Emotional Trading: Arti, Dampak, dan Cara Jaga Mental

Setiap trader pasti pernah merasakan campuran rasa takut, serakah, dan euforia saat melihat pergerakan harga di pasar. Namun, tidak semua trader mampu mengendalikan emosi tersebut. Ketika keputusan diambil bukan berdasarkan analisis, tetapi karena dorongan emosional, maka itulah yang disebut emotional trading.

Fenomena ini adalah salah satu penyebab utama kegagalan dalam trading. Bahkan, strategi terbaik pun bisa berakhir dengan kerugian besar jika pelakunya tidak memiliki kendali diri yang kuat.

Artikel ini akan membahas bagaimana emosi memengaruhi keputusan trading, tanda-tanda emotional trading, serta cara menjaga objektivitas agar keputusan tetap rasional.

Apa Itu Emotional Trading?

Emotional trading terjadi ketika keputusan beli atau jual dibuat karena faktor psikologis, bukan berdasarkan strategi atau analisis pasar.

Melansir Capital, biasanya dipicu oleh dua emosi dominan: fear (ketakutan) dan greed (keserakahan).

  • Fear (takut) membuat trader menutup posisi terlalu cepat atau tidak berani masuk pasar, meski sinyalnya valid.
  • Greed (serakah) mendorong trader menahan posisi terlalu lama karena berharap keuntungan lebih besar, hingga akhirnya kehilangan semua profit.

Akibatnya, performa trading menjadi tidak konsisten dan keputusan tidak objektif.

Mengapa Emosi Bisa Merusak Keputusan Trading?

1. Mengubah rencana di tengah jalan

Trader emosional sering kali punya rencana awal, tetapi langsung mengubahnya begitu harga bergerak berlawanan. Mereka lupa bahwa volatilitas jangka pendek adalah hal wajar di pasar.

Misalnya, sudah menargetkan take profit di level tertentu, tapi karena harga naik cepat, target diubah untuk mengejar lebih banyak. Tidak lama kemudian, harga justru berbalik arah dan semua keuntungan menguap.

2. Overtrading akibat euforia

Setelah mengalami beberapa kemenangan berturut-turut, banyak trader merasa “tidak bisa salah” dan mulai masuk pasar tanpa analisis matang. Ini disebut euphoria bias, keyakinan berlebihan bahwa pasar akan selalu sejalan dengan keputusan kita.

Sayangnya, mengutip Trade City, overtrading seperti ini justru meningkatkan risiko kesalahan besar karena posisi diambil tanpa perhitungan risiko yang jelas.

3. Panik saat harga berbalik

Trader yang tidak siap secara mental akan mudah panik ketika harga bergerak melawan posisi mereka. Emosi takut rugi membuat mereka menutup posisi lebih cepat dari seharusnya atau bahkan membalik arah posisi tanpa perencanaan yang logis.

4. Mengabaikan sinyal valid

Kadang emosi justru membuat trader menolak fakta pasar. Ketika sinyal jual muncul tapi trader masih “berharap” harga naik, keputusan tersebut didorong oleh denial, bukan data. Hasilnya, posisi rugi semakin besar karena tidak disiplin mengikuti sistem.

5. Terjebak dalam revenge trading

Setelah mengalami kerugian besar, banyak trader berusaha “membalas” pasar dengan masuk lagi secara agresif. Ini dikenal sebagai revenge trading, yang biasanya hanya memperburuk situasi karena keputusan diambil dalam kondisi emosional, bukan rasional.

Tanda-Tanda Kamu Sudah Terjebak Emotional Trading

  • Merasa cemas atau stres berlebihan setiap kali membuka posisi.
  • Sering mengubah target dan stop loss tanpa alasan teknikal.
  • Trading terlalu sering hanya untuk “membuktikan diri”.
  • Sulit berhenti meski sudah mencapai target harian.
  • Terpengaruh opini media sosial atau rumor tanpa verifikasi data.

Cara Menjaga Objektivitas dalam Trading

1. Gunakan rencana trading tertulis

Buatlah trading plan yang mencakup:

  • Kondisi entry dan exit,
  • Rasio risiko dan imbal hasil,
  • Maksimal kerugian per hari atau minggu.

Dengan rencana tertulis, kamu memiliki panduan yang bisa menjadi “penjaga logika” saat emosi mulai menguasai pikiran.

2. Gunakan ukuran posisi kecil di masa volatil

Ketika pasar bergerak sangat cepat, gunakan ukuran posisi yang lebih kecil untuk mengurangi tekanan emosional. Jika risikonya terasa ringan, kamu akan lebih mudah berpikir objektif.

3. Gunakan jurnal trading

Catat setiap transaksi: alasan entry, hasil akhir, dan bagaimana perasaanmu saat melakukannya. Setelah beberapa minggu, kamu akan mulai mengenali pola emosional yang sering memicu kesalahan.

4. Disiplin terhadap stop loss dan target profit

Stop loss bukan musuh trader — justru itu adalah pelindung modal.
Disiplin menjalankan batas rugi yang sudah ditentukan membuat kamu bisa bertahan lebih lama dalam jangka panjang.

Begitu pula, jangan tergoda mengubah target profit hanya karena harga sedang “terbang”. Rencana yang baik lebih berharga daripada insting sesaat.

5. Miliki rutinitas pra-trading

Banyak trader profesional memiliki rutinitas sebelum masuk pasar, seperti meditasi singkat, olahraga, atau membaca ulang rencana trading.
Rutinitas ini membantu menenangkan pikiran dan mempersiapkan mental untuk menghadapi volatilitas.

6. Hindari trading saat kondisi emosional tidak stabil

Jangan pernah trading saat sedang marah, stres, atau kelelahan. Dalam kondisi ini, otak cenderung bereaksi impulsif dan sulit membuat keputusan rasional.

7. Fokus pada proses, bukan hasil

Trader sukses tahu bahwa hasil adalah konsekuensi dari proses yang benar. Jika kamu terus menilai keberhasilan hanya dari profit atau loss jangka pendek, tekanan emosional akan semakin besar.

Dengan fokus pada disiplin menjalankan sistem, kamu akan lebih tenang dan percaya pada strategi yang telah terbukti.

Contoh Kasus

Misalnya, seorang trader membuka posisi beli pada saham Tesla (TSLA) karena melihat harga naik cepat. Beberapa menit kemudian, harga turun sedikit dan trader langsung panik, menutup posisi dengan rugi kecil. Tak lama kemudian, harga justru naik tinggi sesuai analisis awal.

Ini contoh klasik emotional trading: keputusan diambil karena takut rugi, bukan karena sinyal strategi. Padahal, jika trader tetap berpegang pada rencana dan stop loss, hasilnya bisa jauh berbeda.

Kesimpulan

Emotional trading adalah musuh terbesar setiap trader. Emosi seperti takut, serakah, dan euforia bisa merusak logika dan menggagalkan strategi yang seharusnya menguntungkan.
Untuk menjadi trader yang konsisten, penting menjaga objektivitas melalui disiplin, perencanaan matang, dan kesadaran diri.

Latih kemampuan pengendalian emosi kamu dengan menerapkan strategi trading yang bijak lewat Gotrade. Dengan aplikasi yang mudah digunakan, kamu bisa berlatih membaca pasar dan membangun kebiasaan trading yang lebih rasional dan profesional.

FAQ

Apakah emotional trading bisa dihilangkan sepenuhnya?
Tidak sepenuhnya, karena emosi adalah bagian alami dari manusia. Namun, dengan latihan disiplin dan perencanaan yang baik, dampaknya bisa dikendalikan.

Apakah trading plan benar-benar bisa membantu mengatasi emosi?
Ya. Trading plan berfungsi sebagai panduan objektif yang menjaga keputusan tetap logis meskipun pasar sedang tidak menentu.

Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Artikel terkait

Dipercaya

lebih dari

1M+

Trader di Indonesia 🌏

Keamananmu adalah prioritas kami 🔒

Gotrade terdaftar & diawasi

KominfoOJKSOCFintech Indonesia

Penghargaan atas kinerja dan inovasi terdepan!🏅

 

Benzinga Global Fintech Awards 2024
Five Star Award 2024
Trusted Award 2024
Highest Combined 2022
Mockup Two Phones

Trading Lebih Cepat. Lebih Mudah. Lebih Cerdas.

#ReadyGoTrade

Gotrade Green Logo Top Left
AppLogo

Gotrade