Dalam dunia investasi, tidak semua hal bisa dijelaskan dengan teori ekonomi rasional. Kadang pasar bergerak dengan pola yang aneh, berulang, dan tampak tidak logis. Fenomena seperti inilah yang disebut market anomaly, yaitu kondisi ketika harga saham berperilaku tidak sesuai dengan efisiensi pasar.
Menariknya, beberapa anomali ini benar-benar terjadi berulang kali dalam data historis. Contohnya seperti January Effect dan Weekend Effect, di mana pola harga menunjukkan kecenderungan tertentu tergantung waktu.
Dalam artikel ini, Gotrade akan mengulas berbagai anomali populer di pasar saham, hasil riset yang mendukungnya, dan bagaimana investor sebaiknya menyikapinya.
Apa Itu Market Anomaly?
Market anomaly adalah penyimpangan dari teori Efficient Market Hypothesis (EMH), yang menyatakan bahwa semua informasi sudah tercermin dalam harga saham.
Melansir Investopedia, anomali pasar sering muncul karena perilaku investor yang tidak rasional, bias psikologis, serta faktor musiman yang berulang tiap tahun.
Fenomena ini bisa menjadi peluang atau jebakan, tergantung bagaimana kamu memahaminya.
Jenis-Jenis Market Anomaly Populer
1. January Effect
January Effect adalah anomali paling terkenal di pasar saham global. Fenomena ini mengacu pada kecenderungan harga saham, terutama saham kecil (small caps), naik pada bulan Januari.
Penyebabnya adalah investor menjual saham di akhir tahun untuk tujuan pajak (tax-loss harvesting). Pada Januari, mereka kembali membeli saham, menciptakan tekanan beli baru.
Rata-rata return saham kecil di bulan Januari bisa mencapai 3,5% lebih tinggi dibanding bulan lain. Meski efeknya kini melemah karena semakin banyak investor menyadari pola ini, tetap saja anomali ini sering muncul di data historis.
2. Weekend Effect
Weekend Effect atau Monday Effect menunjukkan bahwa return saham pada hari Senin cenderung lebih rendah dibanding hari lain.
Penjelasan yang mungkin adalah sentimen negatif menumpuk selama akhir pekan karena berita ekonomi atau geopolitik. Banyak investor menjual di awal minggu untuk menghindari risiko tak terduga.
3. Turn-of-the-Month Effect
Fenomena ini menunjukkan bahwa return positif sering terjadi di sekitar akhir bulan hingga awal bulan berikutnya.
Alasannya sederhana: banyak institusi besar (seperti dana pensiun dan reksa dana) menempatkan dana segar di awal bulan, menciptakan tekanan beli sementara.
4. Holiday Effect
Disebut juga Pre-Holiday Effect, di mana harga saham cenderung naik sehari sebelum hari libur panjang.
Mengutip QuantPedia, investor biasanya lebih optimistis menjelang hari libur, sehingga sentimen positif mendorong harga naik.
Contohnya, indeks S&P 500 secara historis menunjukkan return harian dua kali lebih tinggi pada sesi perdagangan sebelum libur nasional dibanding hari biasa (mengutip data dari MarketWatch).
5. Size Effect
Fenomena ini menunjukkan bahwa saham berkapitalisasi kecil (small caps) cenderung memberikan return lebih tinggi dibanding saham besar (large caps) dalam jangka panjang.
Alasannya, saham kecil memiliki risiko dan volatilitas lebih tinggi, sehingga investor menuntut kompensasi berupa potensi keuntungan lebih besar.
Namun, efek ini mulai memudar setelah 2000-an karena informasi pasar menjadi lebih efisien dan transparan.
6. Value Effect
Efek ini menunjukkan bahwa saham undervalued (dengan rasio P/B dan P/E rendah) cenderung mengungguli saham growth dalam jangka panjang. Hal ini menjadi dasar dari strategi value investing yang populer hingga kini.
7. Momentum Effect
Anomali ini menunjukkan bahwa saham yang naik dalam 3–12 bulan terakhir cenderung terus naik dalam jangka pendek. Cara kerjanya adalah strategi membeli saham “pemenang” dan menjual saham “pecundang” menghasilkan return abnormal sekitar 12% per tahun.
Mengapa Market Anomaly Bisa Terjadi?
Ada beberapa faktor yang membuat anomali tetap muncul meski pasar semakin efisien:
- Bias perilaku investor seperti overconfidence, loss aversion, dan herd behavior.
- Keterlambatan reaksi pasar terhadap berita fundamental.
- Faktor kalender dan musiman seperti bonus tahunan atau kebijakan pajak.
- Keterbatasan likuiditas pada saham kecil atau emerging market.
Namun perlu dicatat, tidak semua anomali berlaku selamanya. Banyak di antaranya menghilang setelah diketahui publik karena pasar menyesuaikan diri.
Cara Investor Menyikapi Market Anomaly
- Gunakan data, bukan intuisi: Jangan asal mengikuti pola musiman tanpa verifikasi statistik.
- Kombinasikan dengan analisis fundamental: Gunakan anomali hanya sebagai pelengkap, bukan dasar utama keputusan investasi.
- Waspadai efek psikologis: Jangan biarkan bias seperti FOMO membuat kamu masuk ke pola yang sudah terlambat.
- Backtest strategi: Uji performa pola anomali menggunakan data historis sebelum diterapkan di portofolio nyata.
Contohnya, strategi memanfaatkan January Effect bisa bekerja di saham dengan kapitalisasi kecil, tapi belum tentu di saham besar seperti Apple atau Microsoft.
Kesimpulan
Market anomaly adalah pengingat bahwa pasar saham tidak selalu efisien. Fenomena seperti January Effect, Weekend Effect, atau Momentum Effect membuktikan bahwa perilaku investor dan siklus musiman bisa memengaruhi harga jangka pendek.
Namun, anomali bukan jaminan profit pasti. Gunakan pendekatan ini sebagai bagian dari strategi yang lebih luas, dikombinasikan dengan analisis fundamental dan manajemen risiko yang baik.
Dengan trading via Gotrade, kamu bisa memantau saham global dan menguji sendiri apakah pola-pola seperti ini masih berlaku di pasar modern.
Tertarik? Download aplikasi Android atau iOS sekarang dan buktikan sendiri bagaimana data historis bisa membuka wawasan baru dalam berinvestasi!
FAQ
1. Apakah market anomaly masih relevan di era pasar modern?
Beberapa masih terlihat, tetapi efeknya berkurang karena teknologi dan informasi yang makin cepat menyebar.
2. Apakah investor bisa memanfaatkan January Effect untuk profit?
Bisa, namun hasilnya tidak konsisten tiap tahun. Gunakan pendekatan jangka panjang dan analisis tambahan.
3. Apakah anomali hanya terjadi di pasar saham AS?
Tidak. Banyak studi menunjukkan pola serupa di Asia, Eropa, dan pasar berkembang lainnya.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











