Saat nilai portofolio mulai bertambah, fokus investor sering bergeser dari sekadar mengejar keuntungan ke pertanyaan yang lebih penting: bagaimana menjaga agar aset yang sudah terkumpul tidak hilang karena satu kesalahan besar?
Di fase ini, risiko portofolio menjadi perhatian utama, bukan lagi return semata. Banyak investor mengalami situasi paradoks. Portofolio tumbuh, tetapi justru terasa lebih rentan karena nominal kerugian juga semakin besar.
Inilah mengapa manajemen risiko perlu ditingkatkan seiring bertambahnya aset, agar pertumbuhan yang sudah dicapai dapat dipertahankan secara berkelanjutan.
Aset Bertambah, Risiko Portofolio pun Meningkat
Semakin besar portofolio, semakin besar pula dampak setiap keputusan. Penurunan 10 persen pada portofolio kecil mungkin terasa ringan, tetapi pada portofolio yang sudah besar, drawdown yang sama bisa berdampak signifikan secara emosional dan finansial.
Risiko terbesar di fase ini bukan hanya volatilitas pasar, tetapi kegagalan menjaga capital preservation atau perlindungan modal yang sudah terbentuk.
Cara dan Strategi Mengelola Risiko Portofolio
Pakai drawdown sebagai indikator risiko
Drawdown adalah penurunan nilai portofolio dari titik tertinggi ke titik terendah sebelum kembali pulih. Drawdown memberi gambaran seberapa dalam portofolio bisa turun dalam kondisi buruk.
Investor yang mengabaikan drawdown sering kali terkejut saat pasar berbalik. Memahami potensi drawdown membantu investor menyesuaikan strategi dengan toleransi risiko yang realistis.
Semakin besar drawdown, semakin besar pula kenaikan yang dibutuhkan untuk kembali ke posisi awal. Contoh gambarannya:
- Penurunan 20 persen membutuhkan kenaikan 25 persen untuk pulih.
- Penurunan 50 persen membutuhkan kenaikan 100 persen.
Fakta ini membuat pengelolaan drawdown menjadi prioritas utama saat aset bertambah.
Fokus pada capital preservation
Artinya, saat portofolio masih kecil, fokus agresif sering masih masuk akal. Namun ketika aset bertambah, menjaga modal menjadi sama pentingnya dengan menumbuhkannya.
Menurut analisis McKinsey, capital preservation membantu investor bertahan dalam siklus pasar tanpa harus memulai dari nol setelah koreksi besar.
Lindungi hasil yang sudah dicapai
Manajemen risiko bukan berarti menghindari risiko sepenuhnya, tetapi memastikan risiko tidak menghapus hasil yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Pendekatan ini membantu menjaga konsistensi dan ketenangan dalam jangka panjang.
Diversifikasi yang lebih disiplin
Diversifikasi menjadi semakin penting seiring bertambahnya aset. Portofolio yang terlalu terkonsentrasi dapat tumbuh cepat, tetapi juga lebih rentan terhadap satu kejadian negatif.
Diversifikasi lintas aset, sektor, dan tema membantu menurunkan volatilitas portofolio secara keseluruhan.
Atur ulang alokasi aset secara berkala
Pertumbuhan aset sering mengubah proporsi portofolio tanpa disadari. Saham yang naik signifikan bisa mendominasi alokasi dan meningkatkan risiko.
Rebalancing secara berkala membantu mengembalikan alokasi ke tingkat risiko yang diinginkan dan mencegah portofolio menjadi terlalu agresif.
Tetapkan batas risiko per aset
Manajemen risiko yang matang menetapkan batas maksimum kerugian per aset atau per strategi. Batas ini membantu mencegah satu posisi merusak keseluruhan portofolio.
Dikutip dari Financial Edge Training, disiplin terhadap batas risiko lebih penting daripada mencari return maksimal.
Kurangi ketergantungan pada satu strategi
Strategi yang berhasil di fase awal belum tentu optimal saat aset bertambah. Mengandalkan satu pendekatan meningkatkan risiko struktural.
Menggabungkan beberapa strategi dengan karakter risiko berbeda membantu menciptakan portofolio yang lebih seimbang.
Tingkatkan kualitas aset
Seiring bertambahnya aset, kualitas sering lebih penting daripada potensi return tertinggi.
Aset dengan fundamental kuat dan volatilitas terkendali membantu menjaga stabilitas portofolio.
Pendekatan ini mendukung tujuan capital preservation tanpa sepenuhnya mengorbankan pertumbuhan.
Peran Psikologi dalam Risiko Portofolio
Risiko portofolio tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga psikologis. Drawdown besar bisa memicu keputusan emosional yang justru memperburuk hasil.
Dengan manajemen risiko yang baik, investor dapat mengurangi tekanan emosional dan tetap konsisten pada rencana investasi.
Kesadaran ini penting agar keputusan tetap rasional, terutama saat pasar bergerak ekstrem.
Kesalahan Umum dalam Mengelola Risiko
Kesalahan pertama adalah tetap menggunakan pendekatan agresif tanpa penyesuaian. Kesalahan lain adalah merasa terlalu percaya diri karena keberhasilan masa lalu.
Kedua kesalahan ini sering muncul sebelum koreksi besar terjadi. Menghindarinya membantu portofolio bertahan dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Mengelola risiko portofolio menjadi semakin krusial saat aset bertambah. Fokus pada drawdown dan capital preservation, diversifikasi yang disiplin, serta rebalancing berkala membantu menjaga hasil yang sudah dicapai.
Manajemen risiko bukan tentang menghindari pertumbuhan, tetapi memastikan pertumbuhan tersebut berkelanjutan.
Jika kamu ingin mengelola portofolio global dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan fleksibel, download dan investasi via aplikasi Gotrade.
Dengan akses saham dan ETF pasar AS serta fitur yang mendukung diversifikasi dan pengelolaan portofolio, Gotrade membantu investor menjaga keseimbangan antara pertumbuhan juga perlindungan modal.
FAQ
1. Apakah risiko portofolio bisa dihilangkan sepenuhnya?
Tidak, tetapi bisa dikelola dan dikendalikan.
2. Kapan perlu mulai fokus pada capital preservation?
Saat nilai aset mulai signifikan dan tujuan jangka panjang semakin dekat.
3. Seberapa sering rebalancing portofolio dilakukan?
Umumnya setiap 6–12 bulan atau saat alokasi menyimpang signifikan.
Disclaimer: PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











