Overtrading adalah salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan investor, terutama pemula yang baru mengenal dunia pasar modal. Istilah ini merujuk pada aktivitas jual-beli saham yang berlebihan tanpa strategi yang jelas.
Walaupun sekilas terlihat aktif dan produktif, overtrading justru bisa menggerus modal, menimbulkan stres, bahkan membuat kamu kehilangan fokus terhadap tujuan investasi jangka panjang.
Nah, untuk mengetahui tanda-tanda dan cara menghindarinya, simak pemaparan Gotrade di bawah ini.
Apa Itu Overtrading?
Overtrading saham adalah kondisi ketika investor terlalu sering melakukan transaksi, baik membeli maupun menjual, dalam jangka waktu pendek.
Tindakan ini biasanya didorong oleh emosi, keinginan cepat untung, atau rasa takut ketinggalan momen (FOMO), kata Investopedia.
Dalam banyak kasus, overtrading bukanlah hasil dari strategi yang terukur, melainkan akibat impulsif dan kurangnya disiplin.
Investor yang terjebak overtrading sering kali mengabaikan analisis fundamental atau teknikal, dan hanya mengikuti pergerakan harga sesaat.
Kenapa Overtrading Berbahaya?
Cek tanda-tanda overtrading yang bisa membahayakan strategi investasimu!
Biaya transaksi yang menumpuk
Setiap kali kamu membeli atau menjual saham, ada biaya transaksi yang harus dibayar. Jika terlalu sering trading, biaya ini akan terkumpul dan mengurangi keuntungan secara signifikan.
Risiko keputusan emosional
Overtrading sering dipicu oleh emosi, bukan analisis. Ketika harga naik, investor cepat tergoda membeli. Saat harga turun, panik dan buru-buru menjual. Siklus ini bisa menguras modal tanpa hasil nyata.
Hilangnya fokus jangka panjang
Investasi seharusnya mendukung tujuan keuangan jangka panjang. Namun, overtrading membuat kamu lebih fokus pada pergerakan jangka pendek yang penuh noise, sehingga melupakan tujuan besar seperti dana pensiun atau tabungan pendidikan.
Stres dan kelelahan mental
Aktivitas trading berlebihan membutuhkan perhatian terus-menerus. Ini bisa menimbulkan stres, rasa cemas, bahkan burnout, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas keputusan investasi.
Potensi kerugian besar
Semakin sering kamu trading, semakin tinggi risiko membuat kesalahan. Dalam jangka panjang, probabilitas kerugian justru meningkat jika tidak ada strategi jelas yang mendasari setiap keputusan.
Contoh Perilaku Overtrading Pada Investor Pemula
Simak contoh perilaku overtrading menurut Groww di sini:
1. Mengejar hype pasar
Banyak pemula langsung membeli saham hanya karena ramai dibicarakan di media sosial atau forum. Mereka masuk tanpa riset, berharap harga terus naik, lalu panik menjual ketika harga turun.
2. Trading setiap ada pergerakan kecil
Beberapa investor merasa harus selalu “ikut campur” setiap kali harga saham bergerak, padahal perubahan kecil itu belum tentu berarti apa-apa.
3. Menggunakan margin secara berlebihan
Ada pemula yang menggunakan fasilitas pinjaman (margin) untuk memperbesar posisi. Saat pasar bergerak tidak sesuai harapan, kerugian membesar dan memicu transaksi panik berulang kali.
4. Tidak punya rencana trading
Banyak investor melakukan jual-beli tanpa menetapkan target profit, stop loss, atau analisis mendalam. Akibatnya, transaksi menjadi acak dan terlalu sering dilakukan.
5. FOMO (Fear of Missing Out)
Investor takut ketinggalan momen ketika saham tertentu naik drastis. Mereka buru-buru masuk di harga puncak, lalu segera keluar saat harga turun sedikit, hanya untuk mengulangi pola yang sama pada saham lain.
Tips Menghindari Bahaya Overtrading
Tetapkan tujuan investasi
Sebelum trading, tentukan apakah tujuanmu jangka pendek (trading) atau jangka panjang (investasi). Dengan begitu, kamu tidak mudah terbawa arus hype pasar.
Batasi jumlah transaksi
Disiplinkan diri untuk tidak membuka posisi terlalu sering. Gunakan aturan sederhana, misalnya maksimal 2–3 transaksi dalam seminggu untuk pemula.
Gunakan strategi terukur
Selalu buat rencana: kapan membeli, di harga berapa, kapan menjual, target profit, dan batas kerugian (stop loss). Strategi ini membantu mengurangi keputusan impulsif.
Hindari terlalu sering cek harga
Memantau harga setiap menit hanya menambah stres. Cukup cek portofolio pada waktu tertentu yang sudah dijadwalkan agar tidak tergoda melakukan transaksi berlebihan.
Gunakan analisis, bukan emosi
Ambil keputusan berdasarkan data: laporan keuangan, tren industri, atau indikator teknikal, bukan sekadar rumor pasar.
Manajemen risiko
Tentukan porsi modal yang digunakan dalam setiap transaksi. Jangan gunakan seluruh modal pada satu saham, apalagi dengan leverage tinggi. Diversifikasi bisa membantu menyeimbangkan risiko.
Kesimpulan
Overtrading adalah kebiasaan bertransaksi saham secara berlebihan yang lebih banyak didorong oleh emosi daripada strategi. Bahaya overtrading meliputi biaya transaksi yang menumpuk, risiko kerugian besar, hilangnya fokus jangka panjang, hingga stres mental. Banyak pemula terjebak pada perilaku ini karena FOMO, mengejar hype pasar, atau tidak memiliki rencana trading yang jelas.
Untuk menghindari overtrading saham, kamu perlu disiplin dengan strategi investasi, membatasi jumlah transaksi, dan selalu mengacu pada tujuan keuangan jangka panjang. Ingatlah bahwa pasar saham adalah maraton, bukan sprint.
Kalau kamu ingin berinvestasi secara lebih tenang, gunakan aplikasi yang praktis dan aman. Dengan Gotrade, aplikasi beli saham AS yang aman dan mudah dipakai, kamu bisa mulai berinvestasi hanya dengan 1 Dolar AS tanpa harus terjebak dalam aktivitas trading berlebihan.
Download dan pakai aplikasi terbaru Gotrade sekarang!
FAQ
Apa itu overtrading saham?
Overtrading saham adalah kondisi ketika investor terlalu sering melakukan jual-beli saham tanpa strategi yang jelas, biasanya karena dorongan emosi.
Kenapa overtrading berbahaya?
Karena bisa mengurangi keuntungan akibat biaya transaksi, meningkatkan risiko kerugian, serta membuat investor kehilangan fokus jangka panjang.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.