Loss adalah momen yang pasti dialami banyak trader. Namun, reaksi setelah mengalami loss yang membedakan antara trader profesional dan trader emosional. Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan trader setelah mengalami loss adalah revenge trading.
Revenge trading terdengar seperti dorongan alami untuk “membuktikan diri”, tetapi dalam praktiknya, tindakan ini sering menjadi awal dari kerugian yang lebih besar.
Simak pemaparan Gotrade selengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Revenge Trading?
Revenge trading adalah tindakan membuka posisi baru secara impulsif setelah mengalami kerugian, dengan tujuan cepat menutup atau membalas kekalahan sebelumnya.
Biasanya, keputusan ini tidak didasari analisis teknikal atau rencana trading yang jelas, melainkan oleh dorongan emosi seperti frustrasi, ego, atau rasa takut tertinggal (FOMO).
Trader yang terjebak revenge trading sering berkata pada dirinya sendiri, “Saya harus segera balas rugi ini.”
Sayangnya, dorongan emosional ini justru membuat mereka mengabaikan strategi, meningkatkan ukuran posisi (lot) secara berlebihan, dan mengabaikan manajemen risiko, melansir Axi.
Mengapa Revenge Trading Terjadi
Revenge trading berakar pada psikologi manusia terutama emosi marah dan ego terluka setelah kalah. Iru normal karena trader reaktif atas kerugian secara lebih intens dibandingkan terhadap keuntungan (dikenal sebagai loss aversion bias).
Akibatnya, seseorang akan cenderung melakukan tindakan cepat tanpa logika untuk “memulihkan” keadaan.
Beberapa penyebab umum revenge trading antara lain:
- Tidak siap menerima kerugian – Trader belum bisa menerima bahwa loss adalah bagian alami dari proses trading.
- Overconfidence setelah beberapa kali menang – Ketika pasar berbalik arah, ego membuat mereka sulit berhenti.
- Kurangnya rencana trading yang jelas – Tanpa aturan entry dan exit, trader lebih mudah terjebak pada keputusan impulsif.
- Emosi negatif (marah, kecewa, cemas) – Semua emosi ini mempersempit fokus dan membuat seseorang hanya ingin “menang kembali.”
Dampak Buruk Revenge Trading
Revenge trading tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga bisa memengaruhi kondisi mental dan konsistensi seorang trader dalam jangka panjang.
1. Kerugian finansial berlipat
Saat trader berusaha “mengejar balik” kerugian, mereka cenderung meningkatkan ukuran posisi atau mengambil risiko di luar batas wajar. Hal ini membuat potensi rugi semakin besar jika pasar tetap bergerak berlawanan arah.
2. Hilangnya objektivitas
Trading berubah dari kegiatan berbasis analisis menjadi aksi emosional. Trader tidak lagi mengikuti strategi, melainkan reaksi instan terhadap perasaan kecewa.
3. Spiral negatif psikologis
Kerugian akibat revenge trading sering menimbulkan efek domino: stres, penurunan kepercayaan diri, insomnia, hingga burnout. Beberapa bahkan berhenti trading karena trauma kehilangan modal besar.
4. Gangguan pada disiplin dan sistem
Trader yang sudah punya sistem trading sering kali mengabaikannya saat ingin balas dendam. Akibatnya, konsistensi hilang dan data performa menjadi tidak relevan untuk evaluasi jangka panjang.
Ciri-Ciri Trader yang Terjebak Revenge Trading
Untuk mencegahnya, melansir Warrior Trading, penting mengenali tanda-tanda dini perilaku revenge trading berikut:
- Merasa “harus segera” buka posisi setelah rugi.
- Menggandakan ukuran lot untuk menutupi kerugian sebelumnya.
- Mengabaikan setup atau sinyal konfirmasi yang biasa digunakan.
- Trading di luar jam kebiasaan (misalnya malam hari karena tidak bisa tidur).
- Mengalami stres berlebihan atau emosi tidak stabil setelah rugi.
Cara Mengendalikan Emosi setelah Loss
1. Terima bahwa kerugian adalah bagian dari trading
Tidak ada strategi yang 100% benar. Bahkan trader profesional dengan sistem solid sekalipun mengalami loss. Yang membedakan adalah bagaimana mereka mengelola risiko dan menjaga emosi tetap stabil.
2. Ambil jeda dan evaluasi
Setelah mengalami kerugian besar, berhentilah sejenak. Hindari langsung membuka posisi baru. Gunakan waktu ini untuk meninjau trading journal dan melihat apakah keputusan sebelumnya sesuai rencana atau dipengaruhi emosi.
3. Gunakan ukuran posisi yang konsisten
Terapkan aturan risiko per transaksi, misalnya maksimal 1–2% dari total modal. Dengan demikian, satu kerugian tidak akan merusak portofolio secara signifikan dan kamu bisa tetap berpikir jernih.
4. Fokus pada proses, bukan hasil
Alih-alih mengejar untung cepat, fokuslah pada konsistensi dan kualitas eksekusi. Trader sukses tidak menilai performa harian dari profit, tapi dari apakah mereka mengikuti sistem dengan benar.
5. Gunakan alat bantu manajemen risiko
Stop loss, trailing stop, dan target profit membantu membatasi emosi selama trading. Aturan otomatis ini menjaga agar keputusan tidak berubah hanya karena ketegangan sesaat.
6. Bangun kebiasaan reflektif
Tuliskan setiap keputusan trading, emosi yang dirasakan, dan hasilnya dalam jurnal. Kebiasaan ini membantu mengenali pola perilaku emosional yang bisa diperbaiki.
Kesimpulan
Revenge trading adalah jebakan emosional yang membuat trader ingin membalas kerugian secara instan, namun justru memperburuk keadaan. Tindakan ini dapat menguras modal, mengacaukan sistem trading, dan merusak kestabilan mental.
Solusinya bukan dengan melarang emosi, tapi dengan mengelolanya secara sadar. Dengan latihan disiplin, pencatatan yang konsisten, dan penerapan manajemen risiko, kamu bisa menjaga diri agar tetap rasional bahkan di tengah volatilitas tinggi.
Jangan biarkan emosi menguasai keputusanmu! Kendalikan proses trading dengan kepala dingin.
Mulailah latihan disiplin dan evaluasi trading lewat aplikasi Gotrade, di mana kamu bisa belajar investasi saham global secara bijak dan terukur.
FAQ
Apakah revenge trading bisa dihindari sepenuhnya?
Tidak bisa sepenuhnya, karena setiap trader memiliki emosi. Namun, dengan kesadaran diri dan rencana yang disiplin, dampaknya bisa diminimalkan secara signifikan.
Kapan waktu yang tepat untuk kembali trading setelah rugi besar?
Tunggu hingga kondisi emosimu stabil dan kamu sudah mengevaluasi kesalahan sebelumnya. Hindari trading dalam keadaan stres atau ingin segera “mengejar” kerugian.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.