Bagi investor pemula, memahami kinerja reksadana saham adalah langkah penting sebelum menambah atau menarik investasi. Banyak orang membeli reksadana hanya karena iming-iming return tinggi, padahal performa sebuah produk tidak bisa dinilai dari satu angka saja.
Menilai kinerja dengan benar membantu kamu membedakan antara manajer investasi yang unggul dan yang hanya beruntung karena pasar sedang naik.
Nah, Gotrade akan membantumu memahami cara membaca laporan NAB, mengenali indikator performa utama, dan membandingkannya dengan indeks acuan agar keputusan investasi lebih objektif.
Apa Itu Reksadana Saham dan Bagaimana Cara Kerjanya
Reksadana saham adalah produk investasi yang mengelola dana dari banyak investor untuk dibelikan ke portofolio saham berbagai perusahaan.
Pengelolaannya dilakukan oleh manajer investasi profesional dengan tujuan meraih pertumbuhan nilai jangka panjang.
Melansir Investopedia, reksadana saham termasuk dalam kategori high-risk high-return karena nilainya sangat dipengaruhi fluktuasi pasar modal.
Namun, dengan manajemen yang tepat, produk ini bisa menjadi salah satu instrumen terbaik untuk membangun kekayaan jangka panjang.
Keunggulan utama reksadana saham adalah diversifikasi otomatis; kamu tidak perlu membeli saham satu per satu karena dana sudah tersebar ke banyak emiten.
Membaca Laporan NAB (Nilai Aktiva Bersih)
1. Apa itu NAB
NAB (Net Asset Value) adalah nilai total portofolio reksadana setelah dikurangi kewajiban, dibagi jumlah unit penyertaan. NAB per unit mencerminkan harga satu lembar reksadana yang dimiliki investor.
Rumus: NAB per unit = (Total Aset – Kewajiban) / Jumlah Unit Penyertaan
Jika NAB per unit naik dari Rp1.000 menjadi Rp1.200 dalam setahun, berarti produk tersebut mencatatkan kenaikan nilai 20%.
2. Frekuensi pembaruan NAB
NAB diperbarui setiap hari bursa oleh manajer investasi. Kamu bisa melihatnya di situs resmi OJK atau Bareksa.
3. Analisis Perubahan NAB
- NAB naik terus: artinya portofolio saham di dalam reksadana tumbuh positif.
- NAB stagnan: bisa menandakan pasar sideways atau kinerja manajer investasi sedang menurun.
- NAB turun tajam: terjadi ketika pasar terkoreksi atau manajer investasi salah strategi sektor.
Investor sebaiknya mengevaluasi perubahan NAB dalam horizon minimal 3–5 tahun, bukan hanya bulanan. Fluktuasi jangka pendek tidak selalu mencerminkan performa sesungguhnya.
Indikator Utama dalam Menilai Kinerja Reksadana Saham
1. Return historis
Return menunjukkan tingkat keuntungan yang dihasilkan reksadana dalam periode tertentu. Biasanya dihitung dalam bentuk persentase tahunan.
Contoh: Jika kamu berinvestasi Rp10 juta dan menjadi Rp12 juta dalam 2 tahun, maka return tahunan sekitar 9,5%.
Namun, return masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan, sehingga harus dilihat bersamaan dengan faktor risiko dan konsistensi performa.
2. Konsistensi kinerja
Performa bagus selama satu tahun belum cukup. Cek apakah reksadana tersebut konsisten mengalahkan indeks acuan (misalnya IHSG atau LQ45) dalam beberapa tahun terakhir..
3. Rasio Sharpe
Rasio Sharpe mengukur seberapa besar return yang dihasilkan dibanding risiko (volatilitas) yang diambil.
Rumus sederhana: Sharpe Ratio = (Return Reksadana – Return Bebas Risiko) / Standar Deviasi
Nilai Sharpe yang tinggi menunjukkan manajer investasi mampu menghasilkan return optimal tanpa mengambil risiko berlebihan.
4. Alpha dan Beta
- Alpha: ukuran seberapa besar kinerja reksadana melebihi indeks acuan. Alpha positif berarti manajer investasi berhasil mengalahkan pasar.
- Beta: mengukur sensitivitas reksadana terhadap pergerakan pasar. Beta tinggi berarti reksadana lebih fluktuatif dibanding indeks.
Reksadana dengan Alpha positif dan Beta moderat biasanya dianggap efisien secara risiko-return.
5. Drawdown (Penurunan Maksimum)
Drawdown mengukur seberapa besar penurunan nilai tertinggi ke terendah dalam periode tertentu. Semakin kecil drawdown, semakin defensif strategi reksadana tersebut.
Perbandingan dengan Indeks Acuan
Kinerja reksadana saham sebaiknya dibandingkan dengan indeks pasar seperti IHSG atau LQ45.
Contoh: Jika reksadana kamu naik 10% dalam setahun, sementara IHSG naik 8%, berarti manajer investasi berhasil outperform pasar sebesar 2%.
Sebaliknya, jika reksadana naik 5% saat indeks naik 10%, itu menunjukkan performa di bawah pasar (underperform).
Kamu juga bisa membandingkan dengan reksadana sejenis (peer group comparison) untuk melihat posisi relatif terhadap kompetitor.
Evaluasi Kinerja Berdasarkan Risiko dan Tujuan
Menilai kinerja reksadana tidak hanya soal return, tapi juga kesesuaian dengan profil risiko dan tujuan investasi kamu.
- Investor konservatif: pilih reksadana saham dengan volatilitas rendah dan Sharpe ratio tinggi.
- Investor agresif: bisa memilih reksadana dengan exposure sektor growth meski fluktuasinya lebih besar.
- Investor jangka panjang: fokus pada konsistensi 3–5 tahun dan strategi sektor yang relevan dengan tren ekonomi global.
Tips Memilih dan Mengevaluasi Reksadana Saham
- Perhatikan manajer investasi: Cek rekam jejak, total dana kelolaan, dan konsistensi kinerja portofolio.
- Gunakan benchmark: Pastikan perbandingan dilakukan terhadap indeks dan reksadana sejenis.
- Periksa biaya (expense ratio): Biaya pengelolaan tinggi bisa menggerus return jangka panjang.
- Pantau laporan bulanan: Cermati alokasi saham, perubahan sektor, dan strategi manajemen risiko.
Kesimpulan
Menilai kinerja reksadana saham membutuhkan analisis yang lebih dari sekadar melihat angka return.
Dengan memahami indikator seperti NAB, Sharpe ratio, dan perbandingan terhadap indeks acuan, kamu bisa menilai kualitas manajer investasi secara objektif dan mengukur potensi jangka panjang produk tersebut.
Selain berinvetasi di reksadana, kamu bisa diversifikasi ke pasar saham Amerika Serikat dengan hanya $1, lho! Bagaimana caranya? Gampang, download aplikasi Gotrade dan mulai investasi saham AS hari ini!
FAQ
1. Berapa lama waktu ideal untuk menilai kinerja reksadana saham?
Minimal 3 tahun, karena pasar saham cenderung fluktuatif dalam jangka pendek.
2. Apakah return tinggi selalu berarti reksadana bagus?
Tidak. Return harus dibandingkan dengan risiko dan konsistensi performa antar periode.
3. Apa tanda reksadana perlu diganti?
Jika performa terus tertinggal dari indeks dan kompetitor selama lebih dari dua tahun berturut-turut.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











