Salah satu tantangan umum bagi trader adalah menentukan kapan harga saham sudah terlalu tinggi untuk dibeli atau terlalu rendah untuk dijual. Di sinilah pentingnya menghindari overbought dan oversold, dua kondisi pasar ekstrem yang sering memicu pembalikan arah harga.
Dengan bantuan indikator momentum seperti RSI (Relative Strength Index), trader bisa menilai apakah pasar sedang berada dalam fase jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold), serta kapan waktu terbaik untuk mengambil keputusan.
Makanya, yuk, simak pemaparan lengkap Gotrade di bawah ini.
Cara Membaca Indikator RSI
Agar bisa menghindari overbought dan oversold, penting untuk memahami bagaimana membaca pergerakan RSI di grafik harga:
1. RSI di Atas 70 = Overbought
Ketika RSI naik di atas 70, artinya momentum beli sedang sangat kuat, dan harga saham mungkin sudah naik terlalu tinggi dalam waktu singkat.
Kondisi ini biasanya diikuti oleh:
- Potensi koreksi harga dalam jangka pendek.
- Sinyal bagi trader untuk mulai mengamankan profit atau menunggu entry baru setelah harga terkoreksi.
Namun, penting dicatat bahwa RSI tinggi tidak selalu berarti harus langsung menjual.
Dalam tren naik yang kuat, RSI bisa tetap berada di atas 70 cukup lama sebelum pembalikan benar-benar terjadi.
2. RSI di Bawah 30 = Oversold
Ketika RSI turun di bawah 30, ini menunjukkan tekanan jual yang berlebihan, dan harga saham bisa jadi sudah terlalu murah atau tertekan.
Situasi ini sering kali diikuti oleh:
- Potensi pembalikan naik (rebound).
- Sinyal bagi trader untuk mulai memantau peluang buy jika ada konfirmasi pembalikan arah.
Sama halnya, RSI rendah tidak otomatis berarti harus langsung membeli. Dalam tren turun kuat, RSI bisa tetap di bawah 30 dalam waktu lama.
Oleh karena itu, trader perlu menunggu konfirmasi harga sebelum mengambil keputusan entry.
Cara Menghindari Overbought dan Oversold dalam Trading
Berikut beberapa strategi sederhana untuk membantu trader menghindari jebakan overbought dan oversold agar keputusan trading tetap rasional dan terukur.
1. Gunakan RSI Bersama Indikator Lain
RSI paling efektif jika digunakan bersama indikator lain seperti:
- Moving Average (MA): untuk memverifikasi arah tren utama.
- MACD: untuk mengonfirmasi momentum kenaikan atau penurunan.
- Volume: untuk memastikan kekuatan pergerakan harga.
Contoh: Jika RSI menunjukkan overbought tetapi harga masih di atas MA 50 dengan volume besar, maka tren naik kemungkinan masih kuat.
Sebaliknya, jika RSI overbought dan harga mulai turun di bawah MA, itu bisa jadi sinyal awal pembalikan.
2. Perhatikan Divergence RSI dan Harga
Divergence terjadi ketika arah pergerakan RSI tidak sejalan dengan harga saham.
Ini adalah salah satu sinyal paling kuat untuk mendeteksi potensi pembalikan tren.
- Bullish divergence: Harga membentuk titik rendah baru, tetapi RSI justru membentuk titik rendah yang lebih tinggi → potensi pembalikan naik.
- Bearish divergence: Harga membentuk titik tinggi baru, tetapi RSI membentuk titik tinggi yang lebih rendah → potensi pembalikan turun.
3. Gunakan Level Dinamis RSI (Bukan Hanya 30/70)
Pada pasar dengan volatilitas tinggi, level RSI klasik (30 dan 70) terkadang kurang relevan.
Trader berpengalaman sering menyesuaikan level ini:
- Gunakan level 40–80 untuk saham dengan tren naik kuat.
- Gunakan level 20–60 untuk saham dengan tren turun kuat.
Dengan cara ini, kamu bisa menyesuaikan pembacaan RSI agar lebih akurat dengan karakteristik saham yang sedang diperdagangkan.
4. Konfirmasi dengan Aksi Harga (Price Action)
Sebelum mengambil keputusan buy atau sell, pastikan ada konfirmasi dari pergerakan harga (price action). Contohnya:
- Jika RSI turun di bawah 30 lalu muncul candlestick bullish engulfing, ini bisa menjadi sinyal reversal naik yang lebih kuat.
- Jika RSI di atas 70 dan muncul shooting star atau doji, ini bisa jadi tanda reversal turun.
Kombinasi antara RSI dan price action memberikan kejelasan lebih tinggi dibanding hanya mengandalkan satu indikator.
5. Gunakan Time Frame Lebih Panjang untuk Validasi
Menurut Investopedia, jangan hanya melihat RSI pada satu time frame.
Misalnya, jika kamu menemukan sinyal overbought di grafik 1 jam, periksa juga grafik harian untuk memastikan apakah tren utama mendukung sinyal tersebut.
Jika keduanya sejalan, peluang keberhasilan analisismu akan jauh lebih tinggi.
Kesimpulan
Menghindari overbought dan oversold sangat penting agar trader tidak terjebak membeli di puncak atau menjual di dasar harga.
Dengan memahami cara membaca RSI dan memadukannya dengan indikator momentum lain serta konfirmasi price action, kamu bisa membuat keputusan trading yang lebih logis dan berbasis data.
Gunakan RSI bukan hanya sebagai sinyal beli atau jual, tetapi juga sebagai alat untuk memahami kekuatan dan kesehatan tren harga.
Mau mulai mempraktikkan strategi ini di saham-saham global? Mulailah trading di aplikasi Gotrade. Download dan buat akun untuk bangun portofolio hari ini!
Dengan grafik interaktif dan indikator lengkap, kamu bisa belajar membaca momentum pasar dengan lebih mudah dan akurat.
FAQ
1. Apa arti overbought dan oversold dalam trading saham?
Overbought berarti harga sudah naik terlalu tinggi dan berisiko koreksi, sedangkan oversold berarti harga terlalu rendah dan berpotensi rebound.
2. Apakah RSI bisa digunakan untuk semua jenis saham?
Ya, RSI dapat digunakan untuk semua saham, tetapi efektivitasnya meningkat jika dikombinasikan dengan indikator tren dan volume.
3. Kapan waktu terbaik untuk entry menggunakan RSI?
Kapan RSI keluar dari area ekstrem (misalnya naik dari bawah 30 atau turun dari atas 70) dan didukung oleh konfirmasi dari harga atau indikator lain.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures adalah Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











