Pernah membeli saham hanya ikut hype di media sosial atau karena takut ketinggalan momentum? Banyak investor pemula terjebak dalam pola ini tanpa sadar. Perilaku ikut-ikutan seperti ini disebut herding effect atau herd mentality.
Meskipun terlihat wajar karena mengikuti mayoritas terasa "aman", keputusan berdasarkan tren sering berakhir merugikan.
Artikel ini akan membantumu memahami apa itu herd mentality, risikonya untuk investor ritel, dan bagaimana cara membuat keputusan investasi yang lebih objektif.
Apa Itu Herd Mentality dalam Investasi
Herding effect adalah kondisi ketika investor membeli atau menjual saham hanya karena banyak orang lain melakukan hal yang sama.
Mengutip Investopedia, herd mentality sering muncul dari rasa takut tertinggal atau keyakinan bahwa "orang lain pasti lebih tahu". Dalam dunia saham, perilaku ini biasanya terlihat pada saham yang viral atau sedang naik tajam.
Manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti kelompok agar merasa aman. Dalam pasar saham, ini berubah menjadi FOMO ketika melihat harga yang terus naik. Masalahnya, keputusan diambil bukan karena analisis fundamental, tetapi karena tekanan sosial.
Mengapa Herding Effect Mudah Terjadi
Informasi viral menyebar cepat
Media sosial, forum investasi, dan grup WhatsApp sering membuat satu saham terlihat seperti "wajib punya".
Ketika narasi ini menyebar, investor pemula merasa harus ikut masuk tanpa benar-benar memahami risikonya.
Investor ingin validasi dari komunitas
Banyak pemula merasa lebih percaya diri saat pendapatnya sama dengan orang lain.
Lingkungan komunitas yang ramai bisa memperkuat persepsi bahwa tren tertentu pasti benar, padahal tidak selalu demikian.
Tidak punya rencana investasi yang jelas
Melansir Corporate Finance Institute, tanpa strategi atau tujuan yang terstruktur, investor mudah terdorong mengikuti tren.
Ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan, melihat tindakan mayoritas terasa seperti jalan pintas.
Mengira saham yang naik pasti akan terus naik
Saat harga sedang naik cepat, investor menilai kenaikan ini sebagai sinyal bahwa keputusan ikut membeli adalah benar. Padahal banyak saham naik hanya karena spekulasi jangka pendek.
Risiko Herd Mentality untuk Investor
Membeli di harga puncak
Saham yang viral biasanya sudah naik cukup tinggi sebelum informasi itu menyebar luas.
Investor yang terlambat masuk sering membeli di dekat puncak. Ketika euforia mereda, harga turun dan kerugian terjadi.
Panik saat harga turun
Karena masuk tanpa analisis, investor tidak punya keyakinan saat saham terseret koreksi. Akibatnya, mereka menjual saat harga turun, sering kali di momen terburuk. Pola ini membuat investor membeli mahal dan menjual murah.
Volatilitas portofolio semakin tinggi
Mengikuti tren cepat membuat portofolio dipenuhi saham dengan pergerakan tajam. Ini meningkatkan risiko emosional, terutama untuk pemula yang belum terbiasa dengan fluktuasi besar.
Menyebabkan tekanan psikologis
Ketika keputusan dibuat karena orang lain, kamu lebih mudah menyesal jika hasilnya buruk. Ini membuat kepercayaan diri menurun dan sulit membangun strategi jangka panjang.
Contoh Herding Effect dalam Dunia Nyata
Contoh 1: Saham viral di media sosial
Misalnya saham tertentu naik karena ramai diperbincangkan di TikTok atau grup Telegram.
Investor masuk berbondong-bondong tanpa memahami bisnis perusahaan. Ketika hype mereda, harga kembali normal dan banyak yang terjebak di pucuk.
Contoh 2: Penjualan massal saat berita buruk
Ketika muncul berita negatif, investor ikut-ikutan menjual meskipun dampaknya pada perusahaan sangat kecil.
Penurunan harga yang seharusnya sementara berubah menjadi aksi jual yang lebih besar karena terbawa suasana.
Cara Menghindari Herd Mentality
1. Buat rencana investasi dan patuhi
Tentukan tujuan: jangka pendek atau panjang, growth atau value, agresif atau moderat. Dengan strategi yang jelas, kamu tidak mudah terbawa arus tren yang tidak relevan.
2. Analisis fundamental sebelum membeli
Cek laporan keuangan, pertumbuhan pendapatan, kualitas manajemen, dan prospek bisnis. Jika keputusanmu bertumpu pada data, kamu tidak mudah panik saat pasar bergerak liar.
3. Evaluasi sumber informasi
Tidak semua rekomendasi di komunitas dibuat berdasarkan riset. Banyak influencer atau grup hanya mempromosikan saham momentum. Pilih sumber kredibel dan hindari keputusan berdasarkan hype.
4. Gunakan checklist sebelum membeli saham
Tanya hal berikut:
- Apakah aku paham bisnisnya?
- Apa alasanku membeli selain karena semua orang membicarakannya?
- Apakah valuasinya masih masuk akal?
- Apakah saham ini sesuai dengan rencana investasiku?
Checklist ini membantu kamu berpikir lebih rasional.
5. Hindari FOMO dengan strategi bertahap
Gunakan metode dollar-cost averaging atau auto-invest untuk menurunkan tekanan psikologis. Dengan masuk secara berkala, kamu tidak perlu mengejar harga ketika tren sedang panas.
6. Perkuat mindset jangka panjang
Ingat bahwa saham naik turun setiap hari. Keputusan terbaik bukan berdasarkan tren, tetapi berdasarkan fundamental yang kuat dan horizon waktu yang panjang.
Kesimpulan
Herding effect adalah salah satu bias psikologis paling umum di dunia investasi. Investor ikut membeli atau menjual hanya karena orang lain melakukannya, bukan karena analisis objektif.
Risiko dari perilaku ini besar, mulai dari membeli di puncak tren, menjual karena panik, hingga memiliki portofolio yang sangat volatil.
Dengan membuat rencana investasi sendiri, menggunakan analisis fundamental, serta menghindari keputusan yang dipicu FOMO, kamu bisa membangun portofolio yang lebih sehat dan stabil dalam jangka panjang.
Jika kamu ingin mulai berinvestasi dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan bebas dari hype, kamu bisa trading saham dan ETF AS 24 jam/5 hari lewat Gotrade Indonesia sekarang.
FAQ
Apa itu herding effect?
Herding effect adalah perilaku ikut-ikutan dalam membeli atau menjual saham hanya karena banyak orang melakukannya.
Mengapa herd mentality berbahaya?
Karena membuat investor membeli di harga tinggi, panik saat turun, dan kehilangan arah investasi.
Bagaimana cara menghindari keputusan ikut tren?
Gunakan analisis fundamental, buat rencana investasi jelas, dan hindari mengambil keputusan berdasarkan hype komunitas.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











