Buy, hold, sell saham adalah tiga keputusan utama yang menentukan hasil investasi jangka panjang. Masalahnya, banyak investor mengambil keputusan beli, tahan, atau jual saham bukan berdasarkan data, melainkan emosi seperti takut ketinggalan, panik, atau terlalu percaya diri.
Padahal, keputusan trading yang objektif justru membantu kamu bertahan di pasar yang volatil dan konsisten dengan tujuan investasi. Artikel ini membahas cara menentukan beli, tahan, atau jual saham secara rasional, menggunakan faktor yang bisa dievaluasi, bukan perasaan sesaat.
Memahami Buy, Hold, dan Sell dalam Trading dan Investasi
Buy berarti kamu memutuskan membeli saham karena valuasi, prospek, atau momentum dinilai menarik. Hold artinya mempertahankan saham yang sudah dimiliki karena alasan investasinya masih relevan. Sell adalah aksi menjual saham karena risiko meningkat atau tesis awal sudah berubah.
Melansir Investopedia, bagi trader profesional, ketiga keputusan ini akan selalu saling terhubung dalam satu kerangka berpikir yang konsisten.
Pasalnya, tanpa kerangka objektif, investor cenderung terlalu sering buy dan sell, atau justru menahan saham bermasalah terlalu lama.
Faktor Objektif untuk Keputusan Buy Saham
Keputusan buy sebaiknya didasarkan pada kombinasi data fundamental, valuasi, dan konteks pasar.
Tujuannya bukan mencari saham sempurna, tetapi saham yang masuk akal dibeli pada harga saat ini.
Beberapa faktor objektif yang bisa digunakan antara lain:
1. Valuasi relatif terhadap historis
Bandingkan rasio seperti P/E atau EV/EBITDA dengan rata-rata historis saham tersebut atau dengan perusahaan sejenis.
2. Pertumbuhan bisnis yang masih berjalan
Lihat tren pendapatan, laba, dan arus kas. Masih mengutip Investopedia, saham yang layak dibeli umumnya memiliki fundamental yang mendukung pertumbuhan jangka menengah.
3. Kondisi teknikal yang tidak overbought
Gunakan indikator sederhana seperti support, resistance, atau moving average untuk menghindari membeli di puncak harga.
Keputusan buy yang objektif biasanya terasa “tidak emosional” dan sering kali justru terasa membosankan.
Faktor Objektif untuk Keputusan Hold Saham
Hold adalah keputusan yang paling sering diremehkan, padahal ini yang paling menentukan hasil jangka panjang.
Banyak investor menjual saham bagus terlalu cepat hanya karena harga tidak bergerak.
Beberapa alasan objektif untuk tetap hold saham:
1. Tesis investasi masih valid
Jika alasan awal membeli saham belum berubah, keputusan hold sering kali lebih rasional daripada bertindak.
2. Fundamental stabil meski harga fluktuatif
Harga saham bisa turun sementara tanpa perubahan signifikan pada bisnis.
3. Tidak ada alternatif yang jelas lebih baik
Menjual saham seharusnya diikuti rencana penggunaan dana. Jika tidak ada opsi lain yang lebih menarik, hold sering menjadi pilihan terbaik.
Mengutip Bloomberg, investor institusional cenderung menahan saham berkualitas selama fundamentalnya konsisten, meskipun pasar bergejolak.
Faktor Objektif untuk Keputusan Sell Saham
Sell bukan tanda kegagalan, tetapi bagian dari manajemen risiko. Menjual saham secara objektif membantu kamu melindungi modal dan menjaga disiplin.
Beberapa kondisi yang secara rasional mendukung keputusan sell:
1. Tesis investasi berubah
Misalnya, pertumbuhan melambat permanen atau model bisnis tidak lagi relevan.
2. Valuasi sudah terlalu mahal
Harga saham naik jauh lebih cepat dibanding pertumbuhan fundamentalnya.
3. Manajemen risiko portofolio
Saham tertentu menjadi terlalu dominan dalam portofolio sehingga meningkatkan risiko.
Sell yang objektif biasanya terasa tidak dramatis, tetapi justru paling sulit dijalankan secara konsisten.
Menghindari Keputusan Buy, Hold, Sell Berbasis Emosi
Emosi adalah musuh utama keputusan trading. Fear of missing out (FOMO) mendorong buy di harga tinggi, sementara panic selling mendorong sell di saat yang salah.
Untuk mengurangi pengaruh emosi, kamu bisa:
- Menulis alasan buy sebelum membeli saham.
- Menentukan kondisi sell sejak awal, bukan saat panik.
- Mengevaluasi keputusan secara berkala, bukan setiap hari.
Pendekatan ini membantu mengubah keputusan beli tahan jual menjadi proses, bukan reaksi spontan.
Menyusun Kerangka Keputusan Buy, Hold, Sell Saham
Agar konsisten, kamu bisa membuat checklist sederhana sebelum mengambil keputusan trading. Checklist ini berfungsi sebagai filter objektif.
Contoh pertanyaan yang bisa digunakan:
- Apakah fundamental bisnis masih sesuai ekspektasi?
- Apakah valuasi masih masuk akal?
- Apakah risiko meningkat dibanding potensi hasil?
Dengan kerangka ini, keputusan trading menjadi lebih terstruktur dan mudah dievaluasi ulang.
Kesimpulan
Buy, hold, dan sell saham seharusnya diputuskan berdasarkan data dan kerangka yang jelas, bukan emosi pasar. Pendekatan objektif membantu kamu menjaga disiplin, mengelola risiko, dan meningkatkan konsistensi hasil investasi.
Dengan akses ke data saham AS dan ETF, kamu bisa menerapkan kerangka buy, hold, sell saham secara lebih terukur. Mulai trading di Gotrade sekarang, modal mulai Rp15.000-an saja, hari ini!
FAQ
1. Apa itu buy, hold, sell saham?
Buy, hold, sell saham adalah tiga keputusan utama dalam investasi saham, yaitu membeli, menahan, atau menjual saham berdasarkan analisis tertentu.
2. Apakah keputusan trading harus selalu sering dilakukan?
Tidak. Banyak investor justru meraih hasil lebih baik dengan frekuensi keputusan yang lebih sedikit namun berkualitas.
3. Kapan waktu terbaik untuk menjual saham?
Saat tesis investasi berubah, valuasi terlalu mahal, atau risiko portofolio meningkat.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











