Dalam investasi jangka panjang, membangun portofolio yang seimbang hanyalah langkah awal. Tantangan sebenarnya adalah menjaga keseimbangan tersebut di tengah perubahan pasar yang dinamis. Di sinilah konsep portfolio rebalancing dan terutama frekuensi rebalancing memainkan peran penting.
Artikel ini akan membahas berapa frekuensi ideal rebalancing, kelebihan dan kekurangan tiap pendekatan, serta rekomendasi penyesuaian berdasarkan profil risiko investor.
Arti Portfolio Rebalancing
Portfolio rebalancing adalah proses menyesuaikan kembali komposisi aset agar selaras dengan target alokasi awal.
Misalnya, jika awalnya portofolio terdiri dari 60% saham dan 40% obligasi, tetapi karena pasar saham naik pesat menjadi 70%, maka investor perlu menjual sebagian saham dan membeli obligasi untuk mengembalikan rasio ke 60:40.
Tujuan utama rebalancing bukan hanya menjaga risiko sesuai toleransi, tetapi juga mendisiplinkan investor agar tidak terbawa emosi pasar.
Melansir Morningstar Research, investor yang melakukan rebalancing secara teratur cenderung memiliki risk-adjusted return lebih baik dibanding mereka yang pasif dan hanya bereaksi terhadap pasar.
Frekuensi Ideal Portfolio Rebalancing
Tidak ada satu jawaban pasti untuk semua investor. Frekuensi ideal tergantung pada tujuan, profil risiko, dan volatilitas pasar. Namun, tiga pendekatan paling umum digunakan di dunia investasi adalah:
1. Rebalancing berkala (time-based)
Investor menyesuaikan portofolio berdasarkan periode waktu tertentu, seperti:
- Setiap 6 bulan sekali, atau
- Setiap akhir tahun
Kelebihan:
- Sederhana dan mudah diterapkan.
- Cocok bagi investor ritel dengan jadwal tetap (misalnya setiap Desember atau saat review tahunan).
Kekurangan:
- Kurang responsif terhadap volatilitas pasar ekstrem.
- Bisa kehilangan peluang ketika terjadi pergerakan harga besar di luar jadwal rebalancing.
Menurut Vanguard Investment Research, rebalancing tahunan sering kali memberikan keseimbangan terbaik antara biaya transaksi dan kontrol risiko, terutama bagi investor moderat.
2. Rebalancing Berdasarkan Toleransi Deviasi (Threshold-Based)
Pendekatan ini dilakukan hanya jika alokasi aset bergeser melewati batas tertentu. Contohnya, jika alokasi saham naik dari 60% menjadi lebih dari 70%, maka dilakukan penyesuaian.
Kelebihan:
- Lebih fleksibel dan adaptif terhadap pergerakan pasar.
- Menghindari overtrading karena hanya bertindak ketika penyimpangan signifikan.
Kekurangan:
- Membutuhkan pemantauan portofolio secara rutin.
- Bisa memicu transaksi berlebihan di periode volatilitas ekstrem.
Pendekatan ini biasanya dipilih oleh investor aktif atau mereka yang menggunakan sistem otomatis berbasis algoritma.
3. Hybrid Rebalancing (Kombinasi Waktu dan Deviasi)
Metode ini menggabungkan dua pendekatan sebelumnya. Rebalancing dilakukan secara berkala (misal tiap kuartal), tetapi hanya jika deviasi alokasi melewati batas toleransi.
Contoh: Investor memeriksa portofolio setiap 3 bulan, namun hanya menyesuaikan jika deviasi melebihi 5%.
Kelebihan:
- Memberikan keseimbangan antara disiplin waktu dan fleksibilitas pasar.
- Umum digunakan oleh robo-advisor dan manajer investasi profesional.
Kekurangan:
- Sedikit lebih kompleks untuk investor manual.
Faktor Penentu Frekuensi Rebalancing
Berikut beberapa faktor yang sebaiknya dipertimbangkan saat menentukan seberapa sering rebalancing dilakukan:
1. Profil risiko
Investor konservatif mungkin lebih sering rebalancing untuk menjaga stabilitas. Sebaliknya, investor agresif bisa menoleransi deviasi lebih besar karena mengejar potensi return jangka panjang.
2. Volatilitas pasar
Semakin volatil pasar, semakin sering portofolio keluar dari target alokasi. Dalam kondisi seperti 2020 atau 2022, rebalancing lebih sering bisa membantu menjaga risiko tetap terukur.
3. Biaya transaksi dan pajak
Setiap kali rebalancing, potensi pajak capital gain dan biaya jual-beli muncul. Karenanya, investor perlu menyeimbangkan antara disiplin rebalancing dan efisiensi biaya.
4. Ketersediaan Teknologi atau Platform
Beberapa platform seperti Gotrade memungkinkan investor memantau dan menyesuaikan aset lebih cepat dan efisien tanpa biaya transaksi tinggi, menjadikan proses rebalancing jauh lebih praktis.
Pro dan Kontra Rebalancing Terlalu Sering
Pro:
- Menjaga portofolio selalu sesuai dengan profil risiko terkini.
- Menghindari efek gelembung (bubble) di sektor tertentu.
Kontra:
- Potensi overtrading yang bisa mengurangi imbal hasil bersih.
- Mengabaikan momentum effect, di mana aset yang sedang naik masih bisa terus menguat.
Melansir Fidelity Portfolio Analysis, investor yang terlalu sering rebalancing (lebih dari 6 kali setahun) cenderung kehilangan 0,2%–0,5% return tahunan akibat biaya transaksi dan timing yang tidak efisien.
Rekomendasi Berdasarkan Profil Risiko
Konservatif: Rebalancing tahunan dengan batas deviasi 3–5%. Fokus menjaga stabilitas modal.
Moderat: Rebalancing setiap 6 bulan atau saat deviasi > 5–7%. Menyeimbangkan risiko dan return.
Agresif: Rebalancing berbasis threshold 10% atau lebih, memanfaatkan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Tidak ada pendekatan sempurna. Yang terpenting adalah konsistensi dan kesesuaian dengan tujuan investasi pribadi.
Kesimpulan
Menentukan frekuensi portfolio rebalancing adalah seni menyeimbangkan antara disiplin, efisiensi biaya, dan adaptasi terhadap pasar. Investor perlu menemukan ritme yang tepat agar tetap terkendali tanpa kehilangan peluang.
Jika kamu ingin mengelola portofolio global secara efisien dan menyesuaikannya kapan pun pasar berubah, unduh app Gotrade sekarang.
Dengan Gotrade, kamu bisa melakukan rebalancing portofolio saham dan ETF AS hanya dalam beberapa klik, mudah, cepat, dan transparan.
FAQ
Apa itu portfolio rebalancing?
Proses menyesuaikan kembali alokasi aset agar sesuai dengan komposisi awal sesuai profil risiko.
Seberapa sering idealnya melakukan rebalancing?
Tergantung profil risiko, tetapi umumnya dilakukan setiap 6–12 bulan atau saat deviasi alokasi melebihi batas tertentu.
Apakah rebalancing bisa menurunkan return?
Tidak selalu. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan risiko dan menghindari kerugian besar saat pasar berbalik arah.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











