Google Pakai Carbon Capture untuk Pasok Listrik Data Center AI

Kita semua tahu generative artificial intelligence (AI) sedang mengubah banyak hal. Tapi tahukah kamu bahwa teknologi ini punya "rasa lapar" yang besar terhadap listrik? Kebutuhan energi yang masif ini menjadi tantangan serius bagi perusahaan teknologi besar.

Menurut laporan dari Reuters, Google (GOOG) baru saja mengambil langkah unik untuk mengatasi masalah ini. Mereka membuat kesepakatan korporat pertama di Amerika Serikat untuk membeli listrik dari pembangkit listrik tenaga gas yang menggunakan teknologi carbon capture and storage (CCS).

Kebutuhan Energi AI Mendorong Investasi Baru

Lonjakan penggunaan AI generatif telah berbenturan dengan kenyataan bahwa pasokan di jaringan listrik AS mulai menipis. Hal ini mendorong perusahaan seperti Google untuk membantu mendanai pengembangan pembangkit listrik baru di seluruh negeri.

Kesepakatan terbaru Google ini bertujuan untuk bahan bakar data center mereka di wilayah Midwest AS.

Langkah ini menambah portofolio energi Google yang beragam. Reuters mencatat bahwa kesepakatan Google lainnya mencakup pembelian listrik dari reaktor nuklir canggih, panas bumi (geothermal), dan tenaga air (hydropower).

Apa sebenarnya teknologi CCS ini? Ini adalah proses di mana pembangkit listrik tenaga gas dirancang untuk menangkap sebagian besar emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkannya.

Dalam kasus proyek ini, tujuannya adalah menjebak sekitar 90% emisi CO2 dan menyuntikkannya ke bawah tanah untuk disimpan secara permanen, alih-alih melepaskannya ke atmosfer.

Michael Terrell, Head of Advanced Energy di Google, mengatakan kepada Reuters bahwa tenaga gas dengan CCS sebelumnya "hilang dari persamaan".

"Kami sangat fokus untuk memajukan semua teknologi baru ini untuk teknologi bersih sepanjang waktu dan ini adalah bagian penting dari teka-teki," kata Terrell. Ia menambahkan bahwa ini adalah teknologi penting yang dibutuhkan dunia.

Proyek di Illinois dan Pandangan Para Ahli

Proyek spesifik ini akan berlokasi di Decatur, Illinois. Reuters menyebutkan pembangkit listrik berkapasitas 400 megawatt ini akan dikembangkan oleh Low Carbon Infrastructure dan diharapkan mulai beroperasi pada awal tahun 2030-an.

Uniknya, proyek ini akan dibangun di lokasi industri yang sudah ada dan dioperasikan oleh perusahaan agribisnis Archer Daniels Midland (ADM). ADM sendiri telah memiliki pengalaman menyuntikkan CO2 ke bawah tanah dari fasilitas produksi etanol mereka sejak 2017.

Google dan Low Carbon Infrastructure berencana untuk mengejar fasilitas CCS tambahan di AS, meskipun lokasi atau jadwal spesifiknya belum diungkapkan.

Teknologi CCS sendiri bukannya tanpa perdebatan. Badan internasional seperti IEA dan IPCC telah mempromosikannya sebagai alat untuk mengurangi emisi dari bahan bakar fosil.

Namun, seperti dicatat oleh Reuters, para kritikus mempertanyakan biaya, skalabilitas (kemampuan untuk diterapkan dalam skala besar), dan efektivitas jangka panjang dari teknologi ini.

Langkah Google ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan energi untuk AI. Bagi kamu yang mengikuti perkembangan teknologi, ini adalah sinyal bahwa perusahaan raksasa pun harus pragmatis untuk mengamankan pasokan listrik sambil mencoba memenuhi target energi bersih mereka.

Referensi:

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Artikel terkait

Dipercaya

lebih dari

1M+

Trader di Indonesia 🌏

Keamananmu adalah prioritas kami 🔒

Gotrade terdaftar & diawasi

KominfoOJKSOCFintech Indonesia

Penghargaan atas kinerja dan inovasi terdepan!🏅

 

Benzinga Global Fintech Awards 2024
Five Star Award 2024
Trusted Award 2024
Highest Combined 2022
Mockup Two Phones

Trading Lebih Cepat. Lebih Mudah. Lebih Cerdas.

#ReadyGoTrade

Gotrade Green Logo Top Left
AppLogo

Gotrade