Banyak pemula ingin mulai investasi saham, tetapi bingung harus beli saham apa dulu. Ini sangat wajar. Pasar saham AS berisi ribuan perusahaan dari berbagai sektor, dan memilih saham pertama sering terasa menakutkan.
Padahal, dengan pendekatan sederhana dan langkah terstruktur, kamu bisa menemukan saham pertamamu dengan lebih percaya diri.
Lewat artikel ini, Gotrade menyiapkan panduan praktis yang mudah dipahami, terutama bagi kamu yang baru mulai terjun ke dunia investasi saham AS.
Kenapa Pemula Perlu Strategi Saat Memilih Saham Pertama?
Tanpa strategi, banyak pemula:
- ikut-ikutan saham viral
- beli saham hanya karena harganya murah
- memilih berdasarkan rumor
- berharap instan untung
Padahal saham pertama adalah fondasi yang membentuk kebiasaan investasi jangka panjang. Semakin baik proses memilihnya, semakin sehat perjalanan kamu sebagai investor.
Cara Memilih Saham Pertama Kamu
Dirangkum dari Investopedia dan Saxo, ikuti cara memilih saham pertama dengan aman, rasional, dan mudah diterapkan.
1. Pilih perusahaan yang kamu kenal
Untuk saham pertama, pilih perusahaan yang produknya kamu gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
- Apple (iPhone, MacBook)
- Google (YouTube, Android)
- Microsoft (Office, Windows)
- Netflix (streaming)
- Starbucks (kopi)
Mengapa? Karena kamu lebih mudah memahami bisnisnya, model pendapatannya, dan kekuatan produknya.
Saham pertama sebaiknya berasal dari perusahaan yang sudah kamu kenal baik.
2. Pastikan perusahaannya blue-chip dan stabil
Pemula tidak perlu memulai dari saham yang terlalu spekulatif. Fokus pada:
- market cap besar
- fundamental kuat
- brand global
- kinerja stabil saat market naik ataupun turun
Saham-saham seperti ini cenderung lebih aman untuk langkah pertama karena volatilitasnya lebih terkendali.
3. Cek pertumbuhan revenue 5 tahun terakhir
Pertumbuhan pendapatan adalah tanda bahwa perusahaan:
- masih relevan
- masih digunakan oleh banyak pelanggan
- memiliki bisnis yang berkembang
Cara cepat menilainya: lihat apakah pendapatan perusahaan cenderung naik setiap tahun. Jika pendapatannya stagnan atau sering turun, pemula sebaiknya lebih berhati-hati.
4. Perhatikan profitabilitas
Cek apakah bisnisnya benar-benar menghasilkan uang.
Indikator sederhana untuk pemula:
- laba bersih positif
- margin keuntungan stabil
- free cash flow (FCF) kuat
Perusahaan yang menghasilkan uang cenderung lebih tahan banting di kondisi pasar tidak menentu.
5. Cek utang perusahaan
Gunakan aturan dasar:
- utang wajar → boleh
- utang terlalu besar → lebih berisiko untuk pemula
Cara cepat menilai utang adalah melihat debt-to-equity ratio atau tren utang 3–5 tahun terakhir.
Perusahaan teknologi besar rata-rata punya utang kecil, sementara perusahaan capital-intensive seperti airline atau oil & gas punya utang lebih besar.
6. Hindari saham “hype” untuk langkah pertama
Saham hype biasanya:
- volatilitas tinggi
- mudah dipengaruhi sentimen
- cepat naik, cepat turun
- sering membuat pemula panik
Contoh saham hype (bukan rekomendasi, hanya edukasi):
- saham meme
- perusahaan turnaround
- saham baru IPO
- saham dengan FOMO tinggi
Untuk saham pertama, stabilitas jauh lebih penting daripada sensasi.
7. Lihat valuasi secara sederhana
Pemula tidak harus ahli valuasi untuk memilih saham pertama. Cukup gunakan 1–2 indikator dasar:
- Price-to-Earnings Ratio (P/E)
- Price-to-Sales Ratio (P/S)
Tips cepat: Bandingkan valuasinya dengan perusahaan lain dalam sektor yang sama. Jika jauh lebih tinggi, saham mungkin overpriced.
8. Cek konsistensi laporan keuangan
Untuk saham pertama, pilih perusahaan dengan:
- laporan keuangan mudah dibaca
- struktur revenue jelas
- model bisnis sederhana
Perusahaan seperti Apple, Google, dan Microsoft memiliki laporan yang rapi dan mudah dipahami pemula.
9. Perhatikan tren industri
Saham pertama sebaiknya berada di industri yang:
- terus tumbuh
- punya masa depan panjang
- tidak rentan tergeser cepat
Contoh industri yang stabil:
- teknologi besar
- kesehatan
- konsumer global
- keuangan
Pilih sektor yang kamu pahami dan percaya akan terus berkembang.
10. Mulai dari fractional shares
Saham perusahaan besar seperti Nvidia, Amazon, atau Tesla bisa memiliki harga tinggi, tetapi bukan berarti kamu harus membeli 1 saham penuh.
Fractional shares memudahkan pemula untuk:
- mulai dari modal kecil
- punya porsi di saham berkualitas tinggi
- tetap konsisten investasi
Hal ini membuat proses memilih saham pertama jauh lebih sederhana.
Contoh checklist saham pertama (edukasi)
Gunakan checklist sederhana ini:
- Apakah saya mengenal produknya?
- Apakah pendapatannya tumbuh 5 tahun terakhir?
- Apakah perusahaannya profit?
- Utangnya wajar?
- Industri masa depannya jelas?
- Valuasi tidak terlalu ekstrem?
- Volatilitasnya tidak berlebihan?
Jika sebagian besar jawaban “iya”, saham tersebut layak dipertimbangkan sebagai saham pertama.
Kesimpulan
Memilih saham pertama tidak harus rumit. Mulailah dari perusahaan yang kamu kenal, stabil secara fundamental, berada di industri yang jelas prospeknya, dan memiliki laporan keuangan yang mudah dipahami.
Saham pertama bukan tentang mencari cuan cepat, tetapi membangun fondasi investasi jangka panjang yang sehat dan berkelanjutan. Dengan dimulai dari yang sederhana, proses belajar kamu akan jauh lebih mudah.
Jika kamu ingin langsung praktik membeli saham pertamamu, Gotrade membantu dengan deposit awal mulai US$5, kesempatan beli saham mulai US$1, dan akses trading 24 jam selama 5 hari.
Cocok untuk pemula yang ingin mulai kecil tetapi konsisten.
FAQ
1. Apakah saham pertama harus blue-chip?
Tidak wajib, tetapi sangat disarankan untuk pemula agar risikonya lebih terkontrol.
2. Berapa modal minimal untuk beli saham pertama?
Di Gotrade, kamu bisa membeli saham mulai dari US$1.
3. Apakah beli saham mahal seperti Apple atau Nvidia harus 1 lembar penuh?
Tidak, kamu bisa membeli fractional shares.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











