Bagi trader yang mencari peluang dari pergerakan jangka pendek, dividend capture strategy bisa jadi salah satu taktik menarik.
Berbeda dari investor jangka panjang yang menahan saham demi pertumbuhan nilai dan dividen tahunan, strategi ini fokus untuk "menangkap" dividen dalam waktu singkat, hanya dengan memegang saham beberapa hari sebelum tanggal pembagian.
Gotrade akan membahas cara kerja dividend capture strategy, risiko yang perlu diwaspadai, serta contoh penerapan realistis di pasar saham global.
Apa Itu Dividend Capture Strategy
Dividend capture strategy adalah strategi jangka pendek di mana trader membeli saham sebelum tanggal ex-dividend dan menjualnya segera setelah memperoleh hak atas dividen tersebut.
Tujuannya bukan untuk berinvestasi jangka panjang, tetapi memanfaatkan momen distribusi dividen untuk mendapatkan keuntungan tunai cepat.
Cara Kerja Singkatnya:
- Trader mencari saham yang akan membagikan dividen dalam waktu dekat.
- Saham dibeli 1–2 hari sebelum ex-dividend date.
- Setelah melewati tanggal ex-dividend, trader berhak atas pembayaran dividen meski saham langsung dijual.
- Trader menjual saham biasanya 1–5 hari setelah ex-date, berharap harga saham pulih sebagian dari penurunan akibat dividen.
Memahami Ex-Dividend Date
Agar strategi ini berhasil, memahami konsep ex-dividend date adalah hal wajib.
- Declaration Date: tanggal perusahaan mengumumkan dividen.
- Record Date: tanggal investor yang terdaftar akan menerima dividen.
- Ex-Dividend Date: biasanya satu hari kerja sebelum record date, jika kamu membeli setelah tanggal ini, kamu tidak berhak atas dividen.
- Payment Date: tanggal dividen benar-benar dibayarkan.
Kunci utama: beli saham sebelum ex-dividend date, lalu jual setelahnya.
Contoh: Perusahaan XYZ mengumumkan dividen tunai $1 per saham dengan ex-dividend date pada 10 Mei.
Jika kamu membeli saham pada 9 Mei, kamu berhak atas dividen tersebut walau menjualnya kembali pada 11 Mei.
Ilustrasi Pergerakan Harga
Ketika dividen diumumkan, harga saham biasanya turun setara dengan nilai dividen pada ex-dividend date. Misalnya:
- Harga saham sebelum ex-dividend = $50
- Dividen per saham = $1
- Setelah ex-date, harga saham biasanya turun ke sekitar $49
Namun, pasar tidak selalu bergerak sempurna. Dalam kondisi bullish, harga saham bisa pulih dengan cepat, inilah area di mana dividend capture strategy bisa menguntungkan.
Risiko dalam Dividend Capture Strategy
Meski terlihat mudah, strategi ini tidak bebas risiko. Berikut beberapa hal yang wajib diperhatikan:
Volatilitas Harga Saham
Harga saham bisa turun lebih besar daripada nilai dividen akibat sentimen pasar atau aksi jual masif dari investor lain yang menggunakan strategi sama.
Jika saham turun signifikan, keuntungan dividen bisa langsung hilang karena kerugian harga.
Risiko Pajak
Di beberapa negara, termasuk AS dan Indonesia, dividen dikenai pajak final. Untuk trader jangka pendek, pajak ini bisa mengurangi margin keuntungan.
Contohnya, jika kamu mendapat dividen 2% tapi dikenai pajak 10–15%, maka hasil bersihnya bisa jauh lebih kecil dari yang diharapkan.
Biaya Transaksi & Spread Likuiditas
Trader harus memperhitungkan biaya beli-jual saham dan selisih harga bid-ask. Jika likuiditas saham rendah, kamu bisa kesulitan menjual saham di harga optimal setelah ex-dividend date.
Kesalahan Timing
Masuk terlalu dekat atau terlalu jauh dari tanggal ex-dividend bisa mengacaukan hasil. Idealnya, entry dilakukan 1–3 hari sebelum ex-date, disertai analisis volume dan tren harga jangka pendek.
Kapan Strategi Ini Efektif?
Dividend capture strategy umumnya lebih efektif jika:
- Saham memiliki rekam jejak dividen stabil dan volatilitas harga rendah.
- Pasar dalam fase bullish moderat, sehingga harga cepat pulih setelah ex-date.
- Trader menggunakan screening tool untuk mencari saham dengan dividend yield menarik dan jadwal ex-date berdekatan.
Strategi Konfirmasi Tambahan
- Gunakan Indikator Volume dan RSI: Cek apakah volume meningkat sebelum ex-date, ini menandakan minat beli jangka pendek meningkat. Gunakan RSI untuk memastikan saham belum masuk area overbought.
- Pilih Saham Blue Chip atau High Liquidity: Saham dengan volume besar seperti Microsoft (MSFT) atau Coca-Cola (KO) lebih aman karena pergerakan harga pasca-dividen relatif stabil.
- Batasi Eksposur per Transaksi: Idealnya, risiko per posisi tidak lebih dari 1–2% dari total portofolio. Strategi ini bukan untuk semua saham, hanya untuk yang punya likuiditas tinggi dan dividen rutin.
Kesimpulan
Dividend capture strategy bisa menjadi cara menarik untuk mendapatkan dividen tanpa harus menahan saham terlalu lama. Namun, strategi ini bukan tanpa risiko, volatilitas harga, pajak, dan timing bisa sangat memengaruhi hasil.
Kuncinya adalah disiplin dalam memilih saham, memahami kalender dividen, dan melakukan perhitungan realistis terhadap biaya transaksi.
Jika digunakan dengan hati-hati, strategi ini bisa menjadi bagian dari pendekatan short-term trading yang terukur dan efisien.
Bangun strategi investasimu dengan analisis yang lebih matang dan akses langsung ke saham global lewat Gotrade, aplikasi terbaik untuk berinvestasi! Unduh sekarang dengan tap di sini.
FAQ
1. Apakah strategi ini cocok untuk investor pemula?
Tidak sepenuhnya. Dividend capture lebih cocok untuk trader berpengalaman karena butuh pemahaman timing dan risiko volatilitas.
2. Berapa lama saham perlu di-hold untuk dapat dividen?
Cukup sampai melewati ex-dividend date. Setelah itu, kamu berhak atas dividen meskipun saham sudah dijual.
3. Apakah strategi ini bisa diterapkan di saham Indonesia?
Bisa, namun pastikan memperhatikan cum date dan ex date di jadwal BEI serta perhitungkan pajak final dividen.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











