Cash vs Saham: Risiko, Return, dan Kapan Memilih

Share this article

Dalam dunia investasi, keputusan antara cash vs saham sering kali dipahami secara keliru. Banyak investor menganggap cash sebagai simbol “takut risiko” dan saham sebagai satu-satunya jalan menuju pertumbuhan. Padahal, memahami peran masing-masing aset justru membantu membangun portofolio yang lebih sehat dan fleksibel.

Artikel ini membahas risiko dan potensi return cash dan saham, serta kapan masing-masing lebih masuk akal dipilih, terutama dari sudut pandang manajemen risiko, bukan sekadar mengejar timing pasar.

Memahami Peran Cash dan Saham dalam Portofolio

Cash dan saham memiliki fungsi yang sangat berbeda dalam portofolio.

Cash bukanlah aset pertumbuhan, tetapi alat stabilitas dan fleksibilitas. Nilainya relatif stabil, mudah dicairkan, dan berfungsi sebagai penyangga saat kondisi pasar tidak menentu.

Dalam konteks investasi, cash memberi ruang untuk bernapas dan mengambil keputusan rasional.

Saham, di sisi lain, adalah aset pertumbuhan. Return saham berasal dari kenaikan harga dan potensi dividen, tetapi disertai volatilitas dan risiko penurunan nilai.

Saham bekerja optimal ketika investor memiliki horizon waktu yang cukup panjang dan toleransi risiko yang sesuai, dilansir dari Investopedia.

Memahami perbedaan fungsi ini membantu investor tidak terjebak dalam dikotomi “aman vs berani”, melainkan melihat keduanya sebagai alat dengan peran berbeda.

Risiko dan Potensi Return: Cash vs Saham

Risiko dan return cash

Dari sisi risiko, cash memiliki risiko volatilitas yang sangat rendah. Nilai nominalnya tidak berfluktuasi seperti saham.

Namun, cash memiliki risiko lain yang sering diabaikan, yaitu risiko inflasi. Daya beli cash bisa tergerus seiring waktu jika tidak diinvestasikan.

Potensi return cash juga relatif rendah. Cash tidak dirancang untuk menghasilkan pertumbuhan signifikan, melainkan menjaga nilai dan likuiditas.

Risiko dan return saham

Saham menawarkan potensi return yang jauh lebih tinggi dalam jangka panjang. Secara historis, saham mampu mengungguli inflasi dan aset konservatif.

Namun, risiko saham juga lebih tinggi, mulai dari fluktuasi harga harian hingga drawdown besar saat krisis.

Perbedaan inilah yang membuat keputusan cash vs saham tidak bisa dilepaskan dari tujuan dan kondisi investor.

Cash sebagai Alat Fleksibilitas, Bukan Market Timing

Kesalahan umum investor adalah menggunakan cash sebagai alat market timing, menunggu “harga paling murah” sebelum masuk pasar. Pendekatan ini sering berujung pada keputusan emosional dan kehilangan peluang.

Dalam praktik yang lebih sehat, cash berfungsi sebagai alat fleksibilitas. Dengan porsi cash yang cukup, investor memiliki kemampuan untuk:

  1. Bertahan saat pasar volatil tanpa tekanan menjual aset
  2. Menambah posisi secara bertahap ketika peluang muncul
  3. Mengelola risiko tanpa harus mengubah strategi besar

Cash memberi opsi, bukan prediksi. Investor tidak perlu tahu kapan titik terendah pasar, tetapi cukup siap jika peluang datang.

Kapan Cash Lebih Masuk Akal Dipilih?

Cash menjadi pilihan yang masuk akal dalam beberapa kondisi tertentu.

Saat kebutuhan likuiditas tinggi, misalnya untuk rencana jangka pendek atau ketidakpastian pendapatan, cash berperan penting. Mengalokasikan dana yang akan digunakan dalam waktu dekat ke saham justru meningkatkan risiko yang tidak perlu.

Cash juga relevan saat risiko portofolio sudah terlalu tinggi. Jika exposure ke saham sudah besar dan volatilitas meningkat, menambah cash bisa membantu menyeimbangkan risiko tanpa harus menjual aset inti.

Selain itu, cash bermanfaat saat kondisi mental investor sedang tidak stabil. Dalam fase stres atau overexposure emosi, cash membantu menjaga disiplin dan mencegah keputusan impulsif.

Kapan Saham Lebih Tepat Dipilih?

Saham lebih tepat dipilih ketika tujuan investasi bersifat jangka menengah hingga panjang. Dengan waktu sebagai sekutu, volatilitas jangka pendek menjadi kurang relevan dibanding potensi pertumbuhan.

Saham juga masuk akal ketika profil risiko investor memungkinkan fluktuasi nilai. Investor yang memahami bahwa drawdown adalah bagian dari proses biasanya lebih siap menghadapi dinamika pasar.

Dalam kondisi valuasi yang masuk akal dan fundamental bisnis yang solid, saham menjadi alat utama untuk mengembangkan aset secara nyata, bukan sekadar mempertahankan nilai.

Nah, mau mendapatkan eksposur ke pasar saham AS dan ETF populer? Yuk, download dan buat akun Gotrade Indonesia sekarang!

Cukup modal dari US$1, lho!

Tips Menyeimbangkan Cash dan Saham

Alih-alih memilih salah satu secara ekstrem, pendekatan yang lebih sehat adalah menyeimbangkan cash dan saham sesuai kondisi.

Manajemen risiko yang baik melihat cash sebagai buffer, bukan pesaing saham. Dengan cash yang cukup, investor tidak dipaksa menjual saham di waktu yang tidak ideal. Dengan saham yang cukup, portofolio tetap memiliki mesin pertumbuhan.

Proporsi ideal antara cash dan saham bersifat dinamis. Ia berubah seiring usia, tujuan keuangan, kondisi pasar, dan toleransi risiko.

Investor aktif biasanya menyesuaikan porsi ini secara berkala, bukan bereaksi harian.

Kesimpulan

Saat mempertimbangkan cash vs saham, pertanyaannya bukan mana yang lebih baik, tetapi kapan dan untuk tujuan apa masing-masing digunakan. Cash memberi fleksibilitas dan stabilitas, sementara saham menawarkan potensi pertumbuhan jangka panjang dengan risiko yang lebih tinggi.

Investor yang matang tidak melihat cash sebagai musuh return, melainkan alat untuk menjaga disiplin dan kesiapan.

Dengan keseimbangan yang tepat, cash dan saham bisa bekerja bersama membangun portofolio yang lebih tahan terhadap berbagai kondisi pasar.

FAQ

1. Apakah terlalu banyak cash berarti investasi tidak optimal?
Tidak selalu. Cash berfungsi sebagai buffer dan alat fleksibilitas.

2. Apakah saham selalu lebih baik dari cash dalam jangka panjang?
Secara historis iya, tetapi tetap tergantung horizon waktu dan risiko.

3. Berapa porsi cash yang ideal dalam portofolio?
Tidak ada angka universal. Tergantung tujuan, risiko, dan kondisi pribadi.

Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Artikel terkait

Dipercaya

lebih dari

1M+

Trader di Indonesia 🌏

Keamananmu adalah prioritas kami 🔒

Gotrade terdaftar & diawasi

KominfoOJKSOCFintech Indonesia

Penghargaan atas kinerja dan inovasi terdepan!🏅

 

Benzinga Global Fintech Awards 2024
Five Star Award 2024
Highest Trading Volume in Indonesia, 2024
Highest Combined 2022
Mockup Two Phones

Trading Lebih Cepat. Lebih Mudah. Lebih Cerdas.

#ReadyGoTrade

Gotrade Green Logo Top Left
AppLogo

Gotrade