Behavioral Portfolio Theory: Emosi Mengatur Strategi Investasi

Dalam dunia investasi modern, keputusan finansial tidak hanya ditentukan oleh angka dan data, tetapi juga oleh emosi dan perilaku manusia. Di sinilah Behavioral Portfolio Theory (BPT) berperan, teori yang mencoba menjelaskan bagaimana investor sesungguhnya membangun portofolio berdasarkan persepsi, ketakutan, dan tujuan pribadi, bukan sekadar logika matematis.

Artikel ini akan membahas konsep dasar Behavioral Portfolio Theory, bagaimana investor membentuk portofolio secara emosional, dan contoh penerapannya dalam dunia nyata.

Apa Itu Behavioral Portfolio Theory

Behavioral Portfolio Theory (BPT) adalah pendekatan investasi yang dikembangkan oleh Hersh Shefrin dan Meir Statman pada tahun 2000.

Teori ini merupakan pengembangan dari Modern Portfolio Theory (MPT) milik Harry Markowitz, dengan menambahkan unsur psikologi investor dalam pengambilan keputusan.

Melansir CFA Institute Journal Review, inti dari BPT adalah bahwa investor tidak selalu bertindak rasional untuk memaksimalkan return, melainkan berusaha menyeimbangkan antara keinginan memperoleh keuntungan besar dan takut kehilangan modal.

Dalam kerangka BPT, investor membangun portofolio layaknya piramida emosional:

  • Lapisan bawah (aman): berisi aset yang memberikan rasa aman, seperti obligasi atau saham defensif.
  • Lapisan atas (berisiko): berisi aset dengan potensi keuntungan tinggi, seperti saham teknologi atau kripto.

Dengan kata lain, portofolio tidak hanya disusun berdasarkan expected return dan risk, tetapi juga berdasarkan kebutuhan psikologis investor.

Perbedaan dengan Modern Portfolio Theory

Modern Portfolio Theory (MPT) mengasumsikan bahwa semua investor bersikap rasional dan bertujuan memaksimalkan return untuk tingkat risiko tertentu. Sebaliknya, Behavioral Portfolio Theory mengakui bahwa investor sering kali:

  • Mengambil risiko berlebihan demi “peluang jackpot”.
  • Menyimpan terlalu banyak dana di aset aman karena takut rugi.
  • Menetapkan tujuan emosional berbeda pada setiap bagian portofolio.

Contoh nyata, seorang investor mungkin menaruh 70% portofolionya di obligasi karena ingin “tidur tenang”, tetapi tetap menyisihkan 30% di saham spekulatif seperti Tesla atau NVIDIA demi “kesempatan besar”.

BPT menjelaskan perilaku ini sebagai bentuk “mental accounting”, yaitu kecenderungan manusia memisahkan uang berdasarkan fungsi atau tujuan tertentu, bukan melihat portofolio secara keseluruhan.

Bagaimana Investor Membangun Portofolio Emosional?

Menurut penelitian Shefrin & Statman (2000) dalam Behavioral Portfolio Theory, proses pembuatan portofolio emosional umumnya mencakup tiga tahap utama:

Menentukan tujuan emosional, bukan hanya finansial

Investor tidak hanya ingin “menghasilkan uang”, tetapi juga merasa aman, puas, atau bangga dengan pilihannya.

Tujuan keamanan (safety goal) adalah menghindari kerugian, sedangkan tujuan aspiratif (aspiration goal) adalah mencapai keuntungan besar yang diimpikan.

Membagi portofolio berdasarkan “lapisan tujuan”

Investor menempatkan dana pada berbagai lapisan sesuai tingkat risiko dan emosi. Lapisan bawah berisi aset aman untuk kebutuhan pokok dan ketenangan, sedangkan lapisan atas berisi aset berisiko tinggi untuk mimpi dan ambisi jangka panjang.

Hal ini berbeda dari MPT yang menganggap seluruh portofolio harus terdiversifikasi optimal berdasarkan statistik risiko-return.

Mengabaikan korelasi aset

Banyak investor tidak peduli apakah aset dalam portofolionya berkorelasi atau tidak, selama mereka merasa nyaman.

Contohnya, investor bisa saja memegang saham bank dan properti bersamaan karena keduanya dianggap “stabil”, meski secara statistik risikonya serupa.

Contoh Aplikasi Behavioral Portfolio Theory

  1. Investor defensif: Seseorang yang menaruh sebagian besar portofolionya di obligasi, deposito, dan ETF pasar uang karena takut kehilangan modal. Ia berinvestasi kecil di saham hanya untuk “ikut pasar”.
  2. Investor agresif: Seorang trader muda yang menaruh proporsi besar di saham teknologi atau aset kripto dengan harapan return besar, walau tahu risikonya tinggi. Ia memandang investasi aman sebagai “cadangan darurat”.
  3. Investor hybrid: Kelompok yang mencoba menyeimbangkan dua sisi emosional — keamanan dan ambisi. Biasanya mereka menempatkan 50% di aset stabil (obligasi, blue-chip stocks) dan 50% di aset pertumbuhan tinggi.

Melansir Morningstar Behavioral Finance Report, 7 dari 10 investor global secara tidak sadar membentuk portofolionya berdasarkan emosi dan tujuan pribadi seperti “pensiun aman” atau “bebas finansial muda”, bukan berdasarkan teori efisiensi pasar.

Implikasi BPT terhadap Manajemen Portofolio

  • Investor tidak sepenuhnya rasional. Mereka beroperasi berdasarkan rasa takut (loss aversion) dan harapan (greed).
  • Diversifikasi emosional lebih umum daripada diversifikasi statistik. Investor mencari keseimbangan psikologis, bukan sekadar rasio risiko-return optimal.
  • Konsistensi jangka panjang lebih bergantung pada kenyamanan emosional. Portofolio yang sesuai dengan karakter psikologis investor cenderung lebih tahan terhadap gejolak pasar.
  • Peran penasihat keuangan berubah. Mereka perlu memahami profil emosional klien, bukan hanya menghitung expected return.

Kelebihan dan Keterbatasan Behavioral Portfolio Theory

Kelebihan:

  • Lebih realistis karena mencerminkan perilaku manusia nyata.
  • Meningkatkan pemahaman terhadap keputusan investasi berbasis emosi.
  • Cocok untuk membangun strategi jangka panjang yang berkelanjutan.

Keterbatasan:

  • Sulit diukur secara kuantitatif seperti MPT.
  • Subjektif, karena bergantung pada persepsi masing-masing investor.
  • Rentan terhadap bias, seperti overconfidence atau herd behavior.

Kesimpulan

Behavioral Portfolio Theory menyoroti bahwa portofolio tidak hanya sekadar angka di tabel risiko dan return, tetapi juga cerminan emosi, tujuan hidup, dan pola pikir investor.

Dengan memahami teori ini, kamu bisa membangun strategi investasi yang bukan hanya menguntungkan di atas kertas, tetapi juga sesuai dengan profil emosional dan toleransi risiko pribadi.

Mulai bangun portofoliomu dengan lebih sadar dan terukur. Download aplikasi Gotrade dan investasikan dana kamu pada saham-saham global sesuai tujuan dan gaya investasimu sendiri.

FAQ

Apa itu Behavioral Portfolio Theory?

Teori yang menjelaskan bagaimana investor membentuk portofolio berdasarkan emosi, persepsi risiko, dan tujuan pribadi, bukan hanya logika matematis.

Apa perbedaan BPT dengan Modern Portfolio Theory?

BPT menambahkan aspek psikologis, sementara MPT murni mengandalkan perhitungan statistik risiko-return.

Mengapa penting memahami BPT dalam investasi?

Karena teori ini membantu investor mengenali bias dan perilaku emosional agar bisa mengambil keputusan investasi yang lebih rasional.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Artikel terkait

Dipercaya

lebih dari

1M+

Trader di Indonesia 🌏

Keamananmu adalah prioritas kami 🔒

Gotrade terdaftar & diawasi

KominfoOJKSOCFintech Indonesia

Penghargaan atas kinerja dan inovasi terdepan!🏅

 

Benzinga Global Fintech Awards 2024
Five Star Award 2024
Trusted Award 2024
Highest Combined 2022
Mockup Two Phones

Trading Lebih Cepat. Lebih Mudah. Lebih Cerdas.

#ReadyGoTrade

Gotrade Green Logo Top Left
AppLogo

Gotrade