Banyak pemula tertarik masuk ke dunia investasi saham karena melihat potensi keuntungan besar. Namun, di balik peluang tersebut, ada satu hal yang wajib dipahami sejak awal, yaitu volatilitas saham dan risikonya. Saham yang pergerakannya cepat naik dan turun dalam waktu singkat sering disebut saham fluktuatif.
Jika tidak siap, investor bisa mengalami kerugian besar hanya karena salah timing membeli atau menjual saham. Makanya, Gotrade sudah mempersiapkan artikel yang akan membahas apa itu volatilitas, faktor penyebab, serta tips menghadapi market turun agar investor tetap tenang dan disiplin.
Apa Itu Volatilitas Saham?
Volatilitas saham adalah ukuran seberapa besar harga saham berfluktuasi dalam periode tertentu. Artinya, melansir Investopedia, semakin tinggi volatilitas, semakin cepat harga saham berubah, baik naik maupun turun.
- Saham berkapitalisasi kecil biasanya lebih volatil dibanding saham blue chip.
- Saham teknologi atau sektor baru cenderung lebih fluktuatif dibanding saham defensif seperti consumer goods.
- Investor sering menggunakan volatilitas untuk mengukur tingkat risiko sebuah saham.
Contoh sederhana: jika saham A naik 5% lalu turun 7% dalam seminggu, sedangkan saham B hanya naik 1% lalu turun 2%, maka saham A lebih volatil daripada saham B.
Faktor Penyebab Volatilitas Saham
Ada beberapa faktor yang membuat sebuah saham menjadi fluktuatif:
Kondisi pasar global
Krisis ekonomi, perubahan kebijakan suku bunga The Fed, atau perang geopolitik dapat memicu kepanikan investor dan membuat pasar saham bergejolak.
Kinerja perusahaan
Laporan keuangan yang lebih buruk atau lebih baik dari ekspektasi bisa memicu lonjakan harga, baik naik maupun turun.
Sentimen investor
Berita, rumor, atau bahkan cuitan tokoh berpengaruh bisa langsung menggerakkan harga saham.
Likuiditas rendah
Saham fluktuatif seringkali muncul di saham dengan volume perdagangan rendah. Harga bisa bergerak drastis hanya karena transaksi kecil.
Faktor musiman
Saham pariwisata atau ritel biasanya lebih aktif di musim liburan, sementara saham energi sensitif terhadap harga minyak dunia.
Dampak Volatilitas terhadap Investor
Bagi sebagian investor, volatilitas bisa menjadi peluang. Trader harian misalnya, memanfaatkan pergerakan cepat untuk meraih profit singkat.
Namun, bagi pemula, volatilitas sering kali justru menjadi jebakan. Mengutip Corporate Finance Institute, berikut beberapa dampaknya, antara lain:
- Emosi mudah terpancing: investor panik saat harga jatuh, atau serakah saat harga naik.
- Kerugian cepat terjadi: dalam saham volatil, harga bisa turun 10% hanya dalam sehari.
- Kesulitan ambil keputusan: volatilitas tinggi sering membuat investor bingung kapan harus buy atau sell.
Cara Menghadapi Pasar Turun
Bagi pemula, pasar yang sedang turun bisa terasa menakutkan. Namun, ada beberapa strategi agar tetap tenang:
Jangan panik
Penurunan harga tidak selalu berarti kerugian permanen. Selama fundamental perusahaan masih kuat, harga bisa kembali pulih.
Fokus pada tujuan jangka panjang
Jika tujuan investasi adalah pensiun 10–20 tahun lagi, volatilitas harian seharusnya tidak menjadi masalah utama.
Gunakan strategi Dollar Cost Averaging (DCA)
Dengan membeli saham secara rutin dalam jumlah tetap, investor bisa meratakan harga beli dan mengurangi dampak fluktuasi.
Diversifikasi portofolio
Jangan menaruh semua modal di satu saham atau satu sektor. Kombinasikan saham teknologi, energi, consumer goods, hingga ETF agar lebih stabil.
Simulasi sederhana
Bayangkan kamu berinvestasi Rp1 juta per bulan di ETF S&P 500 dengan strategi DCA. Meski pasar turun 15% di tahun kedua, harga pulih di tahun keempat. Hasilnya, setelah 5 tahun kamu tetap meraih return positif karena harga beli merata.
Tips Manajemen Risiko untuk Pemula
Selain menghadapi pasar turun, pemula juga perlu menguasai manajemen risiko agar tetap aman meski berhadapan dengan saham fluktuatif.
Tetapkan batas kerugian: stop loss
Gunakan fitur stop loss untuk membatasi kerugian jika harga jatuh melewati level tertentu. Misalnya, jika beli saham di Rp1.000, bisa set stop loss di Rp900.
Tentukan alokasi modal
Jangan gunakan seluruh tabungan untuk saham. Idealnya, maksimalkan 10–20% untuk saham berisiko tinggi, sisanya untuk saham lebih stabil atau instrumen lain.
Perhatikan horizon investasi
Untuk pemula, lebih baik fokus pada saham blue chip atau ETF dengan volatilitas moderat dibanding saham spekulatif.
Pantau berita ekonomi
Seringkali, faktor makroekonomi seperti inflasi atau pengumuman suku bunga menjadi pemicu volatilitas. Dengan update informasi, investor bisa lebih siap.
Jangan ikut-ikutan hype
Kesalahan umum pemula adalah membeli saham hanya karena sedang viral. Ingat, saham yang sedang naik cepat juga bisa turun dengan cepat.
Buat rencana investasi
Tentukan target jangka pendek dan jangka panjang, serta batas risiko yang bisa diterima. Rencana yang jelas membantu investor tidak mudah goyah saat pasar bergejolak.
Kesimpulan
Volatilitas adalah bagian alami dari pasar saham. Risiko saham volatil memang nyata, namun bukan berarti harus dihindari sepenuhnya. Dengan memahami faktor penyebab saham fluktuatif dan menerapkan tips menghadapi market turun, investor pemula bisa lebih siap menghadapi dinamika pasar.
Kunci utamanya adalah disiplin, diversifikasi, dan fokus pada tujuan jangka panjang. Nah, mau belajar investasi dengan cara yang lebih aman meski pasar berfluktuasi?
Coba Gotrade, platform yang memudahkan kamu membeli saham-saham Amerika populer hanya dengan 1 Dolar AS. Mulai dari Apple, Tesla, hingga ETF stabil, semua bisa kamu akses tanpa ribet!
FAQ
1. Apakah saham fluktuatif selalu berbahaya bagi investor?
Tidak selalu. Saham fluktuatif bisa memberi potensi keuntungan tinggi jika dikelola dengan strategi yang tepat. Namun, risikonya juga lebih besar sehingga cocok untuk investor berpengalaman.
2. Bagaimana cara pemula menghadapi risiko saham volatil?
Pemula sebaiknya menggunakan strategi seperti diversifikasi, Dollar Cost Averaging (DCA), dan menetapkan stop loss. Cara ini membantu mengurangi risiko dan menjaga portofolio tetap sehat meski pasar turun.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.