Dalam dunia investasi, disiplin adalah kunci untuk mencapai hasil jangka panjang yang stabil. Banyak investor mengenal metode dollar cost averaging (DCA), yaitu membeli aset secara rutin dalam jumlah uang yang sama tanpa memperhatikan harga pasar. Namun, ada strategi yang lebih dinamis dan menyesuaikan kondisi pasar, yaitu value averaging.
Value averaging membantu investor berinvestasi lebih banyak saat harga murah dan lebih sedikit saat harga tinggi, sehingga hasil jangka panjang menjadi lebih efisien.
Artikel ini akan membahas apa itu value averaging, cara kerjanya, manfaat, kelebihan dan kekurangannya, serta perbandingannya dengan dollar cost averaging.
Apa Itu Value Averaging?
Value averaging adalah strategi investasi di mana kamu menambah atau mengurangi jumlah investasi berdasarkan target nilai portofolio yang ingin dicapai.
Berbeda dengan DCA yang berfokus pada jumlah uang yang diinvestasikan secara tetap, value averaging berfokus pada nilai total portofolio yang ditargetkan.
Dengan metode ini, kamu akan menyesuaikan besarnya investasi setiap periode agar nilai portofolio mencapai target pertumbuhan tertentu.
Contohnya, kamu menargetkan portofolio tumbuh Rp1 juta per bulan. Jika bulan ini nilainya turun sehingga portofolio hanya tumbuh Rp500 ribu, kamu perlu menambah investasi Rp500 ribu lagi agar tetap mencapai target.
Sebaliknya, jika pasar naik dan portofolio sudah tumbuh Rp1,2 juta, kamu bisa menginvestasikan lebih sedikit di bulan berikutnya.
Cara Melakukan Value Averaging
Untuk menerapkan strategi ini, kamu bisa mengikuti langkah-langkah dari Investopedia berikut:
- Tentukan target pertumbuhan nilai portofolio
Misalnya, kamu ingin portofolio naik Rp1 juta setiap bulan. - Hitung nilai portofolio aktual
Setelah satu bulan, cek apakah nilai portofolio sesuai dengan target. - Sesuaikan jumlah investasi
Jika nilai portofolio lebih rendah dari target, tambahkan investasi. Jika lebih tinggi, kurangi jumlah investasi bulan berikutnya. - Gunakan pencatatan teratur
Catat setiap transaksi untuk melacak apakah portofolio sesuai dengan jalur pertumbuhan yang kamu rencanakan.
Strategi ini lebih aktif dibandingkan DCA karena membutuhkan pemantauan rutin dan perhitungan setiap periode.
Manfaat Value Averaging
1. Membeli lebih banyak saat harga turun
Metode ini secara alami membuat kamu berinvestasi lebih besar ketika pasar sedang lesu, sehingga bisa mendapatkan aset di harga lebih murah.
2. Mengambil keuntungan secara otomatis
Ketika harga naik signifikan, kamu akan menginvestasikan lebih sedikit bahkan bisa menjual sebagian aset, sehingga secara tidak langsung melakukan profit taking teratur.
3. Mengarahkan portofolio pada pertumbuhan yang konsisten
Value averaging memastikan portofolio tetap mengikuti jalur pertumbuhan yang kamu tetapkan dari awal, bukan sekadar tergantung pada fluktuasi pasar.
4. Cocok untuk investor jangka panjang
Strategi ini ideal bagi investor yang sabar dan disiplin, terutama yang berfokus pada pertumbuhan stabil ketimbang spekulasi jangka pendek.
Kelebihan dan Kekurangan Value Averaging
Kelebihan
- Lebih efisien daripada DCA dalam jangka panjang: Kamu membeli lebih banyak saat harga rendah dan lebih sedikit saat harga tinggi.
- Mengurangi risiko timing: Tidak perlu menebak kapan harga puncak atau dasar terjadi.
- Mendorong disiplin finansial: Strategi ini memaksa kamu untuk terus memantau dan menyesuaikan investasi sesuai target nilai.
Kekurangan
- Lebih rumit daripada DCA: Membutuhkan perhitungan dan evaluasi rutin setiap bulan.
- Membutuhkan dana fleksibel: Saat pasar jatuh, kamu mungkin harus menambah investasi cukup besar untuk mengejar target pertumbuhan.
- Tidak cocok untuk investor pasif: Bagi yang ingin strategi “set and forget”, value averaging bisa terasa terlalu teknis.
Perbedaan Value Averaging vs Dollar Cost Averaging
Aspek | Value Averaging | Dollar Cost Averaging |
---|---|---|
Fokus | Target nilai portofolio | Jumlah uang yang diinvestasikan |
Frekuensi investasi | Fleksibel, bisa naik atau turun | Tetap setiap periode |
Respon terhadap pasar | Investasi lebih besar saat harga turun | Jumlah investasi tetap |
Kompleksitas | Lebih kompleks dan aktif | Lebih sederhana dan pasif |
Tujuan | Menjaga pertumbuhan portofolio stabil | Menyebar risiko harga jangka panjang |
Contoh sederhana
Kamu menargetkan portofolio tumbuh Rp1 juta per bulan.
- Bulan 1: Investasi Rp1 juta, nilai portofolio = Rp1 juta.
- Bulan 2: Harga turun, portofolio turun ke Rp800 ribu. Untuk mencapai Rp2 juta, kamu perlu menambah Rp1,2 juta.
- Bulan 3: Harga naik, portofolio tumbuh menjadi Rp2,4 juta. Kamu hanya perlu menambah Rp600 ribu agar nilai akhir Rp3 juta.
Hasilnya, kamu otomatis membeli lebih banyak ketika pasar murah dan menahan diri saat pasar mahal.
Kapan Strategi Ini Cocok Digunakan
- Saat kamu memiliki pendapatan fleksibel untuk menyesuaikan jumlah investasi.
- Ketika pasar mengalami volatilitas tinggi, sehingga bisa memanfaatkan momen beli lebih murah.
- Untuk portofolio jangka panjang seperti reksa dana saham atau ETF yang fluktuatif tapi memiliki tren pertumbuhan jangka panjang.
Kesimpulan
Value averaging adalah strategi investasi yang menekankan pertumbuhan nilai portofolio yang konsisten, bukan jumlah uang yang diinvestasikan. Dengan cara ini, kamu bisa membeli lebih banyak saat pasar turun dan lebih sedikit ketika pasar naik.
Strategi ini memang memerlukan perhitungan dan pemantauan rutin, tapi hasilnya bisa lebih optimal dibandingkan metode konvensional seperti DCA.
Untuk hasil terbaik, pilih strategi value averaging dan DCA sesuai profil risikomu saat trading di aplikasi Gotrade, di mana kamu bisa membeli saham, ETF, dan options dari pasar AS mulai dari 1 dolar AS.
FAQ
Apa perbedaan utama antara DCA dan value averaging?
DCA menginvestasikan jumlah uang tetap setiap periode, sedangkan value averaging menyesuaikan jumlah investasi agar portofolio mencapai target nilai tertentu.
Apakah value averaging cocok untuk semua investor?
Tidak selalu. Strategi ini cocok bagi investor yang aktif, memiliki waktu untuk menghitung dan menyesuaikan investasi secara berkala.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.