Dalam dunia investasi, memahami risiko sama pentingnya dengan mengejar keuntungan. Salah satu alat statistik yang paling umum digunakan untuk mengukur tingkat risiko suatu aset atau portofolio adalah standard deviation.
Banyak investor hanya fokus pada return tanpa menyadari seberapa besar fluktuasi yang terjadi di balik angka itu. Padahal, standard deviation adalah indikator utama yang menunjukkan seberapa stabil atau volatil sebuah investasi.
Artikel ini akan menjelaskan definisi, cara menghitung, hingga bagaimana memanfaatkannya untuk mengelola risiko portofolio secara cerdas.
Apa Itu Standard Deviation
Standard deviation adalah ukuran statistik yang menunjukkan seberapa jauh nilai data menyimpang dari rata-ratanya.
Dalam konteks investasi, indikator ini digunakan untuk mengukur volatilitas return, seberapa besar pergerakan naik turun suatu aset dari waktu ke waktu.
Semakin tinggi nilai standard deviation, semakin besar fluktuasi return yang terjadi, yang berarti risikonya juga lebih tinggi. Sebaliknya, kata Investopedia, semakin rendah nilainya, semakin stabil performa investasi tersebut.
Rumus Dasar Standard Deviation
Secara sederhana, rumusnya adalah:

Keterangan:
- σ (sigma) = standard deviation
- Rᵢ = return setiap periode
- R̄ = rata-rata return
- N = jumlah periode pengamatan
Cara Membaca dan Menginterpretasikan Standard Deviation
Standard deviation bukan sekadar angka statistik, mereka mencerminkan karakter pergerakan harga suatu aset.
- Standard deviation rendah (volatilitas rendah):
Menunjukkan harga saham bergerak stabil di sekitar rata-rata return. Contohnya, saham defensif seperti Procter & Gamble (PG) atau Coca-Cola (KO) cenderung memiliki fluktuasi kecil. - Standard deviation tinggi (volatilitas tinggi):
Menunjukkan pergerakan harga yang tajam dan tidak menentu, menurut CFI. Saham teknologi seperti Tesla (TSLA) atau NVIDIA (NVDA) sering kali berada dalam kategori ini karena dipengaruhi faktor inovasi dan ekspektasi pasar.
Investor dengan profil konservatif biasanya lebih memilih aset dengan standard deviation rendah, sementara trader agresif justru mencari volatilitas tinggi.
Standard Deviation dalam Analisis Portofolio
Dalam portofolio investasi, standard deviation digunakan untuk mengukur risiko total dari seluruh aset yang dimiliki.
Namun, karena setiap aset tidak selalu bergerak searah, risiko portofolio bisa lebih rendah dari rata-rata risiko tiap asetnya:
Contoh:
Misalkan kamu punya dua saham dalam portofolio:
- Saham A: return rata-rata 10%, standard deviation 8%
- Saham B: return rata-rata 12%, standard deviation 15%
Jika kedua saham memiliki korelasi rendah (misalnya 0,2), maka risiko portofolio gabungan bisa lebih kecil dari 11%, karena fluktuasi satu saham bisa menyeimbangkan yang lain.
Inilah alasan mengapa investor profesional selalu menekankan pentingnya diversifikasi lintas sektor dan aset.
Standard Deviation vs Beta: Apa Bedanya?
Meski sama-sama mengukur risiko, standard deviation dan beta punya fokus berbeda:
- Standard deviation mengukur volatilitas absolut dari suatu aset tanpa membandingkan dengan pasar.
- Beta mengukur sensitivitas pergerakan saham terhadap indeks acuan seperti S&P 500.
Contohnya, jika saham memiliki beta 1,2 berarti saham itu cenderung bergerak 20% lebih volatil dibanding pasar.
Namun jika standard deviation saham itu tinggi tapi betanya rendah, berarti risikonya berasal dari faktor internal, bukan pergerakan pasar keseluruhan.
Investor yang fokus pada stabilitas portofolio biasanya mempertimbangkan kedua indikator ini secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran risiko yang lebih akurat.
Strategi Mengelola Risiko Berdasarkan Standard Deviation
Gunakan data ini untuk menyusun strategi manajemen risiko yang seimbang, seperti
1. Diversifikasi portofolio
Gabungkan saham dari sektor berbeda, misalnya teknologi, konsumer, dan kesehatan.
Dengan korelasi yang rendah, volatilitas gabungan bisa berkurang signifikan meski tiap saham punya risiko tinggi secara individu.
2. Gunakan aset penyeimbang
Tambahkan aset defensif seperti obligasi pemerintah, ETF, atau dividend stocks yang cenderung memiliki standard deviation rendah. Strategi ini membantu menjaga stabilitas saat pasar saham bergejolak.
3. Atur alokasi berdasarkan profil risiko
Investor agresif bisa menempatkan lebih banyak dana di saham bervolatilitas tinggi. Sebaliknya, investor konservatif sebaiknya fokus pada saham dengan pergerakan lebih stabil.
4. Gunakan volatilitas sebagai sinyal
Trader jangka pendek sering memanfaatkan peningkatan standard deviation sebagai tanda bahwa pasar sedang aktif atau mendekati fase breakout. Namun, pastikan keputusan tetap didukung analisis teknikal dan fundamental.
Kelebihan dan Keterbatasan
Kelebihan:
- Memberikan gambaran kuantitatif tentang risiko investasi.
- Dapat digunakan untuk membandingkan aset atau portofolio dengan mudah.
- Menjadi komponen utama dalam pengukuran seperti Sharpe Ratio untuk menilai efisiensi risiko-return.
Keterbatasan:
- Hanya mengukur volatilitas historis, tidak menjamin risiko masa depan.
- Tidak membedakan antara fluktuasi positif (keuntungan) dan negatif (kerugian).
- Kurang akurat saat digunakan untuk aset dengan distribusi return yang tidak normal (misalnya kripto).
Contoh Mengukur Risiko ETF
Misalnya, kamu membandingkan dua ETF:
- SPY (S&P 500 ETF): Standard deviation 14%
- ARKK (ARK Innovation ETF): Standard deviation 35%
Meski ARKK berpotensi memberi return lebih tinggi, volatilitasnya dua kali lebih besar dari SPY. Artinya, kamu harus siap menghadapi fluktuasi harga yang ekstrem jika memilih ETF agresif.
Investor jangka panjang yang mencari stabilitas biasanya lebih memilih SPY karena risikonya lebih terkendali dan sesuai untuk strategi compounding.
Kesimpulan
Standard deviation adalah alat penting untuk memahami seberapa besar risiko dan volatilitas suatu investasi.
Dengan mengukur seberapa jauh return menyimpang dari rata-rata, investor dapat menilai kestabilan aset dan menyusun strategi diversifikasi yang lebih cerdas.
Semakin baik kamu memahami data volatilitas, semakin bijak pula keputusan investasimu di pasar.
Setelah memahami cara menghitungnya, maka kamu dapat merencanakan diversifikasi portofolio dengan lebih baik. Saatnya beli saham populer AS, 600+ pilihan options, dan ETF berbiaya rendah langsung dari Gotrade!
FAQ
Apakah standard deviation tinggi selalu buruk?
Tidak. Untuk trader aktif, volatilitas tinggi bisa menjadi peluang, selama risikonya dikelola dengan baik.
Apakah standard deviation bisa berubah?
Ya. Nilai ini bergantung pada kondisi pasar dan periode analisis yang digunakan.