Reverse stock split adalah salah satu aksi korporasi yang sering membingungkan investor pemula. Saat mendengar istilah ini, banyak orang langsung berpikir harga saham akan naik atau perusahaan sedang dalam kondisi buruk. Padahal, reverse stock split adalah tindakan teknis yang memiliki alasan strategis tertentu.
Maka, untuk membantu kamu leih paham, dalam artikel ini, Gotrade akan membahas apa itu reverse stock split, pengaruh reverse stock split terhadap harga saham, serta keuntungan dan kerugian yang perlu kamu pahami sebelum mengambil keputusan investasi.
Reverse Stock Split Adalah Apa?
Reverse stock split adalah aksi korporasi di mana perusahaan menggabungkan sejumlah saham beredar menjadi jumlah yang lebih kecil, dengan proporsi tertentu, sehingga harga per saham meningkat.
Contoh sederhana:
- Kamu punya 100 lembar saham dengan harga $1.
- Perusahaan melakukan reverse stock split 1:10.
- Setelah aksi ini, jumlah sahammu berubah menjadi 10 lembar, tetapi harga per saham naik menjadi $10.
Total nilai investasi tetap sama, yaitu $100. Artinya, reverse stock split tidak menciptakan nilai baru, hanya mengubah struktur jumlah saham dan harga per lembar, dilansir dari Nasdaq.
Pengaruh Reverse Stock Split
1. Harga saham naik secara teknis
Karena jumlah saham berkurang, otomatis harga per saham meningkat sesuai rasio split. Namun, nilai total kepemilikan investor tidak berubah.
2. Persepsi investor
- Positif: harga yang lebih tinggi membuat saham terlihat lebih “berkelas” dan bisa menarik investor institusional.
- Negatif: sering dipersepsikan sebagai tanda perusahaan sedang berusaha menghindari delisting karena harga saham terlalu rendah.
3. Likuiditas pasar
- Kadang menurun, karena jumlah saham beredar berkurang.
- Tetapi jika aksi ini meningkatkan kepercayaan investor, likuiditas bisa kembali pulih.
4. Kepatuhan regulasi
Reverse stock split sering digunakan untuk memenuhi syarat minimum harga saham agar tetap tercatat di bursa, misalnya Nasdaq yang memiliki batas minimal harga $1.
Keuntungan Reverse Stock Split
Merangkum Investopedia, berikut keuntungan melakukan reverse stock split.
1. Menghindari delisting
Perusahaan yang harga sahamnya terlalu rendah bisa menggunakan reverse split untuk kembali memenuhi syarat bursa.
2. Meningkatkan citra perusahaan
Harga saham yang terlalu rendah sering dianggap “penny stock”. Dengan reverse split, perusahaan bisa mengubah persepsi pasar agar terlihat lebih stabil.
3. Menarik investor institusional
Banyak investor institusional memiliki aturan internal untuk tidak membeli saham dengan harga terlalu rendah. Harga lebih tinggi pasca-reverse split bisa membuat saham memenuhi syarat mereka.
4. Mengurangi volatilitas berlebihan
Saham berharga sangat rendah sering mudah digerakkan oleh spekulan. Dengan harga lebih tinggi, fluktuasi bisa sedikit berkurang.
Kerugian Reverse Stock Split
Masih melansir Investopedia, dari keuntungan, reverse stock split tetap punya risiko, seperti:
1. Sinyal kondisi perusahaan
Sering kali reverse split dilakukan oleh perusahaan yang sedang kesulitan mempertahankan harga saham. Hal ini bisa menjadi sinyal negatif bagi investor.
2. Tidak menambah nilai fundamental
Reverse stock split tidak meningkatkan kinerja perusahaan, laba, atau prospek bisnis. Hanya perubahan teknis pada struktur saham.
3. Potensi turunnya likuiditas
Dengan jumlah saham beredar lebih sedikit, aktivitas perdagangan bisa menurun.
4. Tekanan jual
Beberapa investor ritel bisa menganggap reverse split sebagai tanda bahaya dan menjual saham mereka, sehingga harga turun setelah aksi ini.
Contoh Kasus Reverse Stock Split
Citigroup (2009)
Pasca-krisis keuangan, harga saham Citigroup anjlok hingga di bawah $5. Pada tahun 2011, perusahaan melakukan reverse stock split 1:10 untuk meningkatkan harga sahamnya.
General Electric (2021)
GE melakukan reverse stock split 1:8 untuk meningkatkan harga sahamnya yang tertekan akibat restrukturisasi bisnis.
Penny Stocks
Banyak perusahaan kecil melakukan reverse stock split semata-mata untuk menghindari delisting dari Nasdaq atau NYSE. Namun, setelah itu harga sering kembali turun karena investor tidak percaya pada prospek bisnis perusahaan.
Bagaimana Investor Harus Menyikapi?
- Analisis fundamental tetap utama
Jangan hanya melihat reverse split sebagai sinyal positif atau negatif. Fokuslah pada laporan keuangan, pertumbuhan bisnis, dan prospek jangka panjang. - Waspadai perusahaan bermasalah
Jika reverse stock split dilakukan semata untuk menghindari delisting, ini bisa menjadi tanda peringatan. - Gunakan untuk peluang trading
Beberapa trader memanfaatkan reverse split sebagai momentum jangka pendek karena biasanya harga bergejolak setelah aksi ini. - Jangan terkecoh kenaikan harga teknis
Harga saham naik karena reverse split hanyalah ilusi teknis. Jika kinerja perusahaan tidak mendukung, harga bisa turun kembali.
Kesimpulan
Reverse stock split adalah aksi korporasi yang mengurangi jumlah saham beredar dengan menaikkan harga per lembar saham secara proporsional. Pengaruh reverse stock split bisa positif jika bertujuan memperbaiki citra perusahaan dan menarik investor baru, tetapi juga bisa negatif jika hanya dilakukan untuk menghindari delisting.
Sebagai investor, penting untuk melihat lebih jauh daripada sekadar aksi teknis. Analisis fundamental tetap menjadi kunci dalam menilai apakah saham tersebut layak dipertahankan atau tidak.
Dengan memahami margin trading, aksi korporasi seperti split dan reverse split, maka kamu dapat trading dengan lebih cerdas di Gotrade. Mulailah investasi saham AS dengan aman, mudah, dan transparan di apps Gotrade, hanya dari 1 Dolar AS!
FAQ
Apa itu reverse stock split?
Reverse stock split adalah aksi korporasi di mana perusahaan menggabungkan sejumlah saham menjadi lebih sedikit, sehingga harga per saham naik secara proporsional tanpa mengubah nilai total investasi.
Apakah pengaruh reverse stock split selalu positif?
Tidak selalu. Bisa positif jika dilakukan untuk alasan strategis, tetapi sering dipersepsikan negatif jika dilakukan hanya untuk menghindari delisting.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.