Dalam dunia ekonomi dan investasi, ada satu grafik yang sering dijadikan “kompas” oleh analis, bank sentral, dan investor besar untuk membaca arah ekonomi, yakni yield curve.
Bentuk kurva ini sering kali menjadi indikator awal apakah ekonomi akan tumbuh stabil, melambat, atau bahkan memasuki resesi. Tidak sedikit investor yang menyebutnya sebagai “cermin masa depan ekonomi.”
Nah, apa itu yield curve dan bagaimana cara kerjanya? Pelajari juga tipe-tipe utamanya, arti dari kurva yang terbalik (inverted yield curve), serta implikasinya bagi investor saham di bawah ini.
Apa Itu Yield Curve?
Yield curve adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara tingkat imbal hasil (yield) dan jangka waktu (maturity) dari obligasi pemerintah dengan kualitas kredit yang sama.
Biasanya, kurva ini menggunakan data dari obligasi pemerintah AS (U.S. Treasury) karena dianggap paling aman dan bebas risiko gagal bayar. Oleh karena itu, yield curve sering disebut sebagai “benchmark” untuk seluruh pasar keuangan dunia.
Melansir Investopedia, sumbu horizontal (X-axis) menunjukkan jangka waktu obligasi, mulai dari 3 bulan hingga 30 tahun. Sementara sumbu vertikal (Y-axis) menunjukkan tingkat bunga (yield). D
engan menghubungkan titik-titik yield dari berbagai tenor, terbentuklah sebuah kurva yang mencerminkan ekspektasi pasar terhadap ekonomi dan suku bunga di masa depan.
Cara Kerja Yield Curve
Yield curve membantu investor memahami hubungan antara risiko waktu dan imbal hasil.
Dalam kondisi normal, semakin lama jangka waktu obligasi, semakin tinggi yield-nya. Ini karena investor menuntut kompensasi lebih besar untuk risiko jangka panjang seperti inflasi, ketidakpastian ekonomi, atau perubahan suku bunga.
Contohnya:
- Obligasi 2 tahun mungkin menawarkan yield 4%.
- Obligasi 10 tahun bisa memberikan yield 4,8%.
- Obligasi 30 tahun bisa mencapai 5%.
Perbedaan inilah yang menciptakan bentuk kurva dan setiap perubahan bentuknya bisa membawa makna besar bagi investor dan pembuat kebijakan.
Jenis-Jenis Yield Curve
1. Normal Yield Curve
Bentuk kurva menanjak dari kiri ke kanan yield jangka panjang lebih tinggi daripada jangka pendek. Artinya, ekonomi dalam kondisi stabil, inflasi terkendali, dan investor optimistis terhadap masa depan.
Contoh situasi:
- Periode pertumbuhan ekonomi sehat.
- Investor merasa aman memegang obligasi jangka panjang.
2. Flat Yield Curve
Kurva mendatar, artinya perbedaan yield antara obligasi jangka pendek dan panjang sangat kecil. Melansir Brookings, ini menandakan ketidakpastian ekonomi, di mana investor belum yakin apakah ekonomi akan tumbuh atau melambat.
Biasanya terjadi saat masa transisi kebijakan moneter (misalnya, sebelum atau sesudah The Fed menaikkan suku bunga).
3. Inverted Yield Curve
Kurva terbalik adalah yield jangka pendek justru lebih tinggi daripada jangka panjang. Inilah yang paling menarik perhatian investor, karena inverted yield curve sering menjadi sinyal awal resesi.
Contoh:
- Obligasi 2 tahun yield-nya 5%, tapi 10 tahun hanya 4%.
- Artinya, investor percaya suku bunga akan turun karena ekonomi akan melambat.
4. Steep Yield Curve
Kurva yang sangat menanjak, di mana perbedaan yield jangka pendek dan panjang sangat besar. Ini biasanya muncul saat ekonomi baru mulai pulih dari resesi, dan investor memperkirakan pertumbuhan ekonomi serta inflasi akan naik.
Apa yang Terjadi saat Inverted Yield Curve?
Inverted yield curve sering dianggap sebagai “alarm” ekonomi. Ketika investor lebih memilih obligasi jangka panjang (meski yield-nya rendah) daripada obligasi jangka pendek, itu berarti mereka mencari keamanan jangka panjang.
Fenomena ini biasanya muncul karena pasar memperkirakan:
- Pertumbuhan ekonomi akan melambat.
- Inflasi akan turun.
- The Fed akan menurunkan suku bunga di masa depan untuk mendukung perekonomian.
Contohnya terjadi pada tahun 2006–2007, saat yield curve AS terbalik beberapa bulan sebelum krisis keuangan global 2008. Hal yang sama juga terjadi pada 2019, sebelum pandemi COVID-19 memukul ekonomi global pada 2020.
Implikasi Yield Curve bagi Investor
1. Bagi Investor Obligasi
Yield curve membantu menentukan durasi investasi terbaik. Saat kurva terbalik, obligasi jangka pendek menawarkan imbal hasil lebih menarik dengan risiko lebih rendah.
2. Bagi Investor Saham
Perubahan bentuk yield curve juga memengaruhi saham:
- Normal curve: sinyal positif bagi sektor siklikal (teknologi, industri, konsumen).
- Inverted curve: investor cenderung beralih ke saham defensif seperti healthcare dan utilities.
3. Bagi Kebijakan Moneter
The Fed dan bank sentral lain sering memantau yield curve untuk menilai apakah kebijakan suku bunga terlalu ketat atau longgar. Kurva yang terbalik terlalu lama bisa memicu diskusi untuk menurunkan suku bunga.
4. Bagi Strategi Diversifikasi
Investor yang memahami yield curve dapat menggunakannya untuk mendiversifikasi portofolio antara saham dan obligasi. Saat kurva mengindikasikan risiko resesi, menambah porsi aset defensif bisa membantu menekan volatilitas portofolio.
Kesimpulan
Yield curve adalah salah satu indikator paling penting dalam ekonomi dan pasar keuangan. Kurva ini mencerminkan ekspektasi investor terhadap inflasi, pertumbuhan, dan arah suku bunga.
Bentuknya, normal, datar, atau terbalik, bisa memberikan sinyal kuat tentang kondisi ekonomi yang akan datang.
Bagi investor, memahami yield curve bukan hanya soal membaca angka, tapi tentang memahami sentimen pasar dan arah kebijakan moneter global. Dengan wawasan ini, kamu bisa mengambil keputusan investasi yang lebih cerdas dan terinformasi.
Kalau kamu ingin mulai berinvestasi di pasar global dengan mudah dan aman, kamu bisa beli saham AS lewat Gotrade.
Hanya dengan 1 Dolar AS, kamu sudah bisa memiliki saham dan ETF dari perusahaan terbaik dunia, langsung dari ponselmu.
FAQ
Apa itu yield curve?
Yield curve adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga (yield) dan jangka waktu obligasi pemerintah.
Kenapa yield curve terbalik dianggap tanda resesi?
Karena investor biasanya membeli obligasi jangka panjang saat khawatir ekonomi akan melambat, menurunkan yield jangka panjang di bawah jangka pendek.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











