Apa bedanya ETF fixed income sama ETF saham? Risiko mana yang lebih besar? Pertanyaan seperti ini sering muncul dari investor pemula yang mulai mengenal berbagai jenis ETF.
Fixed income ETF, atau sering disebut ETF obligasi, memang terdengar lebih aman dibandingkan ETF saham, tetapi kenyataannya instrumen ini tetap punya risiko khusus yang perlu dipahami sebelum kamu berinvestasi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan ETF fixed income vs ETF saham, risiko terbesar pada bond ETF seperti durasi dan sensitivitas terhadap suku bunga, hingga bagaimana memanfaatkannya sebagai bagian strategi portofolio.
Apa Itu ETF Fixed Income?
ETF fixed income adalah dana yang berisi kumpulan obligasi lalu diperdagangkan di bursa layaknya saham. Jenis obligasinya bisa berbeda-beda, mulai dari:
- obligasi pemerintah (Treasuries),
- obligasi korporasi,
- obligasi jangka pendek,
- obligasi jangka panjang,
- obligasi dengan rating tinggi maupun rendah.
Melansir Investopedia, bond ETF memberikan kemudahan bagi investor ritel untuk mengakses diversifikasi obligasi tanpa harus membeli obligasi satu per satu, yang biasanya punya minimum pembelian tinggi.
Karena sifatnya yang berbasis fixed income, banyak investor menganggap bond ETF lebih "tenang" dibanding ETF saham. Namun, itu tidak sepenuhnya benar. Ada risiko yang perlu diperhatikan.
Perbedaan ETF Fixed Income vs ETF Saham
Meskipun sama-sama berbentuk ETF, keduanya memiliki perilaku yang sangat berbeda di pasar.
1. Sumber imbal hasil
- ETF Saham: naik turun mengikuti harga saham perusahaan dan pertumbuhan laba.
- ETF Fixed Income: imbal hasil berasal dari kupon obligasi dan perubahan harga obligasi.
2. Volatilitas
- ETF saham cenderung lebih volatil karena sensitivitas terhadap sentimen pasar.
- ETF fixed income lebih stabil, tetapi tetap bisa turun tajam saat suku bunga naik.
3. Sensitivitas terhadap suku bunga
- ETF saham dapat dipengaruhi suku bunga secara tidak langsung.
- ETF fixed income sangat sensitif. Dikutip dari ETF.com, kenaikan suku bunga cenderung menekan harga obligasi karena investor menginginkan yield baru yang lebih tinggi.
4. Cocok untuk siapa
- ETF saham cocok untuk investor growth jangka panjang.
- ETF fixed income cocok untuk stabilitas portofolio dan pendapatan pasif dari kupon.
Risiko Utama ETF Fixed Income
Meskipun terlihat lebih aman, bond ETF tetap memiliki sejumlah risiko yang perlu dipahami.
1. Risiko durasi
Durasi adalah sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan suku bunga.
Durasi tinggi berarti:
- harga ETF sangat mudah turun jika suku bunga naik,
- cocoknya untuk investor yang percaya suku bunga akan turun ke depan.
Contohnya: ETF obligasi jangka panjang seperti TLT dapat turun signifikan saat The Fed menaikkan suku bunga.
Hal ini terlihat pada periode 2022–2023 ketika TLT merosot karena kenaikan suku bunga paling agresif sejak 1980-an.
2. Risiko suku bunga
Jika suku bunga naik, harga obligasi turun. Inilah risiko utama bond ETF.
Sederhananya:
- Suku bunga naik → harga bond ETF turun
- Suku bunga turun → harga bond ETF naik
Risiko ini jauh lebih terasa pada ETF yang berisi obligasi jangka panjang (20–30 tahun).
3. Risiko volatilitas pasar obligasi
Obligasi tidak selalu stabil. Pada kondisi tertentu, volatilitas bisa meningkat:
- inflasi tinggi,
- ketidakpastian kebijakan bank sentral,
- risiko gagal bayar (terutama pada high-yield bonds).
Dilansir dari Blackrock, pasar obligasi global mengalami volatilitas besar pada 2022 karena inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga yang tidak terduga.
4. Risiko likuiditas
Beberapa bond ETF kurang likuid, terutama yang berisi obligasi korporasi kecil atau obligasi pasar berkembang. Spread bisa lebih lebar.
5. Risiko kredit
Jika ETF berisi obligasi korporasi, ada kemungkinan perusahaan gagal bayar kupon atau pokok utang.
ETF Fixed Income yang Populer
Beberapa ETF obligasi global yang sering dijadikan acuan:
- BND (Vanguard Total Bond Market ETF): berisi obligasi pemerintah & korporasi AS rating tinggi.
- AGG (iShares Core US Aggregate Bond ETF): indeks obligasi komprehensif.
- TLT (iShares 20+ Year Treasury ETF): fokus obligasi pemerintah jangka panjang.
- HYG (iShares High Yield Corporate Bond ETF): berisi obligasi korporasi dengan risiko tinggi.
Dengan memilih ETF sesuai profil risiko, kamu bisa menempatkan obligasi sebagai bagian strategi diversifikasi portofolio.
ETF Fixed Income Cocok untuk Siapa?
Instrumen ini cocok untuk:
- investor pemula yang ingin stabilitas tambahan,
- investor jangka panjang yang ingin mengurangi volatilitas portofolio saham,
- investor yang ingin mendapat pendapatan dari kupon obligasi,
- investor yang percaya suku bunga akan turun.
Sebaliknya, ETF obligasi mungkin kurang cocok untuk:
- investor yang hanya mencari pertumbuhan agresif,
- investor yang tidak nyaman dengan potensi penurunan harga ketika suku bunga naik.
Kesimpulan
ETF fixed income bisa menjadi instrumen penting untuk menyeimbangkan portofolio, terutama saat pasar saham sedang volatil. Meskipun terlihat lebih aman dibanding ETF saham, bond ETF tetap punya risiko seperti durasi, suku bunga, volatilitas, dan risiko kredit.
Jika kamu mencari diversifikasi yang seimbang antara pertumbuhan dan stabilitas, ETF obligasi dapat menjadi salah satu pilihan. Namun untuk membangun portofolio global yang lengkap, gabungan antara equity ETF dan fixed income ETF dapat memberikan hasil yang lebih optimal dalam jangka panjang.
FAQ
1. Apa ETF fixed income lebih aman dibanding ETF saham?
Tidak selalu. ETF obligasi lebih stabil tetapi sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga.
2. Apa ETF obligasi cocok untuk pemula?
Ya, terutama ETF berisi obligasi jangka pendek dan rating tinggi karena risikonya lebih rendah.
3. Apakah bond ETF bisa naik saat suku bunga turun?
Ya. Penurunan suku bunga biasanya membuat harga obligasi naik sehingga ETF fixed income berpotensi menguat.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











