover tinggi bisa tetap memiliki kinerja keuangan baik.
- Hati-Hati dengan Penjualan Musiman: Pada sektor tertentu seperti ritel atau pariwisata, pendapatan bisa berfluktuasi besar tergantung musim. Gunakan data tahunan untuk mendapatkan rasio yang lebih representatif.
Contoh Kasus: Perbandingan Dua Perusahaan
| Perusahaan | Pendapatan (Rp Miliar) | Total Aset (Rp Miliar) | Asset Turnover Ratio |
|---|---|---|---|
| RetailMart | 800 | 400 | 2,0 |
| EnergyCorp | 1.000 | 2.500 | 0,4 |
Dari tabel di atas, meski EnergyCorp memiliki pendapatan lebih besar, efisiensi penggunaannya lebih rendah dibanding RetailMart, yang lebih efektif menghasilkan pendapatan dari aset yang dimiliki.
Kesimpulan
Asset turnover ratio adalah indikator penting untuk menilai seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya dalam menghasilkan pendapatan.
Rasio yang tinggi menandakan efisiensi operasional yang baik, sementara rasio rendah bisa menunjukkan aset yang tidak dimanfaatkan optimal atau sebaliknya, investasi jangka panjang yang belum terealisasi.
Investor sebaiknya membandingkan rasio ini dengan perusahaan sejenis dan memantau trennya dari waktu ke waktu untuk mendapatkan gambaran efisiensi yang lebih akurat.
Gunakan Gotrade untuk memantau performa perusahaan global dan belajar membaca rasio keuangan secara praktis sebelum mengambil keputusan investasi.
Investasi lebih cerdas dimulai dari pemahaman yang mendalam, pakai aplikasi Gotrade hari ini!
FAQ
1. Apakah asset turnover ratio sama dengan ROA?
Tidak. ROA mengukur profitabilitas terhadap aset, sedangkan asset turnover mengukur seberapa besar pendapatan yang dihasilkan dari aset.
2. Apa penyebab utama asset turnover ratio menurun?
Biasanya disebabkan oleh penurunan penjualan, peningkatan aset tetap (misalnya pembelian mesin baru), atau manajemen yang kurang efisien.
3. Apakah rasio tinggi selalu berarti perusahaan lebih baik?
Tidak selalu. Rasio yang terlalu tinggi bisa menunjukkan kekurangan investasi dalam aset baru atau kapasitas produksi yang terbatas.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











