Dalam dunia pasar saham, tidak semua kenaikan harga adalah tanda kebangkitan. Salah satu fenomena yang sering menjebak investor adalah dead cat bounce, sebuah rebound singkat dalam tren turun yang tampak seperti awal pemulihan, padahal hanya jeda sementara sebelum penurunan berikutnya.
Artikel ini akan membahas definisi dead cat bounce, penyebab utamanya, serta strategi untuk menghindari sinyal palsu agar kamu tidak terjebak di fase bear market rally.
Arti Dead Cat Bounce
Dead cat bounce adalah kenaikan sementara pada harga saham atau indeks yang sedang berada dalam tren turun tajam. Istilah ini berasal dari ungkapan pasar lama: “bahkan kucing mati pun akan memantul jika jatuh dari ketinggian yang cukup.”
Menurut Investopedia, fenomena ini mencerminkan psikologi pasar di mana sebagian investor percaya harga telah mencapai titik terendah (bottom), lalu masuk membeli. Namun, tekanan jual kembali meningkat, membuat harga turun lagi dan melanjutkan tren bearish.
Fenomena ini umum terjadi setelah kejatuhan pasar besar seperti krisis finansial 2008, pandemi 2020, dan periode tech selloff di 2022.
Ciri-Ciri Dead Cat Bounce
1. Terjadi setelah penurunan tajam
Biasanya muncul setelah harga saham jatuh signifikan (lebih dari 15–20%) dalam waktu singkat. Kenaikan kecil setelah itu sering kali menipu investor bahwa tren turun sudah berakhir.
2. Volume perdagangan meningkat sesaat
Lonjakan volume terjadi karena banyak trader jangka pendek masuk untuk memanfaatkan rebound. Namun, volume tersebut tidak bertahan lama dan segera melemah.
3. Tidak ada dukungan fundamental kuat
Harga naik tanpa adanya berita positif besar, seperti laporan earnings solid atau kebijakan ekonomi baru. Artinya, rebound lebih dipicu faktor teknikal dan psikologis, bukan faktor ekonomi riil.
4. Aksi jual lanjutan
Setelah kenaikan singkat, harga kembali menurun bahkan melewati titik terendah sebelumnya, menegaskan bahwa tren bearish belum selesai.
Penyebab Terjadinya Dead Cat Bounce
Beberapa faktor utama yang mendorong fenomena ini antara lain:
1. Aktivitas short covering
Setelah kejatuhan tajam, banyak trader yang menutup posisi short-nya untuk mengunci keuntungan. Aksi beli massal ini memicu kenaikan harga sementara.
2. Optimisme berlebihan
Sebagian investor menganggap harga sudah “murah” dan mulai membeli tanpa memperhitungkan konteks tren besar yang masih negatif.
3. Intervensi kebijakan
Pernyataan bank sentral atau stimulus pemerintah kadang menciptakan efek relief rally. Namun, jika kebijakan tersebut tidak cukup kuat secara fundamental, harga kembali melemah setelah euforia reda.
4. Perang antara investor ritel dan institusi
Dalam banyak kasus, dead cat bounce terjadi saat investor ritel mulai masuk membeli, sementara investor institusi justru memanfaatkan momentum untuk menjual di harga lebih tinggi.
Strategi Menghindari Sinyal Palsu
1. Analisis tren utama
Pastikan tren besar masih bearish atau sudah berbalik arah dengan melihat moving average jangka panjang (misalnya MA 50 dan MA 200). Jika harga masih di bawah keduanya, kemungkinan besar bounce hanya bersifat teknikal.
2. Perhatikan konfirmasi volume
Kenaikan yang sehat biasanya diiringi volume tinggi secara konsisten. Jika volume menurun saat harga naik, ada indikasi bahwa rebound tidak memiliki kekuatan cukup.
3. Tunggu konfirmasi higher high
Trader berpengalaman menunggu harga membentuk higher high dan higher low sebelum menyimpulkan bahwa tren bearish benar-benar selesai.
4. Gunakan indikator momentum
Gunakan RSI, MACD, atau indikator trend strength lainnya. Jika RSI masih di bawah 50 atau MACD belum melakukan bullish crossover, besar kemungkinan pergerakan hanya sementara.
5. Hindari keputusan emosional
Jangan terburu-buru membeli hanya karena harga tampak “diskon”. Ingat, harga bisa terus murah dan terus turun.
Menurut analisis Corporate Finance Institute (CFI), banyak investor kehilangan modal karena menganggap dead cat bounce sebagai sinyal pemulihan permanen padahal pasar masih didominasi ketakutan dan aksi likuidasi.
Contoh Nyata di Pasar Global
Salah satu contoh paling jelas adalah pada Krisis Finansial 2008, ketika indeks S&P 500 sempat naik lebih dari 10% pada Oktober setelah anjlok drastis, hanya untuk turun kembali hingga lebih dari 30% beberapa minggu kemudian.
Kejadian serupa juga terlihat pada awal pandemi COVID-19 tahun 2020, ketika pasar global sempat memantul singkat sebelum jatuh ke titik terendah pada Maret 2020.
Fenomena ini menegaskan bahwa rebound tidak selalu berarti pemulihan, melainkan sering kali hanya jeda teknikal di tengah kepanikan.
Kesimpulan
Dead cat bounce adalah fenomena rebound sementara dalam tren turun tajam yang sering kali menipu investor.
Dengan memahami ciri-ciri, penyebab, dan cara mengidentifikasinya, kamu bisa menghindari sinyal palsu dan menjaga portofolio dari kerugian besar.
Tetap waspada terhadap sinyal palsu, dan manfaatkan Gotrade untuk berinvestasi secara disiplin di saham dan ETF global tanpa terjebak euforia sesaat.
Tertarik untuk mencoba? Yuk, download aplikasi Gotrade sekarang dari Android dan iOS!
FAQ
Apa itu dead cat bounce?
Kenaikan harga sementara setelah penurunan tajam, yang sering kali diikuti dengan penurunan lanjutan.
Bagaimana membedakannya dari pemulihan sesungguhnya?
Perhatikan tren jangka panjang, konfirmasi volume, dan indikator momentum sebelum menyimpulkan bahwa tren sudah berbalik.
Apakah dead cat bounce bisa dimanfaatkan untuk trading?
Bisa, namun sangat berisiko. Biasanya hanya digunakan oleh trader berpengalaman untuk strategi jangka sangat pendek (scalping atau short-term trade).
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.