Banyak investor pemula fokus pada return, tetapi lupa bahwa risiko portofolio sama pentingnya. Risiko tidak hanya soal "seberapa besar harga bisa turun", tetapi juga bagaimana portofolio bereaksi terhadap kondisi pasar yang berubah. Untungnya, kamu tidak perlu rumus rumit untuk mulai mengukurnya.
Lewat artikel ini, Gotrade sudah menyiapkan cara paling sederhana untuk memahami dan mengukur risiko portofolio, menggunakan tiga metrik dasar yang banyak dipakai investor global: beta, volatilitas, dan drawdown.
Kenapa Perlu Mengukur Risiko Portofolio?
Mengukur risiko portofolio membantu kamu:
- Mengetahui seberapa sensitif portofolio terhadap pasar.
- Memahami seberapa besar fluktuasi yang mungkin terjadi.
- Mengatur alokasi agar tidak terlalu agresif.
- Menjaga psikologi investasi tetap stabil.
Lewat artikel ini, Gotrade akan menjelaskan cara menghitungnya dengan metode yang mudah dan relevan bagi investor saham dan ETF AS.
Apa Itu Risiko Portofolio?
Risiko portofolio adalah kemungkinan perubahan nilai investasi akibat pergerakan pasar, faktor ekonomi, atau kinerja perusahaan. Risiko ini bisa datang dari:
- Volatilitas harga
- Kondisi makro
- Suku bunga
- Sentimen pasar
- Earnings perusahaan
Karena itu, penting untuk memiliki ukuran risiko yang jelas agar tidak salah mengambil keputusan.
Tiga Cara Sederhana Mengukur Risiko Portofolio
1. Beta: Seberapa Sensitif Portofolio terhadap Market
Beta mengukur apakah portofoliomu lebih agresif atau lebih defensif dibanding pasar (biasanya S&P 500).
Interpretasi beta:
- Beta 1.0 → bergerak searah pasar.
- Beta 1.2 → lebih agresif, potensi naik/turun lebih besar.
- Beta 0.8 → lebih defensif.
- Beta 0.5 → cenderung stabil, naik-turun lebih kecil.
Contoh: Jika portofolio kamu terdiri dari banyak growth stocks seperti NVDA, TSLA, QQQ, biasanya beta-nya tinggi. Jika portofolio kamu memiliki lebih banyak ETF defensif atau dividend stocks, beta lebih rendah.
Cara cek beta:
- Lihat beta tiap saham/ETF (tersedia di Yahoo Finance, Morningstar, atau TradingView).
- Hitung rata-rata berbobot sesuai bobot portofolio.
Beta membantu kamu memahami karakter portofolio: agresif atau konservatif.
2. Volatilitas: Seberapa Besar Harga Berfluktuasi
Menurut Horizon, volatilitas menunjukkan seberapa besar harga berubah dalam periode tertentu. Semakin volatile, semakin mudah nilai portofolio melonjak atau turun.
Cara membaca volatilitas:
- Volatilitas tinggi → fluktuasi besar, butuh mental kuat.
- Volatilitas rendah → stabil, cocok untuk investor hati-hati.
Contoh sederhana:
- QQQ (Nasdaq 100 ETF) umumnya lebih volatile dibanding SPY (S&P 500 ETF).
- Saham NVDA volatile.
- Saham Coca-Cola (KO) atau Johnson & Johnson (JNJ) jauh lebih stabil.
Cara mengukur volatilitas paling sederhana:
- Lihat pergerakan harian rata-rata.
- Cek indikator "volatility" di platform seperti TradingView.
- Fokus pada standar deviasi harga (tanpa perlu hitung manual).
Untuk pemula, cukup lihat pola harga harian: Harga yang sering naik-turun 3–5 persen dalam sehari → volatilitas tinggi.
3. Drawdown: Penurunan Maksimal dari Titik Tertinggi
Drawdown adalah ukuran paling realistis untuk melihat risiko yang sungguh kamu rasakan sebagai investor.
Drawdown mengukur:
- Penurunan dari puncak tertinggi ke titik terendah.
- Seberapa dalam portofolio pernah jatuh.
Contoh: Jika portofolio pernah naik ke 100 juta lalu turun ke 75 juta, drawdown = 25 persen.
Drawdown membantu menjawab pertanyaan penting: “Seberapa besar penurunan yang sanggup aku tanggung tanpa panik?”
Cara cek drawdown sederhana:
- Lihat grafik portofolio secara periodik.
- Lihat maks penurunan historis setiap saham.
- Cek max drawdown ETF seperti SPY, VTI, atau QQQ.
Contoh fakta drawdown:
- S&P 500 pernah turun lebih dari 55 persen pada 2008.
- Nasdaq 100 pernah turun lebih dari 80 persen setelah dot-com bubble.
- ETF defensif biasanya punya drawdown lebih kecil.
Cara Menerapkan Pengukuran Risiko pada Portofolio
1. Buat daftar semua aset beserta bobotnya
Contoh:
- SPY 40 persen
- QQQ 30 persen
- AAPL 15 persen
- KO 15 persen
2. Cek beta masing-masing aset
Lalu hitung rata-rata berbobot. Ini memberi gambaran apakah portofolio terlalu agresif.
3. Lihat volatilitas historis
Bandingkan:
- Growth vs value.
- Tech vs defensive.
- ETF indeks vs ETF thematic.
4. Cek max drawdown saham atau ETF yang kamu punya
Jika suatu aset punya drawdown historis 70 persen, pastikan porsinya tidak terlalu besar.
5. Rebalancing jika risiko terlalu tinggi
Fokus mengurangi bobot aset dengan:
- Beta tinggi.
- Volatilitas besar.
- Drawdown historis ekstrem.
Ganti dengan aset lebih stabil seperti:
- S&P 500 ETF.
- Dividend ETF.
- Consumer staples stocks.
- Healthcare stocks.
Contoh Portofolio Berdasarkan Tingkat Risiko
Konservatif
- 60 persen S&P 500 ETF.
- 20 persen bond ETF.
- 20 persen dividend ETF.
Moderate
- 50 persen S&P 500.
- 30 persen Nasdaq 100.
- 20 persen blue-chip stabil.
Agresif
- 60 persen Nasdaq 100.
- 20 persen saham growth.
- 20 persen sector ETF.
Kesimpulan
Mengukur risiko portofolio tidak harus sulit. Dengan memahami tiga indikator dasar di atas, kamu bisa menilai apakah komposisi portofoliomu terlalu agresif atau masih aman sesuai tujuan finansialmu.
Kalau kamu ingin mulai membangun portofolio saham dan ETF AS dengan cara yang lebih stabil, kamu bisa memulai di Gotrade dengan deposit awal US$5, beli saham mulai US$1, dan coba trading 24 jam/5 hari.
FAQ
- Apakah risiko lebih penting dari return?
Keduanya penting, tetapi risiko menentukan apakah kamu bisa tetap tenang saat market turun. - Apakah beta tinggi berarti buruk?
Tidak. Itu hanya berarti portofolio lebih agresif dan cocok untuk investor toleransi risiko tinggi. - Bagaimana cara menurunkan risiko portofolio?
Dengan menambah aset defensif, mengurangi bobot saham growth, dan melakukan rebalancing.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











