Bagi banyak investor, salah satu daya tarik utama berinvestasi di saham adalah menerima dividen. Namun, besarnya dividen yang dibagikan sering kali tidak cukup menjelaskan seberapa menarik suatu saham untuk dimiliki. Di sinilah cara menghitung dividen yield menjadi penting.
Dengan memahami metrik ini, kamu bisa menilai apakah dividen yang ditawarkan sepadan dengan harga saham yang kamu bayar. Simak pemaparan lengkap dari Gotrade di artikel ini, mulai dari rumus hingga contoh perhitungan lengkapnya!
Apa Itu Dividen Yield?
Dividen yield adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar dividen tahunan yang dibagikan perusahaan dibandingkan harga saham saat ini. Rasio ini biasanya ditampilkan dalam bentuk persentase, sehingga investor mudah membandingkan antar saham.
Misalnya, jika sebuah saham membayar dividen Rp500 per tahun per lembar dan harga sahamnya Rp10.000, maka dividen yield-nya adalah 5%. Rasio ini membantu investor mengetahui potensi imbal hasil dari dividen relatif terhadap harga saham.
Dividen yield sangat populer di kalangan income investor, yaitu mereka yang mengandalkan dividen sebagai sumber pendapatan rutin.
Rumus Dividen Yield
Mengutip sumber dari Investopedia, rumus dividen yield dapat ditulis sebagai berikut:
Dividen Yield (%) = (Dividen Tahunan per Saham / Harga Saham Saat Ini) x 100%
Keterangan:
- Dividen tahunan = total dividen yang dibagikan perusahaan dalam satu tahun per lembar saham.
- Harga saham saat ini = harga pasar terakhir saham tersebut.
Dengan rumus dividen yield ini, investor dapat membandingkan tingkat keuntungan pasif yang ditawarkan berbagai saham.
Contoh Perhitungan Dividen Yield
Agar lebih jelas, mari lihat contoh sederhana.
- Saham A membagikan dividen Rp1.000 per saham setiap tahun.
- Harga saham A di pasar saat ini adalah Rp20.000.
Maka:
Dividen Yield = (Rp1.000 ÷ Rp20.000) x 100% = 5%.
Artinya, jika kamu membeli saham A dengan harga Rp20.000, setiap tahun kamu berpotensi menerima imbal hasil dividen sebesar 5% (selain dari capital gain bila harga saham naik).
Contoh lain, beberapa saham besar Amerika seperti Coca-Cola atau Johnson & Johnson sering menjadi incaran investor karena memiliki dividen yield stabil di kisaran 2–3% per tahun. Untuk investor pemula, stabilitas seperti ini biasanya lebih penting dibanding mengejar yield yang terlalu tinggi tapi berisiko.
Kenapa Dividen Yield Penting untuk Investor?
Ada beberapa alasan mengapa dividen yield menjadi indikator penting:
- Menentukan pendapatan pasif: investor bisa memperkirakan berapa persen pendapatan tetap yang diperoleh tiap tahun dari dividen.
- Membandingkan antar saham: misalnya, jika saham A punya yield 3% dan saham B 6%, maka saham B tampak lebih menarik—tetapi harus dianalisis lebih jauh.
- Menilai konsistensi perusahaan: dividen yield yang stabil biasanya menunjukkan perusahaan memiliki arus kas sehat.
- Mendukung strategi jangka panjang: investor yang mengutamakan compounding bisa memilih saham dengan yield stabil untuk direinvestasikan kembali.
- Faktor diferensiasi portofolio: dividen yield menambah variasi strategi, tidak hanya mengandalkan pertumbuhan harga.
- Mengukur valuasi relatif: jika yield jauh di atas rata-rata industri, bisa jadi saham sedang undervalued atau harga sedang turun signifikan.
Hal yang Perlu Diwaspadai saat Melihat Dividen Yield
Meski terlihat sederhana, investor pemula harus hati-hati agar tidak terjebak angka yield tinggi. Menurut Corporate Finance Institute, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Yield tinggi bisa jadi sinyal bahaya
Jika dividen yield sangat tinggi (misalnya >10%), bisa jadi harga saham sedang turun drastis karena masalah fundamental perusahaan.
2. Tidak menjamin keberlanjutan
Perusahaan bisa saja memangkas dividen saat menghadapi krisis atau butuh dana ekspansi. Jadi, yield saat ini tidak selalu mencerminkan masa depan.
3. Perhatikan payout ratio
Payout ratio adalah persentase laba yang dibayarkan sebagai dividen. Jika terlalu tinggi (misalnya 90% lebih), maka perusahaan berisiko tidak punya cukup dana untuk pertumbuhan.
4. Bandingkan dengan sektor sejenis
Dividen yield wajar berbeda-beda antar industri. Misalnya, sektor utilitas atau consumer goods biasanya punya yield lebih stabil dibanding teknologi yang cenderung menahan laba untuk reinvestasi.
5. Pajak dividen
Untuk investor Indonesia yang membeli saham Amerika, dividen dikenakan pajak sekitar 10–30% tergantung aturan. Jadi, hasil yang diterima bisa lebih kecil dari yield bruto yang tertera.
6. Inflasi dan nilai riil dividen
Yield tinggi belum tentu berarti investor untung besar. Jika inflasi lebih tinggi dari yield, nilai riil dividen bisa tergerus. Investor perlu membandingkan dengan inflasi tahunan.
Kesimpulan
Memahami cara menghitung dividen yield dengan rumus dividen yield membantu investor menilai potensi pendapatan pasif dari saham. Namun, angka yield bukanlah segalanya. Investor harus melihat faktor keberlanjutan dividen, payout ratio, dan kesehatan keuangan perusahaan. Dengan pendekatan menyeluruh, dividen yield bisa jadi alat bantu ampuh dalam menyusun strategi investasi jangka panjang.
Mau mulai merasakan manfaat dividen dari perusahaan kelas dunia? Lewat Gotrade, kamu bisa membeli saham Amerika, mulai dari 1 Dolar saja, dan mendapatkan dividen dari perusahaan ternama seperti Apple, Netflix, hingga NVIDIA.
Download aplikasinya lewat link ini sekarang dan bangun portofolio globalmu dengan mudah.
FAQ
1. Apakah dividen yield yang tinggi selalu bagus?
Tidak selalu. Dividen yield tinggi bisa jadi tanda perusahaan dalam masalah karena harga sahamnya jatuh. Penting mengecek fundamental terlebih dahulu.
2. Bagaimana cara meningkatkan dividen yield dalam portofolio?
Investor bisa memilih saham dengan riwayat dividen stabil, melakukan reinvestasi dividen, serta membandingkan yield antar sektor sebelum membeli saham.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.