Intrinsic value atau nilai intrinsik menjadi dasar bagi investor untuk menentukan apakah sebuah saham undervalued (terlalu murah) atau overvalued (terlalu mahal) dibandingkan nilai sebenarnya.
Untuk membantu kamu dalam menemukan saham potensial dengan valuasi tinggi, maka Gotrade akan membahas apa itu intrinsic value, dua metode untuk menghitungnya, serta bagaimana investor menggunakannya di bawah ini.
Definisi Intrinsic Value
Intrinsic value adalah nilai wajar suatu aset atau saham berdasarkan analisis fundamental, bukan harga pasar yang saat ini tercatat di bursa.
CFI menyebut bahwa nilai intrinsik mencerminkan “nilai sebenarnya” dari perusahaan berdasarkan proyeksi pendapatan, arus kas, dan pertumbuhan bisnis di masa depan.
Berbeda dengan harga pasar yang bisa berubah karena sentimen jangka pendek, intrinsic value berfokus pada faktor-faktor ekonomi nyata.
Jika harga saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, saham tersebut dianggap undervalued dan bisa menjadi kesempatan beli yang menarik bagi investor jangka panjang.
Contoh intrinsic value:
Jika hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai intrinsik saham Microsoft (MSFT) adalah $400, sedangkan harga pasarnya hanya $320, maka saham tersebut diperdagangkan di bawah nilai wajarnya dan berpotensi naik dalam jangka panjang.
Manfaat Intrinsic Value
Mengetahui intrinsic value membantu investor membuat keputusan rasional dan tidak hanya mengikuti sentimen pasar. Beberapa manfaat utamanya:
- Membedakan harga dan nilai: Tidak semua saham mahal berarti bernilai tinggi, dan tidak semua saham murah berarti berisiko.
- Menemukan saham undervalued: Investor dapat membeli saham berkualitas dengan harga diskon sebelum pasar menyadari nilainya.
- Menilai margin of safety: Dengan mengetahui selisih antara nilai intrinsik dan harga pasar, investor bisa menentukan tingkat keamanan investasi mereka.
Metode Menghitung Intrinsic Value
1. Discounted Cash Flow (DCF)
Metode DCF menilai nilai suatu perusahaan berdasarkan proyeksi arus kas masa depan, yang kemudian didiskon ke nilai saat ini menggunakan tingkat pengembalian (discount rate) tertentu.
Rumus sederhananya:
Intrinsic Value = ∑ (Free Cash Flow / (1 + r)ⁿ)
Keterangan:
- Free Cash Flow (FCF) = arus kas bebas yang dihasilkan perusahaan setiap tahun.
- r = tingkat pengembalian yang diharapkan (biasanya WACC atau cost of capital).
- n = periode waktu (biasanya 5–10 tahun).
DCF sering digunakan oleh analis profesional karena memberikan gambaran yang komprehensif dan realistis, meski sensitif terhadap asumsi pertumbuhan dan suku bunga.
Contohnya, jika sebuah perusahaan diproyeksikan menghasilkan $10 juta FCF per tahun selama 5 tahun, dan tingkat diskonto 8%, maka nilai saat ini dari arus kas tersebut dapat dijumlahkan untuk memperkirakan nilai intrinsik total perusahaan.
2. EPS Growth Model
Metode lain yang lebih sederhana adalah dengan menggunakan EPS (Earnings per Share) Growth Model, yang menilai pertumbuhan laba per saham dari waktu ke waktu.
Rumusnya:
Intrinsic Value = EPS × (1 + g)ⁿ × PER rata-rata
Keterangan:
- EPS = laba per saham saat ini.
- g = tingkat pertumbuhan tahunan laba.
- n = periode pertumbuhan (biasanya 5–10 tahun).
- PER rata-rata = Price to Earnings Ratio historis perusahaan atau sektor.
Contoh:
Jika EPS perusahaan adalah $5, tumbuh 8% per tahun, dan PER rata-rata 20×, maka nilai intrinsiknya bisa diestimasi menggunakan proyeksi EPS di masa depan dikalikan PER tersebut.
Metode ini lebih praktis digunakan oleh investor ritel karena mudah diterapkan tanpa data keuangan mendalam, namun tetap memberikan estimasi yang cukup akurat.
Cara Menentukan Saham Undervalued
Menemukan saham undervalued berarti mencari harga pasar yang berada di bawah nilai intrinsik yang sudah dihitung.
Melansir Investopedia, berikut langkah-langkah praktisnya:
1. Lakukan analisis fundamental
Periksa laporan keuangan, laba bersih, arus kas, utang, dan potensi pertumbuhan perusahaan. Pastikan bisnisnya solid dan konsisten menghasilkan keuntungan.
2. Hitung nilai intrinsik
Gunakan salah satu metode seperti DCF atau EPS Growth Model untuk menentukan nilai wajar per saham.
3. Bandingkan dengan harga pasar
Jika nilai intrinsik lebih tinggi dari harga saham di bursa, maka saham tersebut berpotensi undervalued dan layak dipertimbangkan untuk dibeli.
4. Evaluasi margin of safety
Investor konservatif biasanya mencari saham dengan margin of safety minimal 20–30%, artinya harga pasar setidaknya 20% lebih rendah dari nilai intrinsiknya.
5. Pantau faktor eksternal
Selain analisis keuangan, faktor seperti suku bunga, kebijakan pemerintah, dan tren industri juga memengaruhi apakah saham akan tetap undervalued atau segera naik menuju nilai wajarnya.
Contoh Saham dengan Intrinsic Value Lebih Tinggi dari Harga Pasar
- Meta Platforms (META) – Pernah dianggap undervalued pada 2022 ketika harga anjlok akibat penurunan laba sementara, tetapi fundamental jangka panjang tetap kuat.
- Alphabet (GOOGL) – Nilai intrinsiknya sempat lebih tinggi dari harga pasar selama tekanan makro 2023, memberikan peluang bagi investor jangka panjang.
Kesimpulan
Intrinsic value adalah nilai wajar suatu saham berdasarkan analisis fundamental terhadap pendapatan, arus kas, dan potensi pertumbuhan masa depan. Dengan memahami nilai intrinsik, investor dapat membedakan antara harga pasar dan nilai sebenarnya, sehingga mampu mengambil keputusan yang lebih rasional.
Kalau kamu sudah tahu cara menentukannya, berarti kamu sudah siap untuk trading di Gotrade, aplikasi investasi yang memungkinkan kamu membeli saham, ETF, serta options pasar AS mulai dari $1, aman dan praktis.
FAQ
- Apa itu intrinsic value?
Nilai wajar suatu saham berdasarkan analisis fundamental, bukan harga pasar yang fluktuatif. - Apa metode paling umum menghitung nilai intrinsik?
Metode DCF (Discounted Cash Flow) dan EPS Growth Model. - Mengapa penting mengetahui nilai intrinsik saham?
Agar investor dapat menentukan apakah saham sedang undervalued (murah) atau overvalued (mahal). - Apakah nilai intrinsik selalu sama dengan harga pasar?
Tidak. Justru perbedaan antara keduanya menciptakan peluang investasi.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











