Dalam dunia pasar modal, bukan hanya analisis fundamental dan teknikal yang memengaruhi hasil investasi. Faktor manusia, terutama psikologi investasi, sering kali menjadi penentu utama sukses atau gagalnya seorang investor. Banyak keputusan finansial tidak didorong oleh logika murni, melainkan oleh emosi, persepsi, dan bias psikologis.
Nah, Gotrade akan membahas bagaimana psikologi memengaruhi keputusan investasi, apa saja bias umum yang sering muncul, serta cara praktis untuk mengatasinya agar keputusan lebih rasional dan terarah.
Bagaimana Psikologi Mempengaruhi Keputusan Investasi
Pengaruh Emosi terhadap Investasi
Emosi adalah faktor paling besar dalam pengambilan keputusan finansial. Saat pasar bullish, investor cenderung terbawa euforia sehingga membeli saham tanpa riset. Sebaliknya, ketika pasar bearish, rasa takut sering memicu aksi jual panik. Kedua kondisi ini membuat keputusan investasi tidak lagi rasional.
Contoh nyata bisa dilihat pada masa pandemi 2020. Banyak investor menjual saham di awal karena panik, padahal beberapa bulan kemudian pasar pulih dan bahkan mencatat rekor baru. Investor yang mampu mengendalikan emosi dan tetap berpegang pada rencana justru meraih keuntungan besar.
Jenis Emosi yang Berpengaruh
Melansir Morningstar Australia, berikut adalah beberapa jenis emosi yang memengaruhi psikologi investasi seseorang.
- Rasa takut (fear): membuat investor cepat menjual meski fundamental perusahaan masih kuat.
- Keserakahan (greed): mendorong membeli berlebihan saat tren naik, sering kali berakhir dengan kerugian saat pasar terkoreksi.
- Overconfidence: terlalu percaya diri hingga meremehkan risiko atau mengabaikan data yang tidak sesuai dengan keyakinan pribadi.
Bias Psikologis yang Umum dalam Investasi
Merangkum Investopedia, simak ragam bias yang harus kamu waspadai:
Herd Mentality (Ikut-Ikutan Tren)
Investor membeli saham karena ramai diperbincangkan, bukan karena analisis. Fenomena ini sering membuat investor masuk di harga puncak dan menanggung kerugian besar saat tren berbalik.
Loss Aversion
Rasa sakit akibat rugi terasa lebih berat dibanding rasa senang saat untung. Investor cenderung menahan saham merugi terlalu lama, berharap harga kembali, padahal fundamental sudah buruk.
Confirmation Bias
Investor mencari informasi yang hanya mendukung pandangannya sendiri. Misalnya, hanya membaca ulasan positif tentang saham tertentu dan mengabaikan peringatan dari analis lain.
Recency Bias
Menganggap tren terbaru akan terus berlanjut. Contohnya, ketika saham teknologi naik berbulan-bulan, investor mengira kenaikan itu abadi.
Overconfidence Bias
Terlalu yakin pada kemampuan analisis pribadi, padahal pasar penuh faktor eksternal yang sulit dikendalikan. Bias ini sering menyebabkan investor menaruh modal terlalu besar di satu saham.
Anchoring Bias
Investor terpaku pada harga beli awal sebagai patokan, meski kondisi perusahaan berubah drastis. Akibatnya, sulit menerima kenyataan bahwa saham sudah tidak layak ditahan.Semua contoh ini adalah bentuk bias kognitif yang tanpa disadari sering menjebak investor.
Cara Mengatasi Bias Psikologis
Buat Rencana Investasi Tertulis
Rencana investasi berfungsi sebagai peta jalan. Dengan tujuan, horizon waktu, dan batas toleransi risiko yang jelas, investor lebih disiplin dan tidak mudah terpengaruh emosi pasar.
Gunakan Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi mengurangi tekanan psikologis karena kerugian tidak terkonsentrasi pada satu aset. Ketika satu sektor turun, sektor lain bisa menyeimbangkan kerugian.
Terapkan Aturan Stop Loss dan Target Profit
Aturan ini menjaga keputusan tetap rasional. Investor bisa menghindari kerugian besar dengan stop loss dan tidak terlalu tamak dengan target profit.
Lakukan Evaluasi Rutin
Meninjau portofolio secara berkala—misalnya bulanan atau kuartalan—lebih sehat dibanding mengecek harga setiap jam. Terlalu sering memantau harga memicu stres dan keputusan impulsif.
Sadari Bias yang Rentan Dialami
Masing-masing investor punya kelemahan berbeda. Ada yang cenderung takut rugi, ada yang terlalu percaya diri. Menyadari pola pribadi adalah langkah awal untuk memperbaikinya.
Gunakan Data dan Analisis
Keputusan harus berbasis data, bukan perasaan. Membaca laporan keuangan, tren industri, dan indikator teknikal bisa membantu menyeimbangkan emosi.
Fokus Jangka Panjang
Melihat investasi sebagai maraton, bukan sprint. Fokus pada pertumbuhan nilai dalam beberapa tahun akan membuat investor lebih tenang menghadapi fluktuasi harian. Inilah inti dari kontrol emosi dalam investasi.
Kesimpulan
Psikologi investasi memiliki peran besar dalam menentukan keberhasilan di pasar modal. Emosi seperti takut dan serakah, serta berbagai bias kognitif, bisa membuat investor salah langkah.
Namun, dengan meningkatkan kontrol emosi dalam investasi, menyadari bias yang memengaruhi diri sendiri, serta berpegang pada strategi rasional, investor dapat membuat keputusan yang lebih bijak. Pada akhirnya, sukses investasi bukan hanya soal memilih saham yang tepat, tetapi juga soal mengendalikan diri.
Untuk mengasah kondisi psikologimu dalam berinvestasi, maka penting untuk praktik langsung pada aplikasi beli saham seperti Gotrade. Dapatkan kesempatan untuk punya saham AS dari perusahaan seperti Apple, Microsoft, dan NVIDIA hari ini juga!
FAQ
1. Mengapa psikologi penting dalam investasi?
→ Karena keputusan finansial sering dipengaruhi emosi. Investor yang mampu mengendalikan psikologi lebih tahan menghadapi fluktuasi pasar.
2. Apakah bias psikologis bisa dihilangkan sepenuhnya?
→ Tidak sepenuhnya. Namun, dengan kesadaran diri, disiplin, dan strategi yang tepat, pengaruh bias bisa diminimalkan.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.