Bagi investor yang ingin menilai apakah sebuah saham tergolong murah atau mahal, memahami metrik valuasi saham adalah langkah pertama yang wajib dikuasai. Metrik ini membantu mengukur seberapa wajar harga pasar dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan.
Dalam praktik analisis fundamental, para analis profesional tidak hanya melihat satu rasio keuangan saja, melainkan menggabungkan beberapa metrik untuk mendapatkan gambaran utuh tentang profitabilitas, pertumbuhan, dan efisiensi bisnis.
Artikel ini akan membahas 10 metrik valuasi utama yang paling sering digunakan di Wall Street, serta konteks kapan sebaiknya digunakan.
1. Price to Earnings (P/E Ratio)
Rumus: Harga Saham / Laba per Saham (EPS)
Rasio paling klasik ini menunjukkan berapa kali investor bersedia membayar laba tahunan perusahaan. P/E yang tinggi menunjukkan pasar menilai prospek pertumbuhan yang kuat, sedangkan P/E yang rendah bisa menandakan saham undervalued atau pertumbuhan yang melambat.
Kapan digunakan: cocok untuk membandingkan saham di sektor stabil seperti barang konsumsi atau perbankan. Melansir Investopedia, rata-rata P/E indeks S&P 500 historis berada di kisaran 15–20 kali.
2. Price to Book Value (P/B Ratio)
Rumus: Harga Saham / Nilai Buku per Saham
Metrik ini menunjukkan seberapa besar harga saham dibandingkan nilai aset bersih perusahaan.
P/B < 1 menunjukkan saham bisa undervalued, sedangkan P/B > 3 menunjukkan pasar menilai aset perusahaan sangat berharga, seperti di sektor teknologi.
Kapan digunakan: efektif untuk sektor padat aset seperti keuangan, manufaktur, atau properti.
3. Price to Sales (P/S Ratio)
Rumus: Kapitalisasi Pasar / Pendapatan Tahunan
Metrik ini mengukur seberapa besar investor membayar untuk setiap dolar penjualan. P/S sering digunakan untuk perusahaan yang belum mencetak laba, seperti startup teknologi.
Kapan digunakan: saat perusahaan masih dalam tahap pertumbuhan dengan margin tipis, tetapi memiliki potensi ekspansi besar.
4. Price to Earnings Growth (PEG Ratio)
Rumus: P/E / Pertumbuhan EPS Tahunan (%)
PEG menggabungkan valuasi dan pertumbuhan.
- PEG = 1 menunjukkan valuasi seimbang dengan pertumbuhan laba, sementara
- PEG < 1 menunjukkan undervalued relatif terhadap pertumbuhannya.
Kapan digunakan: untuk saham growth seperti teknologi, kesehatan, atau e-commerce.
Menurut CNBC Investing Guide, PEG ratio sering dianggap lebih akurat dibanding P/E karena memperhitungkan prospek masa depan.
5. Enterprise Value to EBITDA (EV/EBITDA)
Rumus: (Nilai Pasar + Utang – Kas) / EBITDA
EV/EBITDA menilai nilai keseluruhan perusahaan terhadap pendapatan operasionalnya.
EV/EBITDA yang rendah bisa menjadi tanda valuasi murah, sedangkan yang tinggi mencerminkan ekspektasi profit besar.
Kapan digunakan: ideal untuk membandingkan perusahaan dengan struktur utang berbeda, seperti di sektor energi atau telekomunikasi.
6. Free Cash Flow Yield (FCF Yield)
Rumus: Free Cash Flow / Kapitalisasi Pasar
Metrik ini mengukur seberapa besar kas bebas yang dihasilkan perusahaan dibandingkan harga sahamnya.
Semakin tinggi FCF Yield, semakin menarik saham tersebut secara fundamental.
Kapan digunakan: untuk saham defensif atau perusahaan mapan dengan arus kas stabil seperti Apple atau Unilever.
7. Dividend Yield
Rumus: Dividen Tahunan / Harga Saham
Metrik ini menunjukkan persentase imbal hasil dividen terhadap harga saham saat ini.
Yield yang tinggi menarik bagi investor income, tetapi yield yang terlalu tinggi bisa menandakan risiko penurunan harga.
Kapan digunakan: di sektor yang konsisten membayar dividen seperti utilitas, barang konsumsi, dan perbankan.
8. Return on Equity (ROE)
Rumus: Laba Bersih / Ekuitas Pemegang Saham
ROE mengukur seberapa efisien manajemen menghasilkan keuntungan dari modal yang ada. Semakin tinggi ROE, semakin baik profitabilitas perusahaan.
Kapan digunakan: untuk menilai kualitas manajemen jangka panjang. Melansir Morningstar, ROE di atas 15% dianggap sehat untuk perusahaan mapan.
9. Debt to Equity (D/E Ratio)
Rumus: Total Utang / Total Ekuitas
Metrik ini menunjukkan seberapa besar perusahaan bergantung pada utang dibandingkan modal sendiri.
D/E yang rendah menunjukkan risiko keuangan kecil, sedangkan D/E yang tinggi bisa meningkatkan profit, tetapi juga risiko kebangkrutan.
Kapan digunakan: saat menganalisis sektor dengan struktur modal kompleks seperti real estate atau utilitas.
10. Earnings Yield
Rumus: EPS / Harga Saham
Kebalikan dari P/E, metrik ini menunjukkan seberapa besar “imbal hasil” laba terhadap harga saham.
Investor sering membandingkan earnings yield dengan suku bunga obligasi untuk menilai apakah saham masih menarik.
Kapan digunakan: di era suku bunga tinggi, untuk melihat potensi undervalued relatif terhadap instrumen pendapatan tetap.
Kapan Metrik Ini Paling Efektif Digunakan?
Tidak ada satu metrik yang berlaku universal untuk semua saham. Untuk perusahaan growth, fokus pada PEG dan EV/EBITDA. Untuk perusahaan mapan, perhatikan FCF Yield dan Dividend Yield.
Untuk sektor keuangan, gunakan P/B dan ROE. Untuk startup atau sektor teknologi, P/S dan momentum EPS lebih relevan.
Rasio-rasio ini paling kuat ketika digunakan bersama analisis kualitatif seperti keunggulan kompetitif, model bisnis, dan kualitas manajemen.
Kesimpulan
Menguasai metrik valuasi saham adalah kunci untuk memahami apakah suatu saham layak dibeli atau tidak. Dengan mengombinasikan rasio seperti P/E, EV/EBITDA, PEG, dan FCF Yield, investor bisa menilai keseimbangan antara harga, kinerja, dan prospek pertumbuhan.
Namun, jangan hanya terpaku pada angka. Gunakan juga konteks sektor dan kondisi ekonomi untuk menilai apakah valuasi wajar atau berisiko.
Makanya, download Gotrade apps sekarang dan mulai analisis valuasi saham layaknya analis profesional!
FAQ
1. Apakah P/E ratio selalu indikator terbaik valuasi saham?
Tidak selalu. P/E cocok untuk perusahaan stabil, tetapi tidak efektif untuk perusahaan yang belum mencetak laba.
2. Apa perbedaan EV/EBITDA dan P/E?
EV/EBITDA mempertimbangkan utang dan kas, sehingga memberikan gambaran lebih lengkap tentang nilai perusahaan.
3. Apakah FCF Yield bisa dijadikan sinyal beli?
Bisa, jika konsisten tinggi dan didukung arus kas operasional positif.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











