Diversifikasi adalah prinsip dasar dalam investasi: "jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang." Namun, banyak investor salah menerapkannya. Bukannya mengurangi risiko, strategi ini justru bisa membuat portofolio tidak efisien atau kehilangan potensi imbal hasil.
Memahami kesalahan diversifikasi bisa membantu kamu membangun portofolio yang seimbang, tidak terlalu tersebar, tidak pula terlalu terkonsentrasi.
Lewat artikel ini, Gotrade akan membahas lima kesalahan umum yang sering dilakukan investor saat menyusun portofolio, lengkap dengan solusi praktis agar strategi diversifikasimu tetap optimal.
Kesalahan Umum saat Diversifikasi Portofolio
1. Over-Diversification
Banyak investor mengira semakin banyak aset berarti semakin aman. Padahal, memiliki terlalu banyak saham atau instrumen justru bisa menurunkan potensi keuntungan tanpa mengurangi risiko secara signifikan.
Menurut Investopedia, memiliki lebih dari 20–25 saham dalam satu portofolio sudah cukup untuk menekan risiko spesifik. Menambahkan terlalu banyak posisi justru memperumit manajemen dan meminimalkan dampak dari saham unggulan.
Solusi: Fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Pilih aset yang benar-benar memiliki potensi pertumbuhan dan peran berbeda dalam portofolio.
2. Diversifikasi Tanpa Memahami Korelasi
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah memilih banyak aset yang ternyata memiliki korelasi tinggi, artinya bergerak ke arah yang sama.
Misalnya, saham perbankan dan properti cenderung turun bersamaan ketika suku bunga naik. Dalam situasi seperti ini, diversifikasi tidak memberikan perlindungan yang diharapkan.
Solusi: Gunakan correlation matrix untuk melihat hubungan antar aset. Kombinasikan sektor atau instrumen yang memiliki korelasi rendah, misalnya saham AS dengan obligasi pemerintah, atau sektor teknologi dengan energi.
3. Tidak Melakukan Rebalancing
Diversifikasi bukan strategi sekali jalan. Komposisi portofolio yang awalnya seimbang bisa berubah seiring waktu karena fluktuasi harga pasar.
Tanpa rebalancing, risiko portofolio bisa meningkat tanpa disadari, misalnya, saham teknologi yang melonjak terlalu tinggi membuat proporsinya mendominasi total aset.
Solusi: Jadwalkan rebalancing setiap 6–12 bulan untuk mengembalikan proporsi portofolio sesuai rencana awal. Gunakan pendekatan sistematis agar keputusan tidak didorong oleh emosi pasar.
4. Mengabaikan Diversifikasi Geografis
Banyak investor hanya fokus pada pasar domestik. Padahal, diversifikasi global membantu mengurangi risiko ketika ekonomi dalam negeri sedang melemah.
Melansir Saxo, portofolio dengan porsi 30–40% saham global cenderung memiliki risiko lebih rendah dan hasil jangka panjang lebih stabil dibanding portofolio lokal murni.
Solusi: Pertimbangkan berinvestasi di ETF global, seperti S&P 500 (SPY), Nasdaq-100 (QQQ), atau Asia ex-Japan ETF (AAXJ) untuk paparan lintas negara yang lebih luas.
5. Tidak Menyesuaikan dengan Profil Risiko
Kesalahan paling mendasar adalah melakukan diversifikasi tanpa mempertimbangkan profil risiko pribadi.
Investor konservatif mungkin lebih cocok dengan portofolio berbasis obligasi, sementara investor agresif bisa menambah porsi saham pertumbuhan tinggi.
Jika semua investor memiliki komposisi aset yang sama, diversifikasi kehilangan maknanya.
Solusi: Tentukan risk appetite terlebih dahulu. Gunakan pendekatan berbasis tujuan dan jangka waktu investasi untuk menentukan proporsi ideal antara saham, obligasi, dan instrumen lain.
6. Diversifikasi Hanya di Aset Sejenis
Sebagian investor hanya membeli banyak saham, padahal diversifikasi ideal mencakup berbagai kelas aset seperti obligasi, emas, ETF, bahkan cash equivalents.
Ketika pasar saham jatuh, aset lain bisa berperan sebagai penyeimbang.
Solusi: Gunakan pendekatan multi-asset allocation. Campurkan instrumen defensif dan agresif agar portofolio tetap tahan di berbagai kondisi pasar.
7. Tidak Mengukur Efektivitas Diversifikasi
Banyak investor merasa sudah aman setelah menyebar investasi, tapi jarang mengukur apakah diversifikasinya benar-benar menurunkan risiko portofolio.
Padahal, tanpa analisis berkala, kamu bisa saja memegang aset yang bergerak searah tanpa sadar.
Solusi: Gunakan rasio seperti Sharpe Ratio atau Portfolio Beta untuk mengukur seberapa efektif diversifikasi dalam meningkatkan risk-adjusted return.
Tips Tambahan Agar Diversifikasi Lebih Efektif
- Gunakan ETF tematik atau indeks untuk efisiensi biaya dan penyebaran aset otomatis.
 - Hindari membeli aset hanya karena "trending", analisis dulu perannya dalam portofolio.
 - Evaluasi performa tiap aset minimal setiap kuartal, bukan hanya saat pasar panik.
 
Dengan pendekatan disiplin dan data-driven, diversifikasi bukan sekadar penyebaran investasi, tapi strategi yang menjaga stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang.
Kesimpulan
Diversifikasi yang tepat membantu mengelola risiko dan menjaga pertumbuhan portofolio secara konsisten. Namun, jika dilakukan tanpa strategi, justru bisa menghambat performa investasi.
Hindari lima kesalahan utama seperti over-diversification, korelasi tinggi antar aset, dan abai terhadap rebalancing. Bangun portofolio yang relevan dengan tujuan dan profil risikomu.
Mulai investasi cerdas dengan aplikasi Gotrade!
Pantau saham global, kelola aset lintas sektor dan negara, serta nikmati fleksibilitas membangun strategi diversifikasi sesuai gaya investasimu.
Diversifikasi bukan sekadar menyebar risiko, tapi seni menyeimbangkan pertumbuhan. Mulai rancang portofoliomu hari ini!
FAQ
1. Apakah diversifikasi menjamin keuntungan?
Tidak. Diversifikasi membantu mengurangi risiko, tetapi tidak menghilangkannya sepenuhnya. Tujuannya adalah menstabilkan performa jangka panjang.
2. Seberapa sering perlu rebalancing portofolio?
Idealnya setiap 6–12 bulan sekali atau ketika alokasi aset bergeser lebih dari 5–10% dari rencana awal.
3. Apakah ETF termasuk bentuk diversifikasi?
Ya. ETF memberi eksposur otomatis ke puluhan bahkan ratusan saham dalam satu instrumen, menjadikannya cara efisien untuk diversifikasi.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











