Tracking Error: Ukuran Akurasi ETF dalam Mengikuti Indeks

Bagi investor pasif, tujuan utama berinvestasi di ETF adalah mendapatkan hasil yang mendekati indeks acuannya seperti S&P 500 atau Nasdaq 100.

Namun, tahukah kamu bahwa performa ETF tidak selalu identik dengan indeks yang diikutinya? Perbedaan inilah yang disebut tracking error.

Tracking error menjadi metrik penting dalam menilai seberapa efektif manajer ETF mereplikasi kinerja indeks. Semakin kecil nilainya, semakin akurat ETF tersebut dalam mengikuti pergerakan pasar.

Artikel ini akan membahas definisi tracking error, penyebab utamanya, serta mengapa angka kecil justru jadi tanda efisiensi tinggi untuk investor pasif.

Apa Itu Tracking Error?

Tracking error adalah ukuran seberapa besar perbedaan antara kinerja ETF (atau reksa dana indeks) dengan indeks acuannya dalam periode tertentu.

Menurut Investopedia, tracking error dihitung menggunakan standar deviasi dari selisih return ETF dan return indeks acuan. Semakin rendah nilainya, semakin baik ETF tersebut meniru pergerakan indeksnya.

Rumus Tracking Error

Keterangan:

  • Rp = return portofolio atau ETF
  • Rb = return benchmark (indeks acuan)
  • n = jumlah periode pengamatan

Contoh sederhana: Jika indeks S&P 500 naik 10% dalam satu tahun, tetapi ETF yang mengikutinya hanya naik 9,8%, maka selisih 0,2% itu adalah tracking difference. Fluktuasi dari perbedaan itu selama periode waktu disebut tracking error.

Penyebab Terjadinya Tracking Error

Tracking error muncul karena ada faktor-faktor teknis dan manajerial yang membuat ETF tidak bisa sepenuhnya identik dengan indeks acuannya.

1. Biaya Manajemen (Expense Ratio)

Setiap ETF memiliki biaya operasional tahunan. Meskipun kecil (biasanya 0,03–0,5% per tahun), biaya ini tetap mengurangi return investor dibanding indeks murni.

2. Dividen dan Pajak

Beberapa indeks mengasumsikan reinvestasi dividen secara langsung, sementara ETF mungkin menyalurkan dividen ke investor atau terkena pajak yang berbeda. Hal ini bisa menciptakan perbedaan hasil investasi.

3. Perbedaan Waktu dan Rebalancing

Indeks diperbarui secara berkala, misalnya setiap kuartal. Namun ETF harus menyesuaikan portofolionya di dunia nyata, yang bisa menimbulkan biaya transaksi tambahan atau keterlambatan eksekusi.

4. Likuiditas dan Slippage

ETF yang memiliki aset likuid rendah bisa menghadapi bid-ask spread yang lebih lebar, menyebabkan perbedaan harga beli-jual dari indeks acuan.

5. Replikasi Tidak Sempurna (Sampling)

Sebagian ETF tidak membeli semua saham dalam indeks (terutama jika jumlahnya ratusan atau ribuan), melainkan hanya sebagian yang paling berpengaruh. Metode ini efisien tapi bisa meningkatkan tracking error.

Melansir Morningstar, ETF besar seperti SPDR S&P 500 (SPY) dan iShares Core S&P 500 (IVV) memiliki tracking error yang sangat rendah, rata-rata di bawah 0,05%, karena efisiensi dan skala dana yang besar.

Kenapa Tracking Error Penting Bagi Investor Pasif?

Investor pasif umumnya ingin mengikuti pasar, bukan mengalahkannya. Karena itu, tujuan utama mereka adalah mendapatkan return yang paling mirip dengan indeks acuan setelah memperhitungkan biaya.

1. Mengukur efisiensi manajer ETF

Tracking error rendah menunjukkan manajer berhasil mengelola dana secara efisien tanpa deviasi besar dari indeks.

2. Menunjukkan kualitas replikasi Portofolio

ETF dengan sistem replikasi penuh (full replication) biasanya memiliki tracking error lebih kecil dibanding metode sampling.

3. Indikator kinerja konsisten

ETF dengan tracking error rendah cenderung memiliki volatilitas dan hasil yang lebih stabil dari waktu ke waktu, cocok untuk investor jangka panjang.

Sebaliknya, tracking error tinggi bisa menandakan adanya masalah, seperti pengelolaan dana tidak efisien, likuiditas rendah, atau biaya tersembunyi yang besar.

Bagaimana Menilai Tracking Error Ideal?

Tidak ada angka baku, tetapi rata-rata tracking error di bawah 0,5% per tahun dianggap efisien untuk ETF besar seperti SPY, IVV, atau VOO.

Untuk ETF tematik atau emerging markets (seperti Indonesia), angka hingga 1% masih bisa diterima karena volatilitas pasar yang lebih tinggi.

Jika dua ETF memiliki fokus yang sama (misalnya sama-sama mengikuti S&P 500), pilihlah yang tracking error dan expense ratio-nya lebih rendah.

Menurut ETF.com, memilih ETF dengan low tracking error bisa meningkatkan total return jangka panjang hingga 1–2% dibanding ETF sejenis yang dikelola kurang efisien.

Kesimpulan

Tracking error mungkin terlihat seperti istilah teknis, tetapi justru menjadi indikator penting bagi investor pasif. Semakin kecil nilainya, semakin efisien ETF tersebut dalam meniru indeks acuannya dan semakin konsisten kinerjanya dari waktu ke waktu.

Bagi kamu yang ingin berinvestasi di ETF global tanpa pusing memilih manajer aktif, mulai perjalanan ETF investing di aplikasi Gotrade sekarang.

Biayanya jauh lebih rendah dibanding reksa dana konvensional, dan kamu bisa langsung mengakses ETF besar seperti S&P 500, Nasdaq, hingga sektor tematik global dari satu aplikasi yang aman serta praktis.

FAQ

Apa itu tracking error pada ETF?

Perbedaan kinerja antara ETF dan indeks acuannya dalam periode tertentu.

Apa penyebab utama tracking error tinggi?

Biaya manajemen, pajak, metode replikasi, dan likuiditas rendah.

Apakah tracking error bisa dihilangkan sepenuhnya?

Tidak bisa, tetapi bisa diminimalkan dengan memilih ETF besar dan efisien seperti SPY atau IVV.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Artikel terkait

Dipercaya

lebih dari

1M+

Trader di Indonesia 🌏

Keamananmu adalah prioritas kami 🔒

Gotrade terdaftar & diawasi

KominfoOJKSOCFintech Indonesia

Penghargaan atas kinerja dan inovasi terdepan!🏅

 

Benzinga Global Fintech Awards 2024
Five Star Award 2024
Highest Trading Volume in Indonesia, 2024
Highest Combined 2022
Mockup Two Phones

Trading Lebih Cepat. Lebih Mudah. Lebih Cerdas.

#ReadyGoTrade

Gotrade Green Logo Top Left
AppLogo

Gotrade