Seorang investor berpengalaman tahu cara melindungi nilai portofolio saat pasar bergejolak. Contohnya adalah dengan beralih ke safe havens, aset yang relatif stabil ketika pasar lain sedang mengalami penurunan.
Konsep ini sudah menjadi bagian penting dalam strategi investasi global, terutama di masa krisis keuangan, perang, atau ketidakpastian ekonomi.
Artikel ini akan membahas apa itu safe havens, jenis-jenis aset yang umum digunakan, kapan sebaiknya digunakan, serta bagaimana mengalokasikannya saat volatilitas pasar meningkat.
Apa Itu Safe Havens?
Safe havens adalah aset yang dianggap mampu mempertahankan nilainya atau bahkan naik saat pasar keuangan mengalami tekanan.
Berbeda dari aset berisiko seperti saham atau crypto, safe haven biasanya memiliki volatilitas rendah dan nilai yang stabil.
Investor beralih ke aset safe haven ketika ketidakpastian meningkat, misalnya saat terjadi inflasi tinggi, krisis geopolitik, atau resesi. Tujuannya adalah melindungi modal (capital preservation), bukan mencari pertumbuhan agresif, dikutip dari Investopedia.
Mengapa Safe Haven Penting?
Dalam strategi investasi jangka panjang, risiko tidak bisa dihindari, tapi bisa dikendalikan. Aset safe haven berfungsi sebagai “penyeimbang” portofolio agar total nilai investasi tidak tergerus terlalu dalam saat pasar mengalami koreksi tajam.
Beberapa alasan mengapa aset ini penting:
- Menurunkan volatilitas portofolio: Safe haven membantu menjaga stabilitas nilai aset saat pasar saham turun.
- Melindungi daya beli: Beberapa safe haven, seperti emas, menjaga nilai kekayaan dari inflasi.
- Memberikan ketenangan psikologis: Investor tetap merasa aman karena sebagian aset disimpan di instrumen yang stabil.
Jenis-Jenis Aset Safe Haven yang Umum Dipilih
Berikut beberapa jenis safe haven paling populer yang digunakan investor di seluruh dunia, melansir Forbes:
1. Emas
Emas adalah safe haven klasik. Logam mulia ini digunakan sebagai penyimpan nilai dan pelindung dari inflasi maupun krisis ekonomi.
Saat pasar saham turun, investor biasanya membeli emas karena dianggap sebagai aset yang nilainya tidak bergantung pada kinerja perusahaan atau kebijakan moneter.
Namun, harga emas tetap bisa berfluktuasi dalam jangka pendek, terutama saat dolar AS menguat. Karena itu, emas lebih cocok sebagai pelindung nilai jangka panjang daripada alat spekulasi.
2. Obligasi pemerintah
Obligasi negara dengan peringkat tinggi, seperti U.S. Treasury Bonds, dianggap salah satu safe haven paling aman di dunia. Pemerintah AS belum pernah gagal bayar, sehingga instrumen ini sangat dipercaya saat ketidakpastian meningkat.
Nilai obligasi cenderung naik ketika pasar saham turun, karena investor mencari keamanan dengan memindahkan dana dari aset berisiko ke aset berjaminan pemerintah.
3. Mata uang asing
Dalam situasi krisis global, investor dari seluruh dunia biasanya menumpuk dolar AS karena likuiditas dan stabilitasnya tinggi.
Kenaikan permintaan dolar ini sering menyebabkan penguatan nilai tukar USD di masa-masa ketegangan geopolitik atau krisis pasar modal.
Selain itu juga pertimbangkan Swiss Franc dan Yeng Jepang. Kedua mata uang ini juga dikenal sebagai safe haven currencies. Swiss dikenal dengan stabilitas politik dan sistem keuangannya, sementara Jepang memiliki surplus neraca berjalan yang besar.
4. Saham sektor defensif
Beberapa saham dari sektor seperti consumer staples, healthcare, atau utilities dianggap semi-safe haven. Permintaan terhadap produk-produk dasar tetap tinggi bahkan saat ekonomi melambat, sehingga harga saham di sektor ini relatif stabil.
5. Emas digital dan ETF
Kini investor bisa berinvestasi pada emas atau obligasi safe haven melalui ETF seperti SPDR Gold Shares (GLD) atau iShares 7-10 Year Treasury ETF (IEF). Ini memudahkan investor untuk diversifikasi tanpa harus membeli aset fisik.
Kapan Safe Haven Digunakan?
Safe haven digunakan terutama saat ketidakpastian meningkat. Beberapa kondisi umum yang mendorong investor beralih ke aset ini antara lain:
- Volatilitas pasar tinggi: Saat indeks seperti S&P 500 turun tajam.
- Geopolitical risk: Misalnya perang, ketegangan politik, atau bencana alam.
- Krisis ekonomi: Seperti resesi global atau krisis likuiditas.
- Inflasi ekstrem: Saat harga barang terus naik dan daya beli uang menurun.
Namun, tidak berarti safe haven hanya digunakan saat krisis. Investor bijak menyimpan sebagian portofolionya dalam aset safe haven bahkan di masa normal, sebagai perlindungan jangka panjang.
Strategi Alokasi saat Volatilitas Tinggi
Menggunakan safe haven bukan berarti harus menjual semua saham. Kuncinya ada pada alokasi aset (asset allocation) yang seimbang.
Berikut beberapa pendekatan yang bisa diterapkan:
1. Gunakan prinsip diversifikasi
Campurkan saham, obligasi, dan emas dalam proporsi tertentu. Misalnya:
- 60% saham
- 30% obligasi pemerintah
- 10% emas atau ETF safe haven
2. Sesuaikan dengan profil risiko
Investor konservatif bisa memperbesar porsi safe haven hingga 40%, sementara investor agresif cukup 10–20% untuk menjaga keseimbangan portofolio.
3. Gunakan strategi rebalancing
Ketika pasar pulih dan aset berisiko naik, kembalikan sebagian alokasi safe haven ke saham untuk menjaga proporsi ideal.
4. Hindari reaksi emosional
Jangan langsung memindahkan semua aset ke safe haven hanya karena pasar turun. Fokus pada strategi jangka panjang dan gunakan data, bukan emosi.
Kesimpulan
Safe havens adalah aset yang membantu menjaga nilai portofolio ketika pasar sedang tidak stabil. Emas, obligasi pemerintah, dolar AS, dan sektor defensif adalah contoh populer yang digunakan investor untuk mengurangi risiko saat volatilitas meningkat.
Kalau kamu ingin mulai membangun portofolio yang tangguh menghadapi gejolak pasar, jangan lupa untuk diversifikasi portofoliomu.
Mulai beli saham AS dengan Gotrade, cukup mulai dari 1 Dolar AS, dan belajar mengelola risiko layaknya investor profesional.
FAQ
Apa itu safe havens dalam investasi?
Safe havens adalah aset yang nilainya relatif stabil atau naik ketika pasar lain sedang mengalami tekanan, seperti emas, obligasi pemerintah, atau dolar AS.
Apakah emas selalu menjadi safe haven terbaik?
Emas memang populer sebagai pelindung nilai, tapi tidak selalu menjadi pilihan terbaik. Diversifikasi dengan obligasi dan ETF juga bisa memberi perlindungan yang lebih seimbang.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.