Di dunia investasi saham, dua kategori yang sering menjadi bahan diskusi adalah growth stocks dan value stocks. Keduanya memiliki karakteristik, risiko, dan potensi return yang berbeda, sehingga pemahaman mendalam bisa membantu investor menentukan strategi yang sesuai dengan tujuan finansialnya.
Gotrade akan membahas definisi masing-masing, contoh perusahaan terkenal, profil risiko, potensi keuntungan, serta kapan sebaiknya memilih growth atau value stocks.
Apa Itu Growth Stocks?
Growth stocks adalah saham perusahaan yang diharapkan mengalami pertumbuhan pendapatan dan laba lebih cepat daripada rata-rata industri atau pasar secara keseluruhan.
- Biasanya berasal dari sektor teknologi, kesehatan, atau industri inovatif.
- Perusahaan growth cenderung tidak membagikan dividen karena memilih menginvestasikan kembali keuntungan untuk ekspansi.
- Harga sahamnya sering diperdagangkan dengan valuasi tinggi karena investor bersedia membayar lebih untuk prospek masa depan.
Contoh growth stocks: Tesla, Amazon, NVIDIA, Meta, dan Alphabet (Google). Saham-saham ini kerap mencatat pertumbuhan pendapatan signifikan meskipun valuasi terlihat mahal.
Apa Itu Value Stocks?
Value stocks adalah saham perusahaan yang diperdagangkan pada valuasi lebih rendah dibandingkan nilai intrinsiknya. Investor membeli saham ini dengan harapan harga akan naik ketika pasar menyadari nilai sesungguhnya.
- Biasanya berasal dari perusahaan mapan dengan arus kas stabil.
- Sering membagikan dividen secara rutin.
- Dipandang lebih defensif karena cenderung lebih tahan terhadap volatilitas pasar.
Contoh value stocks: Johnson & Johnson, Coca-Cola, Procter & Gamble, dan Bank of America. Perusahaan ini dikenal stabil dengan rasio price-to-earnings (P/E) relatif rendah.
Profil Risiko Growth Stocks vs Value Stocks
- Growth Stocks
- Risiko lebih tinggi karena harga saham sangat dipengaruhi ekspektasi. Jika ekspektasi pertumbuhan meleset, harga bisa turun drastis.
- Volatilitas signifikan, terutama di sektor teknologi yang cepat berubah.
- Lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga karena valuasi tinggi cepat tertekan.
- Value Stocks
- Risiko relatif lebih rendah karena valuasi sudah “murah”.
- Tetap ada risiko value trap, yaitu saham yang terlihat murah tetapi fundamental perusahaannya memang menurun.
- Lebih stabil di tengah pasar bearish karena adanya dukungan dividen.
Menurut Investopedia, investor konservatif cenderung lebih nyaman dengan value stocks, sementara growth lebih diminati investor agresif yang mengejar pertumbuhan cepat.
Potensi Return Growth Stocks vs Value Stocks
- Growth Stocks
- Potensi return sangat tinggi jika perusahaan berhasil mengeksekusi strateginya.
- Contoh: saham NVIDIA melonjak lebih dari 200% pada 2023 berkat tren kecerdasan buatan (AI).
- Namun, ada risiko return negatif besar. Contoh ekstrem terjadi pada banyak saham startup saat bubble dot-com pecah di awal 2000-an.
- Value Stocks
- Return lebih stabil dan konsisten.
- Imbal hasil tidak hanya berasal dari kenaikan harga, tetapi juga dividen yang dibagikan.
- Saat pasar bullish, value mungkin tertinggal, tetapi ketika pasar koreksi, value sering lebih tahan banting.
Melansir laman berita Morning Star, kinerja growth dan value biasanya bergantian mendominasi: growth unggul di era teknologi 2010–2021, sedangkan value sempat lebih kuat setelah krisis keuangan 2008.
Kapan Memilih Growth vs Value Stocks?
- Ekonomi Tumbuh Pesat → Growth stocks lebih menarik karena investor menghargai prospek ekspansi besar.
- Suku Bunga Rendah → Growth lebih diuntungkan karena biaya modal kecil mempercepat pertumbuhan.
- Kondisi Pasar Tidak Pasti → Value stocks lebih defensif karena stabil dan biasanya tetap membagikan dividen.
- Investor Agresif → Growth cocok untuk yang siap menghadapi volatilitas tinggi demi return besar.
- Investor Konservatif → Value cocok untuk yang ingin kestabilan dan arus kas rutin.
- Diversifikasi Seimbang → Kombinasi growth dan value membantu menjaga portofolio tetap adaptif terhadap siklus pasar.
Dikutip dari IG Group, banyak manajer investasi global menekankan pentingnya memiliki campuran growth dan value agar investor siap menghadapi berbagai kondisi pasar.
Contoh Portofolio Gabungan
Investor bisa menyusun portofolio campuran untuk mengoptimalkan potensi sekaligus menjaga stabilitas:
- 60% Growth Stocks → fokus pada sektor teknologi dan inovasi (Apple, Tesla, NVIDIA).
- 40% Value Stocks → saham defensif dengan dividen (Coca-Cola, Johnson & Johnson).
Strategi ini membantu investor menikmati peluang pertumbuhan, sambil tetap mendapat perlindungan dari saham yang lebih stabil.
Bagi investor dengan profil risiko moderat, komposisi 50:50 juga bisa menjadi pilihan agar keseimbangan lebih terasa.
Kesimpulan
Baik growth stocks maupun value stocks memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Growth menawarkan potensi return luar biasa tetapi dengan risiko tinggi, sedangkan value memberikan kestabilan dan dividen yang lebih konsisten.
Pilihan di antara keduanya sangat bergantung pada profil risiko, horizon investasi, serta kondisi pasar. Untuk banyak investor, kombinasi growth dan value dalam portofolio bisa menjadi strategi yang paling efektif mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
Ingin mencoba mengombinasikan pertumbuhan dan stabilitas dalam portofolio Mulai sekarang kamu bisa berinvestasi di saham Amerika lewat Gotrade.
Dari Tesla, Apple, hingga Coca-Cola, semua bisa dimiliki mulai dari Rp15 ribu saja. Saatnya bangun portofolio global dengan strategi yang seimbang.
FAQ
- Apakah growth stocks selalu lebih menguntungkan daripada value stocks?
→ Tidak. Keduanya memiliki siklus masing-masing. Growth bisa lebih unggul saat pasar ekspansif, sementara value lebih tahan banting saat ekonomi melambat. - Apakah pemula sebaiknya memilih growth atau value stocks?
→ Pemula sebaiknya mencoba kombinasi keduanya. Growth membantu memahami dinamika pertumbuhan pasar, sementara value memberi kestabilan dan dividen rutin.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.