Dalam dunia trading, mengelola risiko sama pentingnya dengan mencari peluang profit. Salah satu alat paling penting untuk melindungi modal adalah stop-loss order, fitur yang secara otomatis menutup posisi ketika harga mencapai batas kerugian yang telah ditentukan.
Dengan memahami dan mengatur stop-loss dengan benar, trader dapat mencegah kerugian besar akibat volatilitas pasar yang tidak terduga.
Makanya, dalam artikel ini, Gotrade akan memberikan pemaparan lengkapnya.
Pengertian Stop-Loss Order
Stop-loss order adalah perintah otomatis kepada broker untuk menjual (atau membeli) saham ketika harga bergerak berlawanan arah hingga mencapai level tertentu.
Tujuannya sederhana: membatasi kerugian agar portofolio tetap aman tanpa harus memantau pasar terus-menerus.
Melansir Investopedia, stop-loss membantu trader menjaga disiplin dengan menutup posisi secara objektif, bukan berdasarkan emosi seperti panik atau serakah.
Contoh sederhana: Kamu membeli saham Tesla (TSLA) di harga $250 dan menetapkan stop-loss di $235. Jika harga turun ke $235, sistem otomatis menjual sahammu untuk mencegah kerugian lebih dalam.
Jenis-Jenis Stop-Loss Order
Terdapat beberapa jenis stop-loss order yang bisa disesuaikan dengan strategi dan toleransi risiko masing-masing trader.
1. Stop-Market Order
Jenis paling umum dan sederhana. Begitu harga menyentuh level stop-loss, order otomatis berubah menjadi market order, artinya posisi akan dijual pada harga pasar berikutnya, berapa pun itu.
- Kelebihan: cepat dieksekusi dan memastikan posisi tertutup.
- Kekurangan: di pasar volatil, harga eksekusi bisa berbeda dari harga stop (slippage).
2. Stop-Limit Order
Berbeda dari stop-market, tipe ini menggunakan dua level harga:
- Stop price: memicu order.
- Limit price: harga minimum (atau maksimum) di mana order boleh dieksekusi.
Contoh: kamu pasang stop di $100 dan limit di $98. Jika harga turun ke $100, sistem menempatkan order jual di $98.
Namun, jika harga langsung jatuh ke $95, order bisa tidak tereksekusi karena harga sudah melewati limit yang kamu tentukan.
- Kelebihan: memberikan kontrol atas harga jual.
- Kekurangan: berisiko tidak terjual jika harga bergerak terlalu cepat.
3. Trailing Stop-Loss
Trailing stop-loss bergerak secara dinamis mengikuti arah keuntungan. Jarak antara harga saat ini dan stop-loss ditetapkan dalam persen atau nominal tetap.
Contoh: kamu beli saham di $200 dan menetapkan trailing stop 5%. Jika harga naik ke $220, stop-loss ikut naik ke $209 (5% di bawah harga tertinggi).
Jika harga kemudian turun ke $209, posisi otomatis ditutup, mengunci sebagian profit tanpa harus menebak puncak harga.
- Kelebihan: fleksibel dan melindungi profit berjalan.
- Kekurangan: bisa terpicu oleh fluktuasi kecil di pasar volatil.
Cara Mengatur Stop-Loss Order dengan Efektif
Menentukan stop-loss order yang tepat bukan sekadar memilih angka acak. Ada strategi logis di baliknya agar kamu tidak terlalu cepat keluar dari pasar, namun juga tidak menanggung risiko berlebihan.
1. Tentukan Berdasarkan Persentase Risiko
Aturan umum yang banyak digunakan adalah risiko maksimal 1–2% per transaksi dari total modal.
Contoh: Dengan modal $10.000 dan risiko 2%, batas kerugian maksimal per posisi adalah $200. Jika kamu membeli saham seharga $50, maka stop-loss bisa ditempatkan di sekitar $48.
Pendekatan ini membantu menjaga portofolio tetap stabil meski beberapa posisi mengalami kerugian.
2. Gunakan Level Support dan Resistance
Support dan resistance memberikan panduan alami untuk menentukan stop-loss. Pada posisi beli (long), tempatkan stop-loss sedikit di bawah area support. Pada posisi jual (short), pasang stop-loss sedikit di atas area resistance.
Dengan begitu, kamu hanya keluar dari posisi jika harga benar-benar menembus level teknikal penting, bukan sekadar fluktuasi kecil.
3. Sesuaikan dengan Volatilitas Saham
Gunakan indikator seperti Average True Range (ATR) untuk menilai seberapa lebar harga saham biasanya bergerak. Semakin tinggi volatilitas, semakin jauh jarak ideal antara harga entry dan stop-loss.
Contoh: Jika ATR menunjukkan pergerakan rata-rata harian $3, maka menempatkan stop-loss $0,50 saja di bawah harga entry bisa terlalu sempit dan mudah tersentuh noise pasar.
4. Kombinasikan dengan Trailing Stop untuk Profit Maksimal
Setelah posisi berjalan positif, ubah stop-loss menjadi trailing stop. Cara ini membantu mengunci profit seiring kenaikan harga tanpa harus menutup posisi terlalu dini.
Contoh: Setelah saham naik 10%, trailing stop 3–5% bisa menjaga keuntungan meski harga terkoreksi.
5. Hindari Memindahkan Stop-Loss ke Arah Rugi
Kesalahan umum trader adalah menurunkan stop-loss saat harga mendekatinya, berharap harga akan berbalik.
Padahal, langkah ini justru menambah risiko tanpa alasan logis. Disiplin mengikuti rencana awal adalah kunci utama manajemen risiko jangka panjang.
Kesimpulan
Stop-loss order bukan sekadar alat proteksi, tetapi juga bagian penting dari strategi manajemen risiko yang menjaga disiplin dan stabilitas portofolio.
Dengan memahami jenis-jenisnya, mulai dari stop-market, stop-limit, hingga trailing stop, kamu bisa menyesuaikan strategi sesuai gaya trading dan toleransi risiko pribadi.
Gunakan stop-loss untuk melindungi modal, bukan sebagai penghambat keuntungan. Kalau kamu ingin belajar menerapkan stop-loss secara real-time di pasar saham global, mulailah trading di Gotrade! Download sekarang juga:
FAQ
1. Apakah stop-loss cocok untuk semua jenis saham?
Ya, tetapi lebih efektif untuk saham dengan likuiditas tinggi agar eksekusi berjalan mulus.
2. Berapa jarak ideal stop-loss dari harga entry?
Tergantung strategi dan volatilitas, namun umumnya 2–5% di bawah (atau di atas) harga entry.
3. Apakah saya harus selalu menggunakan trailing stop?
Tidak selalu. Trailing stop lebih cocok untuk posisi yang sudah profit agar keuntungan tidak hilang karena pembalikan harga.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures adalah Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











