Sebagai investor, kamu pasti sering memantau Earnings Per Share (EPS) untuk menilai kinerja perusahaan. Namun, ada satu faktor yang dapat menurunkan angka EPS meskipun laba bersih perusahaan tidak berubah, fenomena ini disebut EPS dilution.
EPS dilution terjadi ketika jumlah saham beredar meningkat, sehingga laba bersih perusahaan terbagi ke lebih banyak saham. Ini bisa berdampak pada valuasi saham serta persepsi investor terhadap profitabilitas perusahaan.
Nah, untuk bantu kamu paham lebih jauh, berikut pemaparan lengkap dari Gotrade.
Apa Itu EPS Dilution?
EPS atau laba per saham dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham beredar. Ketika perusahaan menerbitkan saham baru, jumlah saham beredar bertambah. Karena laba dibagi dengan denominasi yang lebih besar, nilai EPS otomatis turun.
Investopedia mencontohkan, jika perusahaan memiliki laba bersih sebesar 100 juta dolar dan 100 juta saham beredar, maka EPS-nya adalah 1 dolar. Namun, jika perusahaan menerbitkan 20 juta saham baru, EPS akan turun menjadi 0,83 dolar, meskipun laba tidak berubah. Inilah yang disebut EPS dilution.
Fenomena ini tidak selalu negatif, tetapi dapat menjadi sinyal penting bagi investor untuk mengevaluasi apakah penerbitan saham baru memberikan nilai tambah jangka panjang atau justru menggerus kepemilikan dan keuntungan per saham.
Penyebab Umum EPS Dilution
1. Penerbitan saham baru untuk pendanaan
Perusahaan sering menerbitkan saham tambahan untuk mengumpulkan modal ekspansi, membayar utang, atau mendanai proyek besar. Langkah ini memang meningkatkan likuiditas kas, tetapi sekaligus menurunkan EPS karena kepemilikan pemegang saham lama terdilusi.
2. Stock-based compensation (SBC)
Banyak perusahaan teknologi besar memberikan kompensasi dalam bentuk saham atau opsi saham kepada karyawan. Praktik ini mendorong retensi talenta dan selaras dengan pertumbuhan nilai perusahaan, tetapi efek jangka panjangnya bisa menyebabkan dilusi EPS yang signifikan.
3. Konversi instrumen ke saham
Instrumen seperti obligasi konversi atau waran dapat berubah menjadi saham biasa di masa depan. Ketika konversi terjadi, jumlah saham meningkat dan menyebabkan dilusi tambahan.
4. Merger dan akuisisi
Dalam beberapa kasus, perusahaan menggunakan saham sebagai alat pembayaran dalam akuisisi. Meskipun bisa menghemat kas, strategi ini menambah jumlah saham beredar dan mengurangi EPS, setidaknya dalam jangka pendek.
Dampak EPS Dilution terhadap Valuasi
EPS merupakan komponen penting dalam rasio valuasi seperti Price-to-Earnings (P/E ratio). Jika EPS menurun akibat dilusi, maka P/E akan tampak lebih tinggi, yang berarti saham menjadi terlihat lebih mahal dari sebelumnya.
Penurunan EPS juga bisa mengubah persepsi investor tentang efisiensi dan profitabilitas manajemen. Jika dilusi tidak diimbangi dengan peningkatan laba atau pertumbuhan yang jelas, pasar cenderung merespons negatif, menurut Wall Street Prep.
Namun, jika penerbitan saham digunakan untuk ekspansi yang berpotensi meningkatkan laba di masa depan, dampak jangka panjangnya bisa positif. Investor yang jeli biasanya membedakan antara dilusi “produktif” (untuk pertumbuhan) dan dilusi “destruktif” (untuk menutup kerugian atau kompensasi berlebihan).
Contoh Kasus EPS Dilution di Perusahaan Teknologi
Meta (Facebook)
Pada beberapa tahun terakhir, Meta mencatat beban besar dari program stock-based compensation untuk menarik dan mempertahankan talenta. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah saham beredar dan menekan EPS. Namun, Meta berhasil menyeimbangkan efek tersebut dengan pertumbuhan laba yang tinggi dari lini bisnis iklan digitalnya.
Tesla
Tesla beberapa kali menerbitkan saham baru untuk membiayai ekspansi global dan pengembangan produk seperti Cybertruck dan baterai energi. Walaupun EPS sempat terdilusi, modal tambahan ini mempercepat pertumbuhan perusahaan, dan valuasinya meningkat tajam seiring dengan peningkatan produksi dan laba bersih.
Cara Investor Mengantisipasi EPS Dilution
1. Perhatikan laporan keuangan
Investor sebaiknya melihat diluted EPS, bukan hanya basic EPS. Diluted EPS sudah memperhitungkan potensi penambahan saham dari opsi, waran, dan instrumen konversi.
2. Analisis tren jumlah saham beredar
Pantau perubahan jumlah saham beredar setiap tahun. Jika tren terus naik tanpa peningkatan laba yang signifikan, itu bisa menjadi tanda manajemen terlalu bergantung pada penerbitan saham baru.
3. Evaluasi efektivitas stock buyback
Program buyback saham sering digunakan untuk menutupi dampak dilusi. Jika perusahaan konsisten membeli kembali sahamnya, hal ini bisa menyeimbangkan efek penurunan EPS. Namun, investor perlu memastikan buyback dilakukan karena efisiensi modal, bukan sekadar untuk memperbaiki metrik EPS sementara.
4. Fokus pada pertumbuhan jangka panjang
Dilusi tidak selalu buruk jika modal tambahan digunakan untuk ekspansi bisnis atau riset yang menghasilkan peningkatan laba di masa depan. Investor jangka panjang perlu menilai apakah manajemen menggunakan penerbitan saham secara produktif.
Kesimpulan
EPS dilution adalah fenomena ketika laba per saham menurun akibat bertambahnya jumlah saham beredar. Kondisi ini bisa berdampak langsung pada valuasi dan persepsi pasar terhadap perusahaan.
Namun, tidak semua dilusi bersifat negatif. Jika dana hasil penerbitan saham digunakan untuk mempercepat pertumbuhan, meningkatkan efisiensi, atau menciptakan nilai jangka panjang, efeknya justru bisa positif bagi investor.
Bagi kamu yang ingin memahami dinamika seperti ini secara lebih mendalam, yuk, beli dan trading saham lewat Gotrade. Kamu bisa membeli saham perusahaan besar seperti Meta, Tesla, atau Apple mulai dari 1 dolar AS!
FAQ
Apa perbedaan antara basic EPS dan diluted EPS?
Basic EPS hanya memperhitungkan saham beredar saat ini, sedangkan diluted EPS memasukkan potensi saham tambahan dari opsi, waran, dan instrumen konversi.
Apakah EPS dilution selalu merugikan investor?
Tidak selalu. Jika dilusi digunakan untuk pendanaan pertumbuhan bisnis yang sehat, dampak jangka panjangnya bisa positif.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











