Bagi sebagian orang, istilah penny stocks terdengar menggiurkan. Bayangkan, dengan modal kecil, investor bisa membeli ribuan lembar saham dalam sekali transaksi. Namun, di balik harganya yang murah, saham penny sering kali datang dengan risiko yang jauh lebih besar dibanding saham blue chip seperti Apple atau Microsoft.
Untuk bantu kamu lebih paham, Gotrade akan membahas definisi penny stocks, ciri-ciri utamanya, kenapa dianggap berisiko tinggi, perbedaan dengan saham mapan, contoh historis, serta alasan kenapa pemula sebaiknya berhati-hati sebelum berinvestasi di instrumen ini.
Apa Itu Penny Stocks?
Penny stocks adalah saham perusahaan yang diperdagangkan dengan harga sangat rendah, biasanya di bawah 5 Dollar AS per lembar (mengacu pada definisi U.S. Securities and Exchange Commission atau SEC). Di Indonesia, istilah saham penny sering digunakan untuk menyebut saham gorengan yang diperdagangkan dengan harga sangat murah di bursa lokal.
Meski harganya rendah, tidak berarti penny stocks murah dalam arti fundamental. Sering kali, harga rendah mencerminkan ukuran perusahaan yang kecil, kinerja keuangan yang belum stabil, atau prospek bisnis yang meragukan.
Ciri-Ciri Penny Stocks
- Harga Sangat Rendah – umumnya di bawah 5 Dollar AS per saham di AS, atau di bawah Rp500 per lembar di bursa Indonesia. Investor sering merasa bisa membeli banyak lembar sekaligus, padahal nilainya tetap kecil.
- Likuiditas Rendah – volume transaksi cenderung kecil sehingga sulit menjual kembali saham dalam jumlah besar tanpa menurunkan harga secara signifikan.
- Perusahaan Kecil atau Baru – biasanya berasal dari perusahaan kecil yang masih berjuang membangun bisnis, sehingga lebih rentan terhadap kegagalan.
- Risiko Delisting – sering kali saham ini tidak memenuhi syarat untuk tetap tercatat di bursa utama, sehingga diperdagangkan di pasar OTC (over-the-counter).
- Transparansi Rendah – laporan keuangan tidak selalu jelas, bahkan ada yang tidak diaudit, membuat investor sulit menganalisis fundamental.
Kenapa Penny Stocks Berisiko Tinggi?
- Volatilitas Ekstrem
Harga saham penny bisa naik turun ratusan persen dalam sehari karena likuiditas rendah dan spekulasi tinggi. Contohnya, sebuah saham bisa naik 200% dalam sehari, lalu anjlok lagi ke harga awal keesokan harinya. - Kurangnya Informasi
Perusahaan kecil biasanya tidak memiliki cakupan riset dari analis besar. Akibatnya, investor kesulitan menemukan data yang kredibel sebelum mengambil keputusan. - Mudah Dimanipulasi
Skema “pump and dump” sering terjadi, di mana kelompok tertentu menaikkan harga saham secara artifisial lalu menjual besar-besaran. Investor ritel yang masuk terlambat biasanya menjadi korban. - Potensi Kerugian Besar
Meski kelihatannya murah, risiko kehilangan seluruh modal sangat nyata. Jika perusahaan bangkrut, nilai saham bisa turun menjadi nol.
Dilansir dari Investopedia, lebih dari 90% penny stocks tidak pernah berkembang menjadi perusahaan besar dan justru membuat investor kehilangan uang.
Perbedaan Penny Stocks dengan Saham Blue Chip
Berikut tabel perbandingan penny stocks dengan saham blue chip, menurut Groww.
Aspek | Penny Stocks | Blue Chip (misalnya Apple, Microsoft) |
Harga | Sangat rendah (<USD 5) | Relatif tinggi (USD 100+ per saham) |
Likuiditas | Rendah, sulit dijual | Sangat likuid, mudah diperjualbelikan |
Transparansi | Minim laporan dan analisis | Laporan lengkap, diaudit, liputan luas |
Stabilitas | Sangat fluktuatif, risiko tinggi | Stabil dengan kinerja konsisten |
Potensi Jangka Panjang | Rendah, sebagian besar gagal bertahan | Tinggi, perusahaan mapan dengan brand global |
Perbandingan ini jelas menunjukkan bahwa saham blue chip lebih cocok untuk investor jangka panjang yang mencari kestabilan dan pertumbuhan berkelanjutan, sementara penny stocks lebih condong ke spekulasi.
Contoh Historis Penny Stocks
- Pets.com (2000)
Salah satu contoh paling terkenal dari bubble dot-com. Sahamnya sempat melonjak karena tren e-commerce, tetapi bangkrut hanya dalam dua tahun, meninggalkan investor dengan kerugian besar. - Eastman Kodak (2012)
Setelah gagal beradaptasi dengan era digital, saham Kodak jatuh ke level penny stock meski pernah jadi raksasa fotografi dunia. Ini membuktikan bahwa bahkan perusahaan besar bisa jatuh ke kategori penny. - GameStop (2021)
Awalnya diperdagangkan di level penny, saham ini sempat melonjak ribuan persen akibat fenomena meme stock di Reddit. Namun, kenaikan itu lebih karena spekulasi jangka pendek, bukan fundamental. Banyak investor ritel yang masuk di puncak harga akhirnya menderita kerugian.
Contoh-contoh ini memperlihatkan pola umum: kenaikan cepat sering diikuti kejatuhan yang lebih tajam.
Kenapa Pemula Harus Hati-Hati?
- Sulit Dinilai Secara Fundamental – informasi terbatas membuat analisis fundamental hampir mustahil dilakukan.
- Godaan Spekulasi – harga murah memberi ilusi bisa cepat kaya, padahal risikonya jauh lebih besar.
- Kurang Cocok untuk Jangka Panjang – sebagian besar penny stocks tidak pernah berkembang menjadi perusahaan besar yang stabil.
- Potensi Kehilangan Modal – investor pemula sering menjadi korban cerita sukses instan tanpa menyadari risiko yang lebih besar.
Alih-alih mengejar penny stocks, pemula lebih bijak memulai dengan saham blue chip atau indeks global yang terbukti stabil dan transparan.
Kesimpulan
Penny stocks atau saham penny memang terlihat menarik karena harganya murah dan potensi return yang fantastis. Namun, di balik itu ada risiko besar berupa volatilitas ekstrem, kurangnya transparansi, dan kemungkinan besar gagal bertahan di pasar.
Sebaliknya, saham blue chip seperti Apple, Microsoft, dan Tesla menawarkan stabilitas, transparansi, serta peluang pertumbuhan jangka panjang. Untuk pemula, lebih aman dan bijak memilih saham global mapan daripada terjebak spekulasi penny stocks.
Daripada terjebak risiko tinggi di penny stocks, lebih baik mulai investasi di saham global kelas dunia. Dengan Gotrade, kamu bisa membeli saham populer seperti Apple, Microsoft, dan Tesla hanya mulai dari 1 Dollar AS (Rp16 ribu). Bangun portofolio saham globalmu sekarang dengan aman dan transparan lewat Gotrade!
FAQ
- Apakah penny stocks bisa membuat cepat kaya?
→ Secara teori, ya, karena harganya murah dan bisa naik ratusan persen dalam waktu singkat. Namun, kenyataannya jauh lebih berisiko. Banyak kasus di mana penny stocks justru jatuh lebih cepat dari kenaikannya, sehingga mayoritas investor kehilangan uang. - Apakah pemula boleh mencoba investasi di saham penny?
→ Boleh saja, tetapi sangat tidak disarankan untuk menjadikannya fokus utama. Pemula sebaiknya mulai dari saham blue chip atau indeks global yang lebih stabil. Saham penny lebih cocok untuk spekulasi tingkat tinggi, bukan untuk strategi investasi jangka panjang.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.