Banyak investor pemula mencari saham di bawah 50 ribu rupiah karena terlihat ‘terjangkau’ dan ramah untuk modal kecil. Namun, harga murah di pasar saham tidak selalu berarti saham tersebut undervalued; bisa jadi bisnisnya sedang lesu, tidak efisien, atau prospeknya terbatas.
Artikel ini akan membahas cara menyaring saham murah dengan potensi sehat, risiko yang perlu diwaspadai, serta strategi memilih saham di bawah Rp50.000 yang layak dikoleksi.
Arti Sebenarnya dari “Saham Murah”
Banyak yang salah paham dengan istilah saham murah. Harga per lembar saham yang rendah belum tentu berarti valuasi perusahaan tersebut rendah.
Menurut Investopedia, harga saham hanyalah refleksi dari jumlah lembar saham yang beredar, bukan ukuran nilai intrinsik perusahaan.
Misalnya, saham dengan harga Rp1.000 bisa lebih ‘mahal’ dari saham Rp50.000 jika rasio price-to-earnings (P/E)-nya jauh lebih tinggi.
Jadi, yang perlu diperhatikan bukan hanya nominal harga per lembar, tetapi juga valuasi, kinerja bisnis, dan prospek pertumbuhan ke depan.
Kriteria Saham Murah Tapi Potensial
Jika kamu ingin mencari saham di bawah Rp50.000, berikut beberapa indikator dasar yang bisa digunakan untuk menilai kualitasnya:
1. Volume Perdagangan Tinggi
Pastikan saham tersebut aktif diperdagangkan setiap hari. Volume tinggi menunjukkan minat pasar yang kuat, sehingga lebih mudah untuk jual beli tanpa risiko likuiditas.
Gunakan filter volume harian minimal 500.000 lot untuk menghindari saham ‘tidur’ yang sulit dilepas.
2. Fundamental Sehat
Perhatikan laporan keuangannya, apakah perusahaan mencatat laba positif, arus kas sehat, dan rasio utang terkendali.
Kamu bisa melihat indikator seperti return on equity (ROE) di atas 10% dan debt-to-equity ratio (DER) di bawah 1 untuk gambaran awal kesehatan finansial.
3. Pertumbuhan Stabil
Cari perusahaan dengan tren pertumbuhan pendapatan dan laba bersih minimal 3 tahun terakhir. Saham seperti ini biasanya punya daya tahan lebih baik ketika pasar sedang volatie.
4. Valuasi Masuk Akal
Perhatikan rasio price-to-book value (PBV) dan P/E ratio. Saham dengan PBV di bawah 1 dan P/E di bawah 15 bisa menjadi indikasi valuasi masih menarik, tentu dengan catatan fundamentalnya kuat.
Contoh Saham di Bawah Rp50.000 yang Layak Diperhatikan
Beberapa contoh saham dengan harga per lembar relatif terjangkau namun memiliki bisnis stabil di pasar global dan domestik antara lain:
- Bank BRI (BBRI) – Sering diperdagangkan di bawah Rp6.000 per saham dengan fundamental kuat dan jaringan luas di seluruh Indonesia.
- Telkom Indonesia (TLKM) – Saham defensif yang menawarkan dividen konsisten dan memiliki potensi pertumbuhan dari bisnis digital.
- Unilever Indonesia (UNVR) – Sektor konsumsi primer dengan permintaan stabil, cocok untuk investor konservatif.
- Adaro Energy (ADRO) – Perusahaan energi dengan likuiditas tinggi dan valuasi menarik.
Untuk pasar global, contoh saham berharga ‘murah’ dalam nominal tetapi likuid di aplikasi Gotrade antara lain:
- Ford Motor Company (F) – Harga di bawah USD 15 per saham, sektor otomotif dengan prospek EV.
- Intel (INTC) – Masih di bawah USD 40 per saham, sedang melakukan transformasi besar di industri semikonduktor.
- Pfizer (PFE) – Sektor farmasi stabil, cocok untuk portofolio defensif.
Melansir Morningstar, saham dengan harga rendah yang disertai arus kas stabil dan strategi ekspansi jangka panjang justru sering menjadi titik masuk terbaik bagi investor baru.
Risiko yang Perlu Diwaspadai
Meskipun tampak menarik, saham murah juga membawa risiko tinggi jika tidak diseleksi dengan benar.
- Likuiditas rendah – Sulit dijual kembali jika volume perdagangan kecil.
- Fundamental lemah – Banyak saham harga rendah berasal dari perusahaan rugi atau stagnan.
- Manipulasi harga – Saham berkapitalisasi kecil (small cap) rawan digerakkan oleh spekulan.
Karena itu, penting untuk melihat data volume, laporan keuangan, dan konsistensi bisnis, bukan hanya harga per lembar saham.
Strategi Screening Saham Murah
Kamu bisa melakukan screening sederhana untuk menemukan saham murah yang layak diperhatikan:
- Filter harga di bawah Rp50.000 (atau di bawah USD 5 untuk saham AS).
- Pilih saham dengan volume transaksi tinggi.
- Tambahkan filter fundamental: ROE > 10%, DER < 1, P/E < 15.
- Periksa tren harga 6 bulan terakhir untuk memastikan tidak sedang dalam tren turun panjang.
- Gunakan kombinasi analisis teknikal dan fundamental agar keputusan beli lebih objektif.
Kesimpulan
Saham di bawah 50 ribu rupiah bisa jadi peluang menarik jika kamu tahu cara memilahnya. Harga rendah bukan jaminan valuasi murah, dan tidak semua saham kecil berpotensi besar.
Pelajari fundamental, perhatikan volume, dan pantau tren pasar sebelum memutuskan membeli.
Ingat, kenali jenis sahamnya terlebih dahulu sebelum trading di aplikasi Gotrade, supaya keputusan investasimu tidak hanya berdasarkan harga, tetapi juga kualitas bisnis di baliknya.
Gotrade juga memungkinkanmu untuk beli saham AS populer seperti Apple hingga Tesla dengan harga 1 Dollar AS saja! Tertarik? Yuk, download dan instal aplikasinya hari ini juga!
FAQ
Apakah saham murah selalu bagus untuk pemula?
Tidak selalu. Saham murah perlu dicek fundamental dan volumenya agar tidak terjebak saham tidak likuid.
Bagaimana cara memilih saham di bawah 50 ribu yang sehat?
Gunakan indikator seperti volume tinggi, ROE positif, DER rendah, dan tren laba stabil.
Apakah saham murah lebih cepat naik harganya?
Tidak selalu. Potensi kenaikan tergantung dari kinerja bisnis, bukan harga per lembar sahamnya.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











