Pernahkah kamu melihat harga saham melonjak sebelum pengumuman penting, lalu justru turun tajam sesudah berita baik dirilis? Fenomena ini dikenal dengan istilah klasik di pasar keuangan: Buy the Rumor, Sell the News.
Frasa ini mencerminkan perilaku pasar yang sering kali digerakkan oleh ekspektasi, bukan realitas. Investor membeli saham berdasarkan rumor atau harapan akan kabar baik, namun menjual ketika berita tersebut benar-benar keluar, karena semua ekspektasi sudah "terdiskon" dalam harga.
Gotrade akan menjelaskan makna di balik istilah ini, contoh nyata dari pasar saham global, dan strategi untuk menghindari jebakan klasik yang sering menjebak investor baru.
Definisi Buy the Rumor, Sell the News
Secara sederhana, Buy the Rumor, Sell the News berarti investor membeli saham ketika beredar rumor positif dan menjualnya setelah berita resmi diumumkan.
Mengutip Investopedia, fenomena ini terjadi karena pasar adalah mekanisme yang mendiskon masa depan.
Artinya, harga saham biasanya sudah mencerminkan ekspektasi terhadap berita yang akan datang, bahkan sebelum berita itu benar-benar terjadi.
Begitu kabar tersebut dikonfirmasi, tidak ada lagi kejutan yang tersisa untuk mendorong harga lebih tinggi.
Justru, trader yang sudah lebih dulu masuk mulai merealisasikan keuntungan, yang membuat harga terkoreksi.
Mengapa Fenomena Ini Terjadi?
Ada dua alasan utama mengapa Buy the Rumor, Sell the News terjadi hampir di semua pasar keuangan:
1. Pasar bersifat forward-looking
Investor selalu menilai nilai masa depan, bukan masa kini. Jika rumor positif muncul, harga akan naik lebih dulu karena ekspektasi keuntungan di masa depan.
2. Aksi profit taking setelah berita keluar
Saat berita resmi diumumkan, para trader yang sudah membeli di awal mulai menjual untuk merealisasikan keuntungan.
Alhasil, harga saham justru turun, meski berita sebenarnya bagus.
3. Keseimbangan antara ekspektasi dan kenyataan
Kadang, berita yang diumumkan tidak cukup "baik" dibandingkan ekspektasi pasar.
Walau hasilnya positif, jika tidak melampaui harapan, pasar bisa bereaksi negatif.
Contoh Buy the Rumor, Sell the News
1. Earnings Season
Salah satu contoh paling umum adalah saat musim laporan keuangan. Misalnya, saham Apple (AAPL) sering naik beberapa minggu sebelum laporan earnings karena rumor hasil penjualan iPhone meningkat.
Namun setelah laporan dirilis, meski datanya bagus, saham justru terkoreksi karena investor sudah price in ekspektasi tersebut.
2. IPO (Initial Public Offering)
Sebelum IPO besar seperti Airbnb (ABNB) atau Rivian (RIVN), hype di kalangan investor sangat tinggi.
Namun begitu saham mulai diperdagangkan, banyak investor awal yang langsung menjual untuk mengambil untung cepat. Akibatnya, harga sering turun tajam di hari-hari pertama.
3. Kebijakan Suku Bunga Bank Sentral
Ketika rumor penurunan suku bunga beredar, saham cenderung naik karena dianggap positif bagi pasar.
Tapi saat bank sentral benar-benar menurunkan suku bunga, reaksi bisa netral atau negatif, terutama jika pasar sudah mengantisipasinya jauh hari.
Data menunjukkan bahwa pasar saham AS sering kali mencatatkan volatilitas lebih tinggi sehari sebelum pengumuman FOMC daripada sesudahnya.
Cara Menghindari Jebakan Buy the Rumor, Sell the News
1. Jangan Mengejar Harga Saat Hype Terjadi
Jika kamu baru ingin masuk setelah rumor sudah viral, kemungkinan besar harganya sudah terlalu tinggi. Tunggu hingga harga stabil atau muncul koreksi sehat sebelum membeli.
2. Perhatikan Volume dan Sentimen Pasar
Volume tinggi tanpa kenaikan harga signifikan bisa menjadi tanda bahwa pembeli besar mulai keluar. Gunakan indikator volume seperti OBV atau Volume Delta untuk membaca tekanan jual tersembunyi.
3. Gunakan Strategi Bertahap (Scaling In dan Out)
Alih-alih masuk sekaligus, lakukan pembelian bertahap saat rumor mulai muncul, lalu ambil profit sebagian jika berita positif benar-benar keluar.
4. Fokus ke Fundamental Jangka Panjang
Rumor bisa menggoda, tapi nilai jangka panjang perusahaan ditentukan oleh fundamental: pertumbuhan laba, manajemen, dan arus kas.
Gunakan rumor hanya sebagai pemicu perhatian, bukan dasar utama pengambilan keputusan.
Studi Kasus: Nvidia 2023
Pada awal 2023, rumor peningkatan permintaan chip AI membuat saham Nvidia (NVDA) naik lebih dari 80% sebelum laporan keuangan dirilis.
Ketika laporan resmi keluar, menunjukkan pendapatan luar biasa, harga justru turun 5% dalam dua hari.
Kenapa? Karena pasar sudah mengantisipasi berita baik itu sejak lama. Fenomena ini adalah contoh sempurna dari Buy the Rumor, Sell the News dalam skala besar.
Kesimpulan
Buy the Rumor, Sell the News bukan sekadar pepatah lama, tapi cerminan dari psikologi pasar yang didorong oleh ekspektasi, emosi, dan aksi cepat investor besar. Memahami fenomena ini membantu kamu untuk tidak terjebak euforia sesaat dan lebih fokus pada analisis yang rasional.
Gunakan disiplin, perhatikan volume, dan pahami konteks fundamental di balik rumor. Jika kamu ingin memantau saham global yang sering jadi pusat pergerakan berita besar, gunakan Gotrade, platform investasi yang memberi akses langsung ke saham dunia dengan transparansi penuh dan data real-time.
FAQ
1. Apakah strategi buy the rumor sell the news bisa menguntungkan?
Bisa, tapi berisiko tinggi. Strategi ini cocok untuk trader berpengalaman yang memahami sentimen dan momentum pasar.
2. Bagaimana cara tahu apakah rumor valid atau hanya spekulasi?
Gunakan sumber resmi seperti laporan SEC, pengumuman perusahaan, atau analis kredibel untuk memverifikasi rumor.
3. Apakah fenomena ini juga terjadi di pasar crypto?
Ya, bahkan lebih ekstrem. Pasar crypto sangat sensitif terhadap rumor dan berita, terutama terkait regulasi dan listing exchange besar.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











