Setiap bisnis bergantung pada kemampuan mengubah investasi modal kerja menjadi kas secepat dan seefisien mungkin. Di sinilah pentingnya memahami operating cycle, metrik utama yang menunjukkan seberapa cepat perusahaan dapat mengonversi persediaan dan piutang menjadi uang tunai.
Bagi investor, operating cycle bukan hanya ukuran efisiensi operasional, tetapi juga cerminan kemampuan perusahaan dalam mengelola arus kas harian. Semakin pendek siklusnya, semakin baik perusahaan dalam mengoptimalkan modal kerja.
Artikel ini akan membahas tahapan dalam operating cycle, cara menghitungnya, serta dampaknya terhadap kinerja dan likuiditas perusahaan.
Definisi Operating Cycle
Operating cycle (siklus operasional) adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk membeli bahan baku, memproduksi barang, menjualnya, dan akhirnya menerima pembayaran dari pelanggan.
Dengan kata lain, siklus ini menggambarkan waktu antara pengeluaran kas untuk persediaan hingga penerimaan kas dari penjualan.
Menurut Corporate Finance Institute, operating cycle digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan memanfaatkan modal kerja dalam menjalankan operasinya.
Perusahaan dengan siklus lebih pendek biasanya memiliki manajemen kas yang baik dan risiko likuiditas yang rendah.
Tahapan dalam Operating Cycle
Siklus operasional terdiri dari tiga komponen utama:
1. Inventory Period (Periode Persediaan)
Merupakan waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi dan menjualnya. Semakin cepat perputaran persediaan, semakin efisien penggunaan modal kerja.
Rumus:
Inventory Period = Harga Pokok Penjualan / Rata-rata Persediaan / 365
2. Receivables Period (Periode Piutang)
Menunjukkan berapa lama waktu yang dibutuhkan pelanggan untuk membayar setelah perusahaan melakukan penjualan kredit.
Rumus:
Receivables Period = Penjualan Kredit / Rata-rata Piutang / 365
Perusahaan dengan sistem pembayaran cepat akan memiliki siklus kas yang lebih pendek dan likuiditas lebih kuat.
3. Operating Cycle (Siklus Operasional)
Setelah menghitung dua komponen di atas, total siklus operasional dapat dihitung dengan menjumlahkannya.
Rumus:
Operating Cycle = Inventory Period + Receivables Period
Semakin kecil angka ini, semakin cepat arus kas perusahaan berputar kembali menjadi uang tunai.
Contoh Perhitungan Operating Cycle
Misalkan Perusahaan Ritel Z memiliki data keuangan berikut:
- Rata-rata Persediaan = Rp500 juta
 - Harga Pokok Penjualan = Rp2.000 juta
 - Rata-rata Piutang = Rp300 juta
 - Penjualan Kredit = Rp3.000 juta
 
Langkah 1 – Hitung Inventory Period:
Inventory Period = 2.000 / 500 / 365 = 91.25 hari
Langkah 2 – Hitung Receivables Period:
Receivables Period = 3.000 / 300 / 365 = 36.5 hari
Langkah 3 – Hitung Operating Cycle:
Operating Cycle = 91.25 + 36.5 = 127.75 hari
Artinya, rata-rata perusahaan membutuhkan sekitar 128 hari untuk mengubah bahan baku menjadi kas.
Hubungan Operating Cycle dengan Cash Conversion Cycle
Banyak analis mengaitkan operating cycle dengan cash conversion cycle (CCC), yaitu siklus kas bersih yang memperhitungkan periode pembayaran utang dagang.
Rumus Cash Conversion Cycle:
CCC = Operating Cycle - Payables Period
Jika perusahaan menunda pembayaran ke pemasok (misalnya 30 hari), maka:
CCC = 127.75 - 30 = 97.75 hari
Artinya, modal perusahaan hanya “terkunci” selama 98 hari sebelum kembali menjadi kas.
Semakin pendek cash conversion cycle, semakin cepat dana berputar dan semakin efisien operasi perusahaan.
Dampak Operating Cycle terhadap Kinerja Perusahaan
1. Likuiditas dan Arus Kas
Operating cycle yang panjang bisa menandakan dana terlalu lama tertahan di persediaan atau piutang.
Sebaliknya, siklus pendek mempercepat perputaran kas dan menurunkan kebutuhan pinjaman modal kerja.
2. Efisiensi Operasional
Perusahaan dengan manajemen rantai pasok efisien cenderung memiliki operating cycle yang stabil, bahkan di masa volatilitas ekonomi.
3. Profitabilitas
Semakin cepat perputaran modal kerja, semakin besar potensi profitabilitas karena kas dapat diputar lebih sering dalam satu tahun.
Sebagai contoh, perusahaan ritel dikenal memiliki operating cycle yang sangat pendek karena sistem pembayaran cepat dan rotasi stok tinggi.
Cara Meningkatkan Efisiensi Operating Cycle
| Langkah | Penjelasan | 
|---|---|
| Optimalkan manajemen persediaan | Gunakan sistem just-in-time untuk menghindari stok berlebih. | 
| Percepat penagihan piutang | Terapkan diskon pembayaran awal bagi pelanggan. | 
| Negosiasikan termin pembayaran lebih panjang dengan pemasok | Mengurangi tekanan arus kas tanpa mengorbankan hubungan bisnis. | 
| Gunakan teknologi ERP | Memantau siklus kas dan inventori secara real time. | 
Kesimpulan
Operating cycle membantu investor dan manajer keuangan memahami seberapa efisien perusahaan mengelola modal kerja dan arus kasnya. Siklus yang pendek mencerminkan efisiensi tinggi, sedangkan siklus panjang dapat menandakan potensi hambatan dalam manajemen operasional.
Dengan memantau operating cycle secara rutin, investor dapat menilai kekuatan fundamental perusahaan secara lebih mendalam.
Mulailah analisis mendetail terhadap efisiensi perusahaan global favoritmu dan temukan bisnis dengan kinerja operasional solid.
Setelah itu, kamu bisa unduh aplikasi Gotrade untuk mulai berinvestasi saham global dengan mudah dan aman.
FAQ
1. Apa perbedaan operating cycle dan cash conversion cycle?
Operating cycle mengukur waktu dari pembelian persediaan hingga penerimaan kas, sedangkan cash conversion cycle juga memperhitungkan periode pembayaran utang usaha.
2. Apakah operating cycle yang panjang selalu buruk?
Tidak selalu. Beberapa industri seperti manufaktur atau konstruksi memang memiliki siklus produksi lebih lama secara alami.
3. Bagaimana investor menggunakan operating cycle dalam analisis saham?
Investor dapat membandingkan panjang siklus antarperusahaan dalam industri yang sama untuk menilai efisiensi manajemen kas dan modal kerja.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











