Pernahkah kamu mendengar istilah saham defensif? Dalam dunia investasi, jenis saham ini dianggap sebagai “pelindung” ketika kondisi pasar sedang bergejolak. Tidak heran, banyak investor berpengalaman menyarankan untuk menyisihkan sebagian portofolio di defensive stocks agar tetap stabil meski ekonomi sedang goyah.
Artikel ini akan mengupas definisi, contoh, kelebihan, kelemahan, hingga potensi saham defensif di Indonesia. Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Apa Itu Saham Defensif?
Saham defensif adalah saham dari perusahaan yang tetap stabil meski kondisi ekonomi sedang menurun. Perusahaan ini biasanya bergerak di sektor kebutuhan pokok atau layanan penting yang selalu dibutuhkan orang, apa pun situasi pasar. Karena sifatnya yang “resisten” terhadap resesi, defensive stocks sering dianggap sebagai aset safe haven dalam dunia investasi.
Beberapa sektor yang identik dengan saham defensif antara lain:
- Consumer staples (barang konsumsi pokok): makanan, minuman, dan produk rumah tangga.
- Healthcare (kesehatan): farmasi, rumah sakit, dan layanan kesehatan.
- Utilities (listrik, air, energi dasar): layanan penting yang tidak bisa ditinggalkan masyarakat.
Dengan kata lain, saham defensif tidak selalu memberi return spektakuler, tetapi bisa menjaga kestabilan portofolio dalam jangka panjang.
Contoh Saham Defensif Global dan Lokal
Global
- Procter & Gamble (PG): produsen kebutuhan rumah tangga seperti Pampers, Gillette, dan Olay.
- Johnson & Johnson (JNJ): raksasa kesehatan dengan produk farmasi dan peralatan medis.
- Coca-Cola (KO): produk minuman yang tetap laris meski ekonomi melambat.
- Pfizer (PFE): perusahaan farmasi yang terkenal dengan inovasi obat dan vaksin.
Indonesia
- Unilever Indonesia (UNVR): produsen kebutuhan sehari-hari, mulai dari sabun, makanan, hingga produk kecantikan.
- Kalbe Farma (KLBF): perusahaan farmasi terbesar di Indonesia.
- Indofood CBP (ICBP): produsen mie instan dan makanan pokok yang tetap dibutuhkan masyarakat.
- Perusahaan listrik negara (PLN, melalui obligasi atau BUMN terkait energi): penyedia layanan dasar yang permintaannya stabil.
Contoh-contoh tersebut memperlihatkan bahwa saham defensif hadir di berbagai pasar dan menjadi pilihan populer bagi investor yang mencari stabilitas.
Kelebihan Saham Defensif
Mengutip Investopedia, ada beberapa alasan mengapa saham defensif disukai investor:
- Stabil di Masa Krisis
Saat ekonomi melemah, kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan tetap dibeli masyarakat. Hal ini membuat kinerja perusahaan defensif relatif konsisten. - Dividen yang Menarik
Banyak saham defensif memiliki tradisi membayar dividen stabil. Ini bisa menjadi sumber penghasilan pasif yang aman. - Risiko Relatif Lebih Rendah
Volatilitas saham defensif umumnya lebih kecil dibandingkan saham siklikal seperti properti atau otomotif. - Diversifikasi Portofolio
Menambahkan saham defensif bisa menyeimbangkan portofolio yang terlalu agresif pada sektor teknologi atau komoditas.
Kekurangan Saham Defensif
Meski menarik, saham defensif bukan tanpa kelemahan.
- Pertumbuhan Terbatas
Karena bergerak di sektor yang stabil, saham defensif jarang mengalami lonjakan harga signifikan. Return biasanya moderat. - Kurang Atraktif Saat Ekonomi Tumbuh
Ketika ekonomi booming, saham siklikal seperti teknologi atau properti bisa tumbuh lebih cepat daripada saham defensif. - Valuasi Bisa Mahal
Karena dianggap “aman”, saham defensif kadang diperdagangkan dengan valuasi tinggi, terutama saat pasar penuh ketidakpastian.
Investor perlu memahami trade-off ini sebelum menambahkannya ke dalam portofolio.
Potensi Saham Defensif di Indonesia
Di Indonesia, potensi saham defensif cukup besar mengingat kebutuhan pokok dan layanan kesehatan selalu dibutuhkan. Menurut data OJK, sektor consumer goods dan healthcare termasuk yang paling tahan banting selama pandemi COVID-19.
Selain itu, gaya hidup masyarakat Indonesia yang konsumtif terhadap produk makanan, minuman, dan perawatan pribadi membuat prospek saham consumer staples tetap kuat. Saham farmasi juga mendapat momentum dari kesadaran kesehatan yang semakin tinggi pasca-pandemi.
Bagi investor pemula, saham defensif bisa menjadi pintu masuk yang relatif aman. Sementara bagi investor berpengalaman, saham ini cocok untuk menjaga keseimbangan portofolio, terutama saat menghadapi ketidakpastian global seperti inflasi, kenaikan suku bunga, atau resesi.
Kesimpulan
Saham defensif adalah pilihan tepat untuk menjaga stabilitas investasi. Meski pertumbuhannya tidak sebesar saham teknologi atau siklikal, defensive stocks memiliki peran penting sebagai pelindung portofolio di masa krisis. Dengan contoh perusahaan seperti Procter & Gamble, Johnson & Johnson, hingga Unilever Indonesia, saham defensif terbukti konsisten memberikan nilai jangka panjang.
Bagi investor Indonesia, potensi saham defensif cukup besar terutama di sektor consumer goods dan kesehatan. Menyertakan saham ini dalam portofolio bisa menjadi strategi cerdas agar tetap tahan banting dalam kondisi pasar apa pun.
Ingin belajar lebih jauh soal saham global, termasuk saham Amerika? Mulai perjalanan investasimu lewat aplikasi Gotrade, di mana kamu bisa membeli saham AS mulai dari 1 Dolar AS saja. Unduh Gotrade sekarang dan bangun portofoliomu dengan strategi cerdas.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.