Dalam dunia investasi dan trading, salah satu musuh terbesar investor bukanlah pasar, melainkan emosi diri sendiri. Salah satu bentuk emosi yang paling sering muncul adalah FOMO atau Fear of Missing Out.
Istilah ini menggambarkan ketakutan akan tertinggal dari kesempatan besar,terutama ketika harga saham, kripto, atau aset lain sedang naik tajam dan semua orang tampak untung.
Nah, untuk membantu kamu mengenal dan menghindari fenomena ini, Gotrade akan membahas secara mendalam apa itu FOMO, apa pemicu FOMO rally, tanda-tanda euforia pasar, serta strategi agar kamu tetap rasional dalam berinvestasi.
Apa Itu FOMO dalam Investasi?
FOMO adalah perasaan takut tertinggal dari momen keuntungan besar yang dialami orang lain.
Dalam konteks investasi, FOMO membuat seseorang membeli aset hanya karena melihat orang lain mendapatkan keuntungan, tanpa melakukan analisis fundamental atau mempertimbangkan risikonya.
Misalnya, ketika media ramai membicarakan saham teknologi yang melonjak ratusan persen, banyak investor baru tergoda untuk ikut membeli. Dorongan emosional ini sering berakhir dengan kerugian karena keputusan diambil secara impulsif, bukan berdasarkan riset.
Contoh FOMO di pasar saham
Kasus klasik FOMO bisa dilihat saat GameStop rally tahun 2021. Saham GameStop naik ribuan persen dalam waktu singkat karena dorongan komunitas media sosial. Banyak trader ikut membeli di harga tinggi karena takut ketinggalan “kesempatan besar”, hanya untuk melihat harga anjlok beberapa minggu kemudian.
Hal serupa juga terjadi di pasar kripto, terutama saat Bitcoin dan altcoin mencapai puncak pada tahun 2017 dan 2021. Ketika euforia memuncak, banyak investor baru masuk tanpa memahami risiko, lalu mengalami kerugian besar ketika pasar berbalik arah.
Apa Itu FOMO Rally?
FOMO rally adalah fase ketika harga aset naik dengan cepat akibat masuknya banyak investor yang terdorong oleh rasa takut tertinggal.
Melansir Investopedia, ini menciptakan permintaan buatan (artificial demand) yang tidak selalu didukung oleh faktor fundamental seperti pendapatan perusahaan atau prospek ekonomi.
Biasanya, FOMO rally ditandai oleh:
- Lonjakan harga ekstrem dalam waktu singkat.
- Kenaikan volume trading yang signifikan.
- Narasi “semua orang untung” di media sosial dan forum investor.
- Valuasi yang tidak lagi masuk akal.
FOMO rally bisa berakhir dengan dua skenario:
- Harga terkoreksi tajam setelah euforia berakhir.
- Terjadi profit taking besar-besaran dari investor awal yang menjual ke pembeli baru di puncak harga.
Psikologi di Balik FOMO
Untuk memahami FOMO, kamu perlu mengenali faktor psikologis yang memicunya. Menurut Bonfire Financial, emosi ini muncul karena tiga hal:
1. Ketakutan tertinggal dari “kesempatan emas”
Kamu melihat orang lain membicarakan keuntungan besar di media sosial atau grup teman. Secara bawah sadar, kamu merasa akan menyesal jika tidak ikut membeli.
2. Validasi sosial
Melihat orang lain “sukses” menciptakan tekanan sosial. Investor mulai berpikir bahwa semua orang sedang untung kecuali dirinya.
3. Efek dopamin dari keuntungan cepat
Melihat harga naik terus memberi sensasi kepuasan yang memicu perilaku impulsif. Investor akhirnya membeli bukan karena perhitungan, tapi karena sensasi ingin cepat untung.
Tanda-Tanda Euforia Pasar
Agar tidak terjebak dalam FOMO rally, penting untuk mengenali tanda-tanda pasar sedang berada dalam fase euforia. Berikut beberapa indikator umumnya:
- Pemberitaan positif berlebihan: Media mulai memberitakan “pasar tidak akan turun lagi”.
- Lonjakan minat dari investor baru: Banyak orang yang sebelumnya tidak pernah investasi ikut masuk ke pasar.
- Valuasi tinggi tanpa dukungan kinerja: Harga saham naik tajam, tapi laba perusahaan tidak tumbuh signifikan.
- Rasa percaya diri berlebihan: Investor mulai merasa semua keputusan akan menghasilkan keuntungan.
- Komentar di media sosial bersifat emosional: Banyak yang memamerkan hasil trading tanpa membahas risiko.
Strategi Menjaga Rasionalitas saat FOMO
Mengendalikan FOMO tidak mudah, tetapi ada beberapa strategi yang bisa membantu kamu tetap rasional dalam mengambil keputusan investasi.
1. Fokus pada rencana investasi
Selalu kembali ke strategi dan tujuan awal kamu. Jika kamu berinvestasi untuk jangka panjang, jangan biarkan pergerakan harga jangka pendek mengubah arah strategi.
2. Gunakan data, bukan emosi
Lihat faktor fundamental seperti rasio P/E, pendapatan perusahaan, dan tren ekonomi. Jika harga sudah jauh di atas nilai wajarnya, lebih baik menunggu koreksi daripada memaksakan masuk.
3. Batasi Informasi yang tidak perlu
Media sosial bisa menjadi sumber FOMO terbesar. Batasi paparan terhadap konten “cepat kaya” atau spekulatif agar kamu tidak terbawa arus.
4. Terapkan Dollar Cost Averaging (DCA)
Strategi DCA membantu kamu membeli aset secara berkala dengan jumlah tetap. Ini menghindarkan kamu dari keputusan impulsif dan membantu mendapatkan harga rata-rata yang lebih wajar.
5. Siapkan dana darurat dan batas risiko
Jangan pernah berinvestasi dengan dana yang kamu butuhkan dalam waktu dekat. Selain itu, gunakan stop loss atau alokasi maksimal untuk setiap posisi agar risiko tetap terkendali.
6. Refleksi diri saat emosi muncul
Tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah aku membeli karena analisis, atau karena takut tertinggal?
- Apakah aku siap jika harga turun 20% besok?
Pertanyaan ini membantu kamu menilai apakah keputusan diambil berdasarkan logika atau emosi.
Kesimpulan
FOMO adalah bentuk ketakutan kehilangan kesempatan yang sering membuat investor mengambil keputusan impulsif. Fenomena ini bisa memicu FOMO rally, yaitu kenaikan harga tajam yang tidak selalu didukung oleh fundamental kuat.
Menjadi investor sukses bukan soal ikut tren, tapi soal disiplin dan rasionalitas. Dengan memahami psikologi pasar dan menghindari keputusan emosional, kamu bisa bertahan lebih lama dan mendapat hasil yang lebih stabil.
Jika kamu ingin belajar memahami fluktuasi pasar dengan cara yang lebih praktis dan terukur, yuk belajar trading via Gotrade. Mulai dari 1 Dolar AS, kamu bisa berlatih investasi saham, ETF, dan Options AS!
FAQ
Apa itu FOMO dalam investasi?
FOMO adalah ketakutan kehilangan kesempatan yang membuat investor membeli aset tanpa analisis karena dorongan emosi atau tren pasar.
Bagaimana cara menghindari FOMO investing?
Tetap berpegang pada strategi jangka panjang, gunakan data objektif, dan hindari keputusan berdasarkan euforia pasar atau media sosial.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.