Saat trading, memahami momentum pasar penting untuk mengetahui apakah harga akan terus bergerak naik atau mulai melemah. Salah satu indikator paling populer yang digunakan untuk membaca momentum tersebut adalah Stochastic Oscillator.
Indikator ini sering dipakai trader profesional untuk mencari sinyal entry dan exit, terutama di kondisi pasar sideways atau menjelang pembalikan tren. Dengan memahami cara kerja indikator ini, kamu bisa menghindari sinyal palsu dan meningkatkan akurasi analisis teknikal.
Maka, Gotrade akan membahas selengkapnya tentang apa itu stochastic oscillator hingga bagaimana cara kerjanya di bawah ini.
Apa Itu Stochastic Oscillator?
Stochastic Oscillator adalah indikator momentum yang membandingkan harga penutupan suatu aset dengan rentang harga tertinggi dan terendah dalam periode tertentu.
Prinsip dasarnya adalah bahwa harga cenderung ditutup mendekati batas atas saat tren naik dan mendekati batas bawah saat tren turun. Maka, stochastic membantu trader mengetahui apakah pasar sedang berada di area overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual)
Melansir Oanda, indikator ini terdiri dari dua garis utama:
- %K line: garis utama yang menunjukkan perbandingan posisi harga saat ini terhadap range harga dalam periode tertentu.
- %D line: garis sinyal yang merupakan moving average dari %K, digunakan sebagai konfirmasi arah momentum.
Cara Kerja Stochastic Oscillator
Secara umum, rumus dasar stochastic oscillator adalah:
%K = (Harga Penutupan – Harga Terendah) / (Harga Tertinggi – Harga Terendah) × 100
Nilai %K kemudian dirata-ratakan untuk menghasilkan %D line.
Nilainya selalu berada di antara 0 hingga 100. Ketika nilai indikator mendekati 80, pasar dianggap overbought; sebaliknya, jika mendekati 20, pasar berada dalam kondisi oversold.
Sebagai contoh, jika saham Apple memiliki harga tertinggi $190, terendah $170, dan ditutup di $188 selama periode pengamatan, maka:
%K = (188 - 170) / (190 - 170) × 100 = 90%, artinya saham tersebut sudah mendekati kondisi jenuh beli.
Level Sinyal Penting (80–20)
Level 80 dan 20 adalah batas umum yang digunakan untuk membaca sinyal dari stochastic oscillator. Pahami penjelasan Investopedia berikut:
- Di atas 80 (Overbought)
Artinya harga sudah terlalu tinggi dibandingkan kisaran sebelumnya. Namun, kondisi ini tidak selalu berarti harga akan turun segera, melainkan sinyal bahwa momentum beli mulai melemah. - Di bawah 20 (Oversold)
Menunjukkan harga sudah terlalu rendah dibandingkan kisaran historisnya. Ini bisa menjadi sinyal awal potensi pembalikan arah ke atas. - Persilangan %K dan %D
Ketika garis %K memotong ke atas garis %D di bawah level 20, itu sinyal beli. Sebaliknya, jika %K menembus ke bawah garis %D di atas level 80, itu sinyal jual. - Divergensi antara harga dan indikator
Jika harga membuat level baru lebih rendah, tetapi stochastic tidak ikut turun, hal ini bisa menjadi sinyal bahwa momentum bearish mulai melemah, tanda potensi pembalikan arah.
Strategi Kombinasi Stochastic dan Moving Average
Menggabungkan stochastic oscillator dengan Moving Average (MA) dapat memberikan sinyal yang lebih kuat dan mengurangi risiko false signal. Berikut cara penggunaannya:
1. Stochastic untuk konfirmasi momentum
Gunakan stochastic sebagai indikator konfirmasi sebelum mengikuti arah tren yang ditunjukkan oleh MA.
- Jika harga berada di atas MA50 dan stochastic keluar dari area oversold (naik dari bawah 20), itu sinyal beli yang kuat.
- Jika harga di bawah MA50 dan stochastic turun dari area overbought (turun dari atas 80), itu sinyal jual yang valid.
2. Gunakan MA sebagai filter tren utama
MA membantu menentukan konteks tren agar stochastic tidak digunakan melawan arah tren besar. Dalam tren naik, fokus pada sinyal beli saat stochastic oversold. Dalam tren turun, fokus pada sinyal jual saat stochastic overbought.
3. Kombinasi timeframe
Trader juga bisa menggunakan kombinasi timeframe berbeda, misalnya stochastic di grafik 1 jam untuk entry dan MA di grafik harian untuk melihat arah tren utama.
Kelebihan Stochastic Oscillator
- Memberi sinyal lebih cepat
Karena sensitif terhadap perubahan momentum, stochastic sering kali memberikan sinyal lebih awal dibanding indikator lain seperti RSI. - Mudah dikombinasikan
Indikator ini bisa digunakan bersama MA, MACD, atau Bollinger Bands untuk memperkuat analisis. - Cocok untuk pasar sideways
Stochastic sangat efektif digunakan di kondisi pasar yang bergerak dalam range sempit.
Kekurangan Stochastic Oscillator
- Terlalu sensitif di pasar trending kuat
Di tren naik yang kuat, indikator bisa tetap berada di area overbought untuk waktu lama tanpa pembalikan harga. - Sering memberi sinyal palsu
Jika digunakan tanpa konfirmasi lain seperti volume atau MA, stochastic bisa menyesatkan.
Karena itu, penting untuk tidak hanya bergantung pada satu indikator, tetapi selalu melihat konteks pasar secara menyeluruh.
Kesimpulan
Stochastic Oscillator adalah indikator momentum yang membantu trader mengidentifikasi kondisi jenuh beli dan jenuh jual. Dengan memahami level penting seperti 80 dan 20 serta memadukannya dengan indikator tren seperti Moving Average, kamu bisa membaca arah pergerakan harga dengan lebih akurat.
Kuncinya adalah disiplin menunggu konfirmasi sinyal dan tidak terpancing masuk hanya karena indikator berada di area ekstrem. U
ntuk mempraktikkan strategi ini secara aman dan praktis, kamu bisa mulai trading lewat Gotrade, aplikasi investasi saham AS yang mudah digunakan dan diawasi otoritas resmi.
FAQ
Apa perbedaan stochastic dengan RSI?
Stochastic lebih fokus pada momentum relatif terhadap range harga, sedangkan RSI mengukur kekuatan kenaikan dan penurunan harga.
Apakah stochastic oscillator bisa digunakan di semua timeframe?
Ya. Indikator ini fleksibel dan bisa digunakan di timeframe harian, mingguan, maupun intraday tergantung gaya trading kamu.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.