Tidak semua saham yang naik berarti baik untuk dibeli. Terkadang, harga saham sudah naik terlalu tinggi hingga tidak lagi mencerminkan nilai sebenarnya. Kondisi inilah yang disebut saham overvalued.
Banyak investor pemula terjebak membeli saham mahal karena ikut euforia pasar, padahal potensi keuntungannya sudah sangat terbatas dan risikonya justru meningkat.
Agar tidak salah langkah, penting untuk memahami apa itu saham overvalued, bagaimana cara mendeteksinya melalui rasio keuangan, serta risiko membeli saham yang sudah terlalu mahal.
Apa Itu Saham Overvalued?
Saham overvalued adalah kondisi di mana harga saham suatu perusahaan lebih tinggi dibandingkan nilai intrinsiknya.
Nilai intrinsik adalah nilai wajar dari suatu saham berdasarkan kinerja keuangan, prospek bisnis, dan arus kas masa depan. Ketika harga pasar jauh melampaui nilai wajar tersebut, saham dikatakan overvalued.
Melansir Investopedia, kondisi ini bisa terjadi karena optimisme pasar yang berlebihan, tren jangka pendek, atau ekspektasi pertumbuhan yang tidak realistis.
Sebaliknya, saham undervalued justru memiliki harga yang lebih rendah daripada nilai wajarnya dan sering dianggap menarik untuk jangka panjang.
Ciri Saham Overvalued
Mendeteksi saham overvalued tidak cukup hanya melihat harga yang tinggi. Investor perlu memahami sinyal-sinyal dari data fundamental dan rasio keuangan. Berikut beberapa ciri saham overvalued yang umum dijumpai:
1. Rasio price to earnings (P/E) terlalu tinggi
Rasio P/E menunjukkan seberapa besar harga saham dibandingkan laba bersih per saham (EPS). Jika P/E jauh lebih tinggi dari rata-rata industri, hal ini bisa menandakan valuasi saham sudah tidak wajar.
2. Rasio price to book (P/B) di atas rata-rata
Rasio P/B membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku perusahaan. Semakin tinggi P/B, semakin besar harga yang dibayar investor dibanding nilai aset bersihnya.
Sebagai contoh, P/B di atas 5 pada industri dengan rata-rata 2 bisa menjadi peringatan bahwa harga saham sudah terlalu tinggi.
3. Rasio price to earnings growth (PEG) lebih dari 1
Rasio PEG memperhitungkan pertumbuhan laba masa depan. Nilai PEG di atas 1 sering kali mengindikasikan bahwa harga saham tidak sebanding dengan prospek pertumbuhannya.
Contoh: Perusahaan dengan P/E 30 dan pertumbuhan laba hanya 10% memiliki PEG sebesar 3. Angka ini menunjukkan valuasi yang kurang rasional.
4. Ekspektasi pasar yang terlalu optimistis
Jika harga saham naik hanya karena tren, hype, atau ekspektasi masa depan tanpa dukungan fundamental, maka saham tersebut berpotensi overvalued. Fenomena ini sering terjadi pada saham teknologi atau startup yang sedang populer.
5. Kinerja keuangan tidak sejalan dengan harga
Saham overvalued sering kali menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang stagnan, sementara harga saham terus meningkat karena sentimen pasar. Ketidaksesuaian antara kinerja dan harga inilah yang bisa menjadi tanda bahaya.
Cara Mendeteksi Saham Overvalued dari Rasio Keuangan
Investor bisa memanfaatkan analisis fundamental untuk membandingkan nilai saham terhadap performa keuangan perusahaan. Beberapa langkah penting meliputi:
1. Analisis P/E, P/B, dan PEG ratio
Gunakan ketiga rasio ini untuk menilai apakah harga saham mencerminkan nilai yang realistis. P/E dan P/B tinggi dengan PEG di atas 1 biasanya mengindikasikan saham overvalued. Namun, bandingkan juga dengan rata-rata industri dan sektor agar hasilnya relevan.
2. Bandingkan antar perusahaan sejenis
Lakukan perbandingan dengan kompetitor di sektor yang sama. Misalnya, jika dua perusahaan ritel memiliki pertumbuhan dan laba serupa, tetapi satu diperdagangkan di P/E 50 dan lainnya di 20, maka saham pertama kemungkinan overvalued.
3. Perhatikan rasio ROE dan EPS growth
Rasio Return on Equity (ROE) dan pertumbuhan EPS membantu menilai seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba. Jika harga saham melonjak tanpa peningkatan signifikan di dua rasio ini, kemungkinan besar valuasinya sudah terlalu tinggi.
4. Gunakan analisis historis
Bandingkan rasio keuangan perusahaan saat ini dengan rata-rata 3–5 tahun terakhir. Jika perbedaan terlalu ekstrem tanpa perubahan fundamental besar, harga saham bisa dikatakan tidak lagi mencerminkan nilai wajar.
5. Cermati laporan keuangan dan proyeksi analis
Gunakan laporan kuartalan untuk melihat arah pendapatan, margin laba, dan beban utang. Jika analis mulai menurunkan proyeksi laba namun harga saham tetap naik, ini bisa menjadi sinyal bubble harga.
Risiko Membeli Saham Overvalued
Membeli saham overvalued bisa berisiko tinggi karena margin of safety-nya kecil. Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi, menurut CFI:
1. Potensi koreksi harga
Harga saham overvalued sering kali mengalami koreksi tajam begitu kinerja perusahaan tidak sesuai ekspektasi. Penurunan 20–30% bisa terjadi dalam waktu singkat.
2. Return yang terbatas
Jika harga sudah terlalu tinggi, ruang untuk pertumbuhan harga menjadi sempit. Investor yang masuk di level puncak bisa mengalami underperformance dibanding indeks pasar.
3. Risiko sentimen negatif
Ketika pasar berubah arah atau muncul berita buruk, saham overvalued lebih mudah tertekan. Hal ini karena investor berbondong-bondong menjual untuk mengamankan keuntungan.
4. Valuasi sulit dipertahankan
Tanpa pertumbuhan laba yang kuat, valuasi tinggi tidak bisa bertahan lama. Pada akhirnya, harga saham akan kembali mendekati nilai wajarnya.
Kesimpulan
Saham overvalued adalah kondisi di mana harga saham sudah melebihi nilai wajar yang didukung oleh fundamental. Membeli saham overvalued bukan berarti selalu salah, namun risikonya lebih besar dan membutuhkan timing yang sangat tepat. Untuk investasi jangka panjang, fokuslah pada saham dengan valuasi wajar dan pertumbuhan laba yang konsisten.
Kini saatnya kamu menganalisis dan mulai beli saham-saham populer AS via Gotrade, aplikasi yang memudahkan kamu berinvestasi di perusahaan global seperti Apple hingga Meta dengan aman dan praktis.
FAQ
- Apa itu saham overvalued?
Saham overvalued adalah saham yang harganya lebih tinggi daripada nilai wajarnya berdasarkan analisis fundamental. - Bagaimana cara mendeteksi saham overvalued?
Perhatikan rasio seperti P/E, P/B, dan PEG, lalu bandingkan dengan rata-rata industri serta performa keuangan perusahaan. - Apa risiko membeli saham overvalued?
Risikonya termasuk potensi koreksi harga tajam, return rendah, dan ketidakmampuan mempertahankan valuasi tinggi. - Apakah saham overvalued bisa tetap menguntungkan?
Bisa saja, jika perusahaan terus tumbuh dan kinerjanya melampaui ekspektasi pasar. Namun, risikonya tetap lebih tinggi dibanding saham undervalued.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.